BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di dalam lembaga pendidikan sering sekali terjadi kebingungan dalam
menentukan langkah yang bisa mencapai target dengan baik dan benar. Hal
tersebut dapat mengancam keberhasilan kita dalam belajar baik dari pihak guru
yang mengajar dan pihak pelajar yang ingin mencapai hasil pembelajaran dengan
maksimal.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa maksud dari prinsip belajar dan bagaimana pengklasifikasiannya?
2.
Bagaimana bentuk-bentuk dari belajar?
C.
Tujuan Masalah
1.
Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip belajar.
2.
Mengetahui tentang bentuk-bentuk belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan:
1.
Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu
dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih
lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi
untuk mempelajarinya.
Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang.Motivasi erat kaitannya dengan minat.siswa yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang
studi tersebut.Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya
sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain.
Motivasi dibedakan menjadi
dua:
a.
Motif intrinsik.
Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan
perbuatan yang dilakukan.
b. Motif ekstrinsik.
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan
yang dilakukannya tetapi menjadi penyerta.
Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut
“transformasi motif”.Sebagai contoh, seseorang belajar di pondok pesantren karena
menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi seorang faqih.
Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang
tuanya,tetapi setelah belajar beberapa lama di pondok pesantren ia menyenangi
pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar pada pelajaran agama.
Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik.(pen.)
2. Keaktifan
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya
sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus
dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri.
Guru sekedar pembimbing dan pengarah.Menurut teori kognitif, belajar
menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak
sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.Menurut teori ini anak
memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses belajar
mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan
fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan.
Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis.Kegiatan fisik
bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan,
dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan
satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis
yang lain.
3.Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang
dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling
baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal
ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus menghayati,
terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya..
4. Pengulangan
Menurut teori psikologi daya belajar adalah melatih daya-daya yang
ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal,
merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya
tersebut akan berkembang.Teori tersebut menekankan pentingnya prinsip
pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda.
5. Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa
dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam
situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu
terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk
mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah
untuk mengatasinya.Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang
perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penguatan
positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk
memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6. Balikan dan
penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan
terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F.
Skinner.Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya,
maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya.Kunci dari teori
belajar ini adalah law of effectnya Thorndike.
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning.
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
7. Perbedaan individu
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning.
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
7. Perbedaan individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang
siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya.
Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem
pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah
perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat
siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih
sama, demikian pula dengan pengetahuannya.Pembelajaran klasikal yang
mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara,
misalnya:
·
Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi.
·
Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa
pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang pandai.
·
Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan
kemampuan siswa.
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam
setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa
Siswa sebagai ”primus motor” (motor utama) dalam kegiatan
pembelajaran, dengan alasan apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya
prinsip-prinsip belajar.
1) Perhatian dan motivasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan
yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar.Peningkatan/pengembangan minat
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner,
1984:373).
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa
bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan
mengembangkan secara terus-menerus.Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan
motivasi belajar mereka secara terus-menerus, siswa dapat melakukannya dengan
menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapai secara
positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian
tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya.Dari contoh-contoh perilaku siswa
untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa
perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.
2) Keaktifan
Sebagai ”primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan
belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan
belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara
efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional.Implikasi
prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber
informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari
suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis
lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya
sendiri.Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan
mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka.Misalnya siswa
berdiskusi untuk membuat laporan, siswa melakukan reaksi kimia, dan perilaku
sejenisnya.Perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar
pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4) Pengulangan
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar
secara keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32).Dari pernyataan inilah
pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.Implikasi adanya
prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia
mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan.Dengan
kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan.
5) Tantangan
Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila
siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih
termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat lebih baik (Davies, 1987:32).
Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran
pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan
mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar
terhadap segala permasalahan yang dihadapinya.Bentuk-bentuk perilaku siswa yang
merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan
eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing ataupun mandiri, atau mencari tahu
pemecahan suatu masalah.
6) Balikan dan penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang
dilakukan, apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki
pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan
penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak
bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies,
1987:32).Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh
balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya.Untuk
memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan
diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban,
menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari
guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek.
7) Perbedaan individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda
satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo
(kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi
kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan
siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi
dirinya sendiri.
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru
Guru sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas
dari adanya prinsip-prinsip belajar.
1)
Perhatian dan motivasi
a.
Guru menggunakan metode secara bervariasi
b.
Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang
diajarkan
c.
Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton
d.
Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction
question)
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru tampak pada
perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
a.
Memilih bahan ajar sesuai minat siswa
b.
Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa
c.
Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin
memberitahukan hasilnya kepada siswa
d.
Memberikan pujian verbal atau non verbal terhadap siswa yang
memberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan
e.
Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa
2) Keaktifan
Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing
siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat
mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1988:224). Hal ini berarti pula
bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif
mencari. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru
di antaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:
·
Menggunakan multimetode dan multimedia
·
Memberikan tugas secara individual dan kelompok
·
Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam
kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang)
·
Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang
kurang jelas
·
Mengadakan tanya jawab dan diskusi
3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental-emosional dan intelektual
dalam kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan
karakteristik isi pelajaran. Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan
langsung/berpengalaman diantaranya adalah:
·
Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran
individual dan kelompok kecil
·
Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan
demonstrasi
·
Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa
·
Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan
psikomotorik yang dicontohkan
·
Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di
luar kelas atau luar sekolah
·
Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan
pembelajaran
Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.
Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.
4) Pengulangan
Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan
antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan
dengan yang tidak membutuhkan pengulangan.Pengulangan terutama dibutuhkan oleh
pesan-pesan pembelajaran yang harus dihafalkan secara tetap tanpa ada kesalahan
sedikitpun.Selain itu, pengulangan juga diperlukan terhadap pesan-pesan
pembelajaran yang membutuhkan latihan.
Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan di
antaranya:
·
Merancang pelaksanaan pengulangan
·
Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan
·
Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang
·
Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan
·
Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi
5) Tantangan
Apabila guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan,
maka guru harus memberikan tantangan pada siswa dalam kegiatan
pembelajarannya.Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh
guru melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih untuk
kegiatan pembelajaran. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan
diantaranya adalah:
·
Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau dalam
kelompok kecil (3-4 orang)
·
Memberikan tugas pada siswa memecahkan masalah yang membutuhkan
informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi
·
Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang
selesai disajikan
·
Mengembangkan bahan pembelajaran (teks,modul, dan yang lain) yang
memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan di dalamnya, sehingga
tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail tanpa memberikan
kesempatan siswa mencari dari sumber lain.
·
Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk
menyelenggarakan masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi
6) Balikan dan
penguatan
Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara
individual ataupun kelompok klasikal. Guru sebagai penyelenggara kegiatan
pembelajaran harus dapat menentukan bentuk, cara, serta kapan balikan dan
penguatan diberikan. Agar balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru
hendaknya memperhatikan karakteristik siswa. Implikasi prinsip balikan dan
penguatan bagi guru, berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
·
Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan
yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah
·
Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa
pada waktu yang telah ditentukan
·
Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah,
laporan, klipping pekerjaan rumah) berdasarkan hasil koreksi guru terhadap
hasil kerja pembelajaran
·
Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh
guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi pebelajar
·
Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peringkat yang diraih setiap
siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes
·
Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada
siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru.
·
Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan
tugas
7) Perbedaan individual
7) Perbedaan individual
Setiap guru tentunya harus menyadari bahwa menghadapi 30 siswa
dalam satu kelas, berarti menghadapi 30 macam keunikan atau
karakteristik.Konsekuensi logis adanya hal ini, guru harus mampu melayani
setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang. Implikasi prinsip
perbedaan individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya
adalah:
·
Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat
melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya
·
Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan
pembelajaran
·
Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan
perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan
·
Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang
membutuhkan
B.
Bentuk-bentuk Belajar[2]
Setiap orang,
tidak terkecuali peserta didik memiliki kekhasan dalam upayanya menangkap dan
memahami pengetahuan baru yang di terimanya.Terkait hal tersebut para ilmuwan
telah mengkategorikan bentuk-bentuk belajar yang umumnya diterapkan oleh
manusia pembelajar. Gagne (1984) mengemukakan ada empat bentuk belajar, yaitu:
a.
Belajar
Responden.
Responden adalah respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang
tertentu.[3]Belajar Responden
merupakan belajar yang dibentuk dengan adanya hubungan antara stimulus dengan
respon.Dalam belajar ini, suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang
telah dikenal. Jadi, terjadinya proses belajar dikarenakan adanya stimulus. Pada umumnya perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respon yang
ditimbulkannya.Misalnya Maya bisa menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh gurunya dengan benar.Kemudian guru tersebut memberikan senyuman
dan pujian kepadanya.Akibatnya Maya semakin giat belajar.Senyum dan pujian guru
ini merupakan stimulus tak terkondisi. Tindakan guru ini menimbulkan perasaan
yang menyenangkan pada diri Maya sehingga ia membuat dia lebih giat lagi dalam
belajar.
b. Belajar
Kontiguitas
Kontiguitas
sama dengan responden, akan tetapi untuk responden waktunya dilakukan secara
bersamaan. Belajar dalam bentuk ini tidak memerlukan hubungan stimulus tak
terkondisi dengan respons.Asosiasi dekat (contiguous) sederhana antara stimulus
dan respons dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku individu.Hal ini
disebabkan secara sederhana manusia dapat berubah karena mengalami
peristiwa-peristiwa yang berpasangan. Belajar kontiguitas sederhana bisa dilihat
jika seseorang memberikan respon atas pertanyaan yang belum lengkap, seperti
”dua kali dua sama dengan?” Maka pasti bisa menjawab ”empat”. Itu adalah contoh
asosiasi berdekatan antara stimulus dan respon dalam waktu yang sama.
Bentuk belajar
kontiguitas yang lain adalah “stereotyping”, yaitu adanya peristiwa yang
terjadi berulang-ulang dalam bentuk yang sama, sehingga terbentuk dalam
pemikiran kita. Seringkali sinetron televisi memperlihatkan seorang ilmuwan
dengan memakai kacamata, ibu tiri adalah wanita yang kejam.Maka sinetron
televisi menciptakan kondisi untuk belajar stereotyping, padahal hal tersebut
tidak sepenuhnya benar.
b.
Belajar Operant
Belajar bentuk
ini sebagai akibat dari reinforcement, bukan karena adanya stimulus, sebab
perilaku yang diinginkan timbul secara spontan ketika organisme beroperasi
dengan lingkungannya.Maksudnya perilaku individu dapat ditimbulkan dengan
adanya reinforcement segera setelah adanya respon.Respon ini bisa berupa
pernyataan, gerakan dan tindakan. Misalnya respon menjawab pertanyaan guru
secara sukarela, maka reinforcer bisa berupa ucapan guru “bagus sekali”, “kamu
dapat satu poin”, dan sebagainya.
c.
Belajar
Observasional
Observasional
merupakan bentuk belajar yang paling sederhana karena individu hanya mengamati
orang lain kemudian meniru perbuatannya.Misalnya anak kecil belajar makan itu
dengan mengamati cara makan yang dilakukan oleh ibunya atau keluarganya.
d.
Belajar
Kognitif
Bentuk belajar
ini memperhatikan proses-proses kognitif selama belajar.Proses semacam itu menyangkut
“insight” (berpikir) dan “reasoning” (menggunakan logika deduktif dan
induktif).Bentuk belajar ini mengindahkan persepsi siswa, insight, kognisi dari
hubungan esensial antara unsur-unsur dalam situasi ini.Jadi belajar tidak hanya
timbul dari adanya stimulus-respon maupun reinforcement, melainkan melibatkan
tindakan mental individu yang sedang belajar.
BAB III
PENUTUP
A.
kesimpulan
Prinsip-prinsip
dalam belajar sebagai berikut:
1.
Perhatian dan motivasi
2.
Keaktifan
3.
Keterlibatan langsung/berpengalaman
4.
Pengulangan
5.
Tantangan
6.
Balikan dan penguatan
7.
Perbedaan individual
Gagne membagi
bentuk-bentuk belajar menjadi lima bentuk, yang merupakan inti dari teori
belajar, yaitu bentuk responden, kontiguitas, operant, observasional dan
kognitif. Responden merupakan belajar yang dibentuk dengan adanya hubungan
antara stimulus dengan respon. Kontiguitas sama dengan responden, akan tetapi
untuk responden waktunya dilakukan secara bersamaan. Observasional merupakan
bentuk belajar yang paling sederhana karena individu hanya mengamati orang lain
kemudian meniru perbuatannya. Sedangkan kognitif merupakan bentuk yang
tertingggi karena sudah memasuki wilayah insight.
B.
Saran dan
Kritik
Rujukan:
1. Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar (Jakarta: Depdikbud Dirjend Lembaga Tenaga Kependidikan, 1988), hlm. 15.
2. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), Cet.3, hlm. 65.
3. Gordon H. Bower dan Ernest R.Hilgard, Theories of Learning.4th Edition. (New Jersey: Prentice Hall. Inc, 1998), hlm. 11.
1. Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar (Jakarta: Depdikbud Dirjend Lembaga Tenaga Kependidikan, 1988), hlm. 15.
2. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), Cet.3, hlm. 65.
3. Gordon H. Bower dan Ernest R.Hilgard, Theories of Learning.4th Edition. (New Jersey: Prentice Hall. Inc, 1998), hlm. 11.
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/jenis-dan-bentuk-bentuk-belajar.html
[1] Dr.
dimyati dan Drs. Mujiono, Belajar Dan Pembelajaran, ( Jakarta, PT RINEKA
CIPTA: 2006), cet. 3, h. 42-43
[2]http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/jenis-dan-bentuk-bentuk-belajar.html
[3] Drs. Sumadi Suryabrata, B.A.,M.A., Ed.S. ,Ph. D Psikologi Pendidikan,
(Jakarta, PT Raja Grafindo Persada: 2008), h. 271
Tidak ada komentar:
Posting Komentar