BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan
dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada dalam diri mereka.
Dalam teknologi pendidikan diperlukan teori psikologi ( psikologi
pendidikan dan psikologi belajar ), karena subjek dalam teknologi pendidikan
adalah manusia ( peserta didik ). Setiap peserta didik memiliki karateristik
tersendiri yang berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu diperlukanlah teori
psikologi. Selain itu juga, dalam membuat strategi belajar dan untuk mengetahui
tehnik belajar yang baik maka terlabih dahulu kita sebagai guru harus mengerti
ilmu jiwa.
BAB II
PAMBAHASAN
A. Devinisi
1. Psikologi
Psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu pengetahuan untuk mengerti
dan memahami kejiwaan seseorang. Psikologi juga merupakan suatu disiplin
ilmu berobyek formal perilaku manusia, yang berkembang pesat sesuai dengan
perkembangan perilaku manusia dalam berbagai latar.
Pengetahuan
tentang psikologi diperlukan oleh dunia pendidikan karena dunia pendidikan
menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku,
kepribadian, sikap, minat, motivasi, perhatian, persepsi, daya pikir,
inteligensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya yang berbeda antara
peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya. Perbedaan
karakteristik psikologis yang dimiliki oleh para peserta didik harus diketahui
dan dipahami oleh setiap guru atau instruktur yang berperan sebagai pendidik
dan pengajar di kelas, jika ingin proses pembelajarannya berhasil.[1]
Psikologi
berasal dari dua kata bahasa yunani psyche yang berarti jiwa dan logos yang
berarti ilmu, secara harfiah psikologi dapat diartikan yaitu ilmu tentang jiwa
atau ilmu jiwa. Menurut Branca[2]
menyatakaan bahwa psikologi sebagai ilmu tentang perilaku.
Menurut
Woodworth dan Marquis[3],
menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu tentang aktivitas individu, baik
aktivitas motorik, kognitif maupun emosinonal. Definisi ini, lebih bersifat
praktis karena langsung mengarah pada aktivitas kongkrit yang dilakukan manusia
sebagai manifestasi kondisi kejiwaannya.
Psikologi
atau ilmu jiwa yang mempelajari jiwa manusia, jiwa itu sendiri adalah roh dalam
keadaan mengendalikan jasmani yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar, karena
itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia yang
berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.[4]
Dari
pengertian diatas, dapat disimpulkan psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang
proses mental dan perilaku seseorang yang merupakan manifestasi atau penjelmaan
dari jiwa itu.[5]
2.
Psikologi
Pendidikan
Psikologi pendidikan yaitu ilmu yang membahas segi-segi psikologi
dalam lapangan pendidikan dimana psikologi pendidikan adalah studi ilmiah
mengenai tingkah laku individu dalam situasi pendidikan. Tujuan psikologi
pendidikan ialah mempelajari tingkah laku manusia dan perubahan tingkah laku
itu sebagai akibat proses dari tangan pendidikan dan berusaha bagaimana suatu
tingkah laku itu seharusnya diubah, dibimbing melalui pendidikan (Mustaqim,
2010).[6]
Dengan
demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah satu cabang psikologi
yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan
dengan tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori
psikologi berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah
tertentu, dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.[7]
Dengan
memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan
psikologisnya diharapkan dapat :
- Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.
- Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
- Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
- Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
- Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.
- Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
- Menilai hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.[8]
3.
Aplikasi
Psikologi Pendidikan
Aplikasi
Psikologi Pendidikan dalam Teknologi Pendidikan adalah yang menyangkut dengan
aspek-aspek perilaku dalam ruang lingkup belajar mengajar. Secara psikologis,
manusia adalah mahluk individual namun juga sebagai makhluk social dengan kata
lain manusia itu sebagai makhluk yang unik. Maka dari itu kajian psikologi
pendidikan dalam Teknologi pendidikan seharusnya memperhatikan keunikan yang
dimiliki oleh setiap individu baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan,
kemampuan, sikap, motivasi, perasaan serta karakteristik-karakteristik individu
lainnya. Dan strategi belajar seperti itu terdapat dalam kajian ilmu
Teknologi Pendidikan.[9]
B.
Beberapa Teori
Dalam Psikologi Yang Berhubungan Dengan Pengembangan Teknologi Pendidikan.
Yang menjadi persoalan adalah bagaimana proses pendidikan dilaksanakan?? berikut
dikemukakan empat teori psikologi pendidikan yang paling berpengaruh yaitu:
·
Behaviorisme ( Tingkah Laku / Perilaku ): Pendidikan dipengaruhi
oleh lingkungan. Contoh: Pengelolaan kelas berpusat pada guru dengan interaksi sosial
sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan merupakan tujuan utama
yang hendak dicapai.
·
Kognitivisme ( Akal Pikiran / Otak )pendidikan dihasilkan
dari proses berpikir ( dalam Sukarjo, 2009 :50).[10] contoh: Perlakuan individu didasarkan pada
tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
·
Konstruktivisme: Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir
maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar ( dalam Sukarjo 2009 :56).[11]
·
Humanistik ( Bakat ): para pendidik sebaiknya melihat
kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini .Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa
manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik dan
belajar.
C.
Aplikasi Teori Psikologi Humanistik
Pada makalah ini sebernanya bahasan utama kita adalah
teori HUMANISTIK. Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk memanusiakan
manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila peserta
didik / si pembelajar telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain peserta didik / si pembelajar dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya .[12]
Implikasinya
terhadap pendidikan adalah sebagai berikut ( dalam Baharudin & Wahyuni,
2008 ) :[13]
- Perlakuan terhadap individu didasarkan akan kebutuhan individual dan kepribadian peserta didik.
- Motivasi belajar berasal dari dalam diri (intrinsik) karena adanya keinginan untuk mengetahui.
- Metode belajar menggunakan metode pendekatan terpadu dengan menekankan kepada ilmu-ilmu sosial.
- Tujuan kurikuler mengutamakan pada perkembangan dari segi sosial, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan individu dan orang lain
- Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik yang mempunyai kebebasan memilih dan guru hanya berperan untuk membantu.
- Untuk mengefektifkan mengajar maka pengajaran disusun dalam bentuk topik-topik terpadu berdasarkan pada kebutuhan peserta didik
- Partisipasi peserta didik sangat dominan
- Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar melalui pemahaman dan pengertian bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan
Secara
singkat pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan
positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan
menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal
ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk mengembangkan diri
yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik. Dalam teori humanistik belajar dianggap berhasil apabila
pembelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.[14]
D. Studi Kasus
Setiap manusia mempunyai hak kemanusiaan dan dianggap
sebagai manusia. Oleh sebab itu, sebagai murid juga mempunyai hak untuk
dihargai sebagai manusia agar perkembangan berfikir dan psikologi akan tetap
berkembang.
1.
Deskripsi Kasus
Rifiani adalah siswi dari SLTP Cipete. Ia seorang yg
kurang kasih sayang dari siapa pun. Orang tuanya juga tidