BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Secara umum masalah
utama yang muncul ketika hendah mempelajari menela’ah Al-Qur’an adalah bahasa.
Di satu sisi, Al-Qur’an berbahasa arab, di sisi lain , para user dan
pembelajarnya bahasa ibunya bukan bahasa arab. Ini menyebabkan komunikasi
dialogis pun tidak terjadi. Inilah yang menjadi penyebab abainya umat Islam
terhadap agamanya sendiri. Oleh karenya sebagai mahasiswa jurusan PBA hendaknya
mengerti dan memahami hal-hal yang berhubungan denga pembelajaran bahasa arab
secara sistimatis. Dikarenakan kami sebagai klompok pertama dalam mata kuliah
METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB maka kami terlebih dahulu membahas tentang
pengertian dari pendekatan, metode dan teknik dalam pembelajaran bahasa arab
beserta dasar –dasar teoritis pengajaran bahasa arab.
- Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari
pendekatan, metode dan teknik dalam pembelajaran bahasa arab?
2.
Apa sajakah
Dasar-dasar teoritis pengajaran bahasa arab?
- Tujuan Masalah
1.
Untuk memahami
pengertian dari pendekatan, metode dan teknik dalam pembelajaran bahasa arab.
2.
Untuk mengetahui
dasar-dasar teoritis pengajaran bahasa arab.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian pendekatan, metodologi dan teknik pembelajaran
- Pengertian pendekatan
Pendekatan pembelajarandapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu.Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).[1]
- Pengertian metodologi[2]
Secara etimologi,
istilah metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata Metodos yang berarti
cara atau jalan. Dan kata Logos yang berarti ilmu.Sedangkan secara semantic,
metodologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau
jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan
efisien.
Makna kata metodologi
sama dengan makna kata metodik yang berarti suatu penyelidikan yang sistematis
dan formulasi metode yang akan digunakan dalam penelitian. Dengan kata lain,
metodologi adalah ilmu tentang metode-metode yang membahas mengenai
bermacam-macam metode mengajar, keunggulan dan kelemahannya, lebih tepat
digunakan untuk penyajian pelajaran apa, bagaimana penerapannya, dan lain
sebagainya.
Maksud dari Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab adalah cara atau jalan yang ditempuh bagaimana
menyajikan bahan-bahan pelajaran dan bahasa arab. Agar mudah diterima, diserap
dan dikuasai anak didik dengan baik dan
menyenangkan.
Istilah Metodologi
Pembelajaran lebih memberikan arti dan kesan, belajar dan mengajar tidak hanya
teoritis.
- Pengertian teknik pembelajaran.[3]
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2005:
1158) teknik adalah metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau
seni melakukan sesuatu. Gerlach dan Ely (Hamzah B Uno, 2009: 2) mengartikan
teknik sebagai jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk
mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai. Teknik
secara harfiah juga diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengaplikasikan dan mempraktikkan suatu metode.
Wikipedia mendefinisikan pembelajaran sebagai setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Khusus untuk pengertian teknik pembelajaran, Sudrajat (2008:1) menjelaskan teknik pembelajaran sebagai cara yang dilakukan pengajar dalam menerapkan metode pembelajaran tertentu.
Wikipedia mendefinisikan pembelajaran sebagai setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Khusus untuk pengertian teknik pembelajaran, Sudrajat (2008:1) menjelaskan teknik pembelajaran sebagai cara yang dilakukan pengajar dalam menerapkan metode pembelajaran tertentu.
- Dasar Teoritis Pembelajaran Bahasa Arab
- Teori Psikologi Pembelajaran Bahasa.
Kedua landasan teori itulah yang digunakan untuk
mengembangkan metode pembelajaran bahasa.
Teori psikologi pembelajaran bahasa menegaskan bahwa
orang belajar bahasa harus dengan stimulus-respon.Ini artinya belajar bahasa
menuntut keaktifan orang yang belajar. Namun, apa yang disebut stimulus tidak
harus datang dari pihak luar atau dari orang lain, melainkan bisa diciptakan
oleh orang yang belajar itu sendiri.
Diantara macam teori psikologi pembelajaran bahasa
yaitu :
1. Teori Behavioristik[4]
Teori belajar behavioristik adalah
sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi
aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik.Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif.Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143).Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut
teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus
dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena
itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting
oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat.
Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar
behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and
Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency
Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of
Responses (Gage, Berliner, 1984).
Teori behavioristik sering kali
tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel
atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat
diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.Teori ini tidak mampu
menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan respon
ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan
antara stimulus yang diberikan dengan responnya.
Namun kelebihan dari teori ini
cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan
tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan
atau shapping yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu,
sehingga menjadikan peserta didik untuk tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
2. Teori Kognitif
Teori Kognitif, dikembangkan oleh
Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya
memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikolog perkembangan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti
kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan
operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini
membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana
seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat
seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.
Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti
teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan.
Menurut teori ini, belajar adalah
perubahan persepsi dan pemahaman.Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu
berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.Asumsi dasar teori ini
adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam
dirinya.Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif.
Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang
baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh
siswa.
Prinsip kognitif banyak dipakai di
dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem
instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
- Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
- Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
- Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
Aplikasi teori belajar kognitif
dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa
yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah
dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat
dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu
dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
3. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan
(konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld).Pengetahuan bukan tiruan dari
realitas, bukan juga gambaran dari dunia kenyataan yang ada.Pengetahuan
merupakan hasil dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang dengan
membuat struktur, kategori, konsep, dan skema yang diperlukan untuk membentuk
pengetahuan tersebut.
Jika behaviorisme menekankan
ketrampilan atau tingkah laku sebagai tujuan pendidikan, sedangkan
maturasionisme menekankan pengetahuan yang berkembang sesuai dengan usia,
sementara konstruktivisme menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang
mendalam, pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika
seseorang tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap
tidak akan berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila
pengetahuan itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena
yang sesuai.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer
begitu saja, melainkan harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing
orang. Pengetahuan juga bukan sesuatu yang sudah ada, melainkan suatu proses
yang berkembang terus-menerus. Dalam proses itu keaktivan seseorang sangat
menentukan dalam mengembangkan pengetahuannya.
Jean Piaget adalah psikolog pertama
yang menggunakan filsafat konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya
dikenal dengan teori adaptasi kognitif.Sama halnya dengan setiap organisme
harus beradaptasi secara fisik dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup,
demikian juga struktur pemikiran manusia.Manusia berhadapan dengan tantangan,
pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif
(mental).Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau
rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan
pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan seseorang
terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut meliputi:
- Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.
- Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
- Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
- Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.
Implikasi teori belajar dalam
pembelajaran
1. Teori
Behaviorisme
Menurut teori belajar ini adalah
perubahan tingkah laku, seseorang dianggap belajar sesuatu bila ada menunjukkan
perubahan tingkah laku. Misalnya, seorang siswa belum bisa membaca maka
betapapun gurunya berusaha sebaik mungkin mengajar atau bahkan sudah hafal
huruf A sampai Z di luar kepala, namun bila siswa itu gagal mendemonstrasikan
kemampuannya dalam membaca, maka siswa itu belum bisa dikatakan belajar. Ia
dikatakan telah belajar apabila ia menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah
laku ( dari tidak bisa menjadi bisa membaca). Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Menurut teori ini yang terpenting
adalah masukan atau input yaitu berupa stimulus dan keluaran atau output yang
berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respons itu
dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati. Yang bisa diamati
adalah stimulus dan respons, misalnya stimulus adalah apa saja yang diberikan guru
kepada siswa tersebut dalam rangka membantu siswa untuk belajar. Stimulus ini
berupa rangkaian alfabet, beberapa kalimat atau bacaan, sedangkan respons
adalah reaksi siswa terhadap stimulus yang diberikan gurunya.
Menurut teori behaviorisme apa saja
yang diberikan guru (stimulus) dan apa saja yang dihasilkan siswa (respons)
semua harus bisa diamati, diukur, dan tidak boleh hanya implisit (tersirat).
Faktor lain yang juga penting adalah faktor penguat (reinforcement). Penguat
adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan
ditambah (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Begitu juga
bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responspun akan tetap
dikuatkan..Misalnya bila seorang anak bertambah giat belajar apabila uang
sakunya ditambah maka penambahan uang saku ini disebut sebagai positive
reinforcement. Sebaliknya jika uang saku anak itu dikurangi dan pengurangan ini
membuat ia makin giat belajar, maka pengurangan ini disebut negative
reinforcement.
Prinsip-prinsip teori behaviorisme
yang banyak dipakai didunia pendidikan ialah (Harley & Davies, 1978 dalam
Toeti, 1997):
- Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi secara aktif didalamnya
- Materi pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya
- Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum
- Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan. Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan negatif
Adapun kritik terhadap teori
behaviorisme adalah:
- Asumsi pokoknya bahwa semua hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang bisa diamati, juga dianggap terlalu menyederhanakan masalah belajar yang sesungguhnya. Tidak semua hasil belajar bisa diamati dan diukur, paling tidak dalam tempo seketika.
- Teori ini tidak mampu menjelaskan proses belajar yang kompleks
Aplikasi teori belajar behaviorisme
dalam pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran,
sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran
yang tersedia. Pelopor terpenting teori ini antara lain adalah : Pavlov,
Watson, Skinner, Thorndike, Hull, dan Guthrie.
2. Teori Kognitif
Piaget menjabarkan implikasi teori
kognitif pada pendidikan yaitu
1) Memusatkan perhatian kepada cara
berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Guru harus
memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut.
Pengalaman – pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan
tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap Pendekatan yang
digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan
guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud,
2) Mengutamakan peran siswa dalam
berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Dalam
kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran pengetahuan jadi ( ready made
knowledge ) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui
interaksi spontan dengan lingkungan,
3) Memaklumi akan adanya perbedaan
individual dalam hal kemajuan per- kembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa
seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
pertumbungan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus
melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari
individu – individu ke dalam bentuk kelompok – kelompok kecil siswa daripada
aktivitas dalam bentuk klasikal,
4) Mengutamakan peran siswa untuk
saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat
dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat
diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
3. Teori konstruktivisme
Implikasi teori konstruktivisme pada pembelajaran
diantaranya :
a. Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
a. Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru dapat mengajar suatu materi kepada sisiwa dengan baik, namun seluruh atau sebagian siswanya tidak belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam mengajar tidak harus diikuti dengan hasil yang baik pada siswanya. Karena, hanya dengan usaha yangkeras para sisiwa sedirilah para siswa akan betul-betul memahami suatu materi yang diajarkan.
b. Tugas setiap guru dalam
memfasilitasi siswanya, sehingga pengetahuan materi yang dibangun atau
dikonstruksi para siswa sendirisan bukan ditanamkan oleh guru. Para sisiwa
harus dapat secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru
kedalam kerangka kognitifnya.
c. Untuk mengajar dengan baik, guru harus
memahami model-model mental yang digunakan para siswa untuk mengenal dunia
mereka dan penalaran yang dikembangkandan yang dibuat para sisiwa untuk
mendukung model-model itu.
d. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
e. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
f. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
g. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didik.sedangkan Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar adalah sebagai berikut:
1) Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu.
2) Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratifdanrefleksi dan interpretasi.
3) Seseorang yang belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam menginterprestasikannya
d. Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka sendiri untuk masing-masing konsep materi sehingga guru dalam mengajar bukannya “menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan pengetahuan pada siswa tetapi menciptakan situasi bagi siswa yang membantu perkembangan mereka membuat konstruksi-konstruksi mental yang diperlukan.
e. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadisituasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik.
f. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
g. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya. Guru hanya sebagai fasilitator, mediator, dan teman yang membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi engetahuan pada diri peserta didik.sedangkan Pandangan Konstruktivisme Tentang Belajar adalah sebagai berikut:
1) Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu.
2) Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratifdanrefleksi dan interpretasi.
3) Seseorang yang belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam menginterprestasikannya
- Teori Ilmu Bahasa (Linguistik)
Teori linguistik atau teori kebahasaan yang turut
mendasari lahirnya metode dan perkembangannya. Teori kebahasaan ini mendasari
cara pandang terhadap hakikat bahasa. Dari teori ini lahir dua aliran yaitu :
- Aliran Struktural yang dipelopori oleh Ferdinan de Saussure . Menurut aliran ini bahasa adalah :
- Ujaran (lisan) dan bukan tulisan.
- Kemampuan bahasa diperoleh melalui latihan pembiasaan dan pengulangan. Jadi bukan mengalihkan dari bahasa pembelajar ke dalam bahasa target(BT)
- Tiap bahasa mempunyai system yang berbeda dari yang lain.
- Tidak ada bahasa yang bisa dinyatakan unggul atas bahasa yang lain
- Semua bahasa yang hidup mengalami perkembangan baik kosa kata maupun pola dan strukturnya.
- Sumber baku bahasa adalah penutur bahasa tersebut. Dari sinilah muncul ungkapan “ bahasa adalah apa yang diucapkan dan bukan apa yang seharusnya diucapkan.”
Proses pembelajaran bahasa menurut aliran struktural
ini adalah :
- Pembiasaan, latihan dan menirukan harus diintensifkan
- Kemahiran berbahasa harus dimulai dari mendengar, berbicara, membaca dan menulis.
- Pendekatan pembelajaran bahasa bisa memanfaatkan analisis kontrastif (dirasah taqabuliyah) untuk mencari sisi kesamaan antara bahasa pembelajar dengan bahasa target dan mencari perbedaan-perbedaannya.
- Perlunya contoh penuturan yang fasih menyangkut bunyi-bunyi, termasuk yang harus dibaca panjang dan pendek. Juga kefasihan struktur agar tidak terkesan mengarabkan struktur Indonesia.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
·
Pengertian pendekatan
Pendektan adalah titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.
·
Pengertian metodologi
a. Secara etimologi : istilah metodologi berasal dari bahasa Yunani
yaitu kata Metodos yang berarti cara atau jalan. Dan kata Logos
yang berarti ilmu.
b. Sedangkan secara semantic : metodologi berarti ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk
mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.
·
Teori
Psikologi Pembelajaran Bahasa.
Kedua
landasan teori itulah yang digunakan untuk mengembangkan metode pembelajaran bahasa. Diantara macam
teori psikologi pembelajaran bahasa yaitu :
1.
Teori
Behavioristik
Adalah
sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman.
2.
Teori
Kognitif
Teori
Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup
tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan
psikolog perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan,
yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan
dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada
kenyataan. Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya
terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut
antara lain:
Seseorang
yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran
tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
Penyusunan
materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
Belajar
dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa
pengertian penyajian.
3.
Teori
Konstruktivisme
Konstruktivisme
adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah
bentukan (konstruksi) kita sendiri (Von Glaserfeld).Manusia harus mengembangkan
skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan
menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan cara itu,
pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut
meliputi:
5.
Skema/skemata
adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus
mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan.
6.
Asimilasi
adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep
awalnya, hanya menambah atau merinci.
7.
Akomodasi
adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
8.
Equilibrasi
adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat
menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamya (skemata). Proses
perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium
melalui asimilasi dan akomodasi.
·
Implikasi
teori belajar dalam pembelajaran
1.
Teori Behaviorisme
Menurut teori belajar ini adalah
perubahan tingkah laku. Prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak dipakai
didunia pendidikan ialah :
- Proses belajar dapat berhasil dengan baik apabila si belajar ikut berpartisipasi secara aktif didalamnya.
- Materi pelajaran dibentuk dalam bentu unit-unit kecil dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga si belajar mudah mempelajarinya.
- Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung, sehingga si belajar dapat mengetahui apakah respons yang diberikan telah benar atau belum.
- Setiap kali si belajar memberikan respons yang benar maka ia perlu diberi penguatan. Penguatan positif ternyata memberikan pengaruh yang lebih baik daripada penguatan negatif (Harley & Davies, 1978 dalam Toeti, 1997).
2. Teori
Kognitif
Piaget
menjabarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu:
- Memusatkan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya.
- Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar.
- Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan per- kembangan.
- Mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut Piaget, pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran.
3.
Teori
konstruktivisme
Implikasi
teori konstruktivisme pada pembelajaran diantaranya :
1.
Setiap guru
akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan jelas-jelasnya
namun masih ada sebagian siswa yang belum mengerti ataupun tidak mengerti
materi yang diajarkan sama sekali.
2.
Tugas setiap guru dalam memfasilitasi siswanya
3.
Untuk
mengajar dengan baik, guru harus memahami model-model mental yang digunakan
para siswa untuk mengenal dunia mereka .
4.
Siswa perlu mengkonstruksi pemahaman yang mereka
sendiri untuk masing-masing konsep materi.
5.
Kurikulum
dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan.
6.
Latihan
memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.
7.
Peserta didik diharapkan selalu aktif dan
dapat menemukan cara belajar yang sesuai dengan dirinya.
[1]http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/
[2] Drs. H. Ahmad Izzan, M.Ag.
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.
Hal:72
[3]http://lompoulu.blogspot.com/2012/11/pengertian-jenis-teknik-pembelajaran.html
[4]http://dian75.wordpress.com/2010/07/29/teori-behavioristisme-kognitif-dan-konstruktivisme-serta-implikasi-ketiga-teori-tersebut-dalam-pembelajaran/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar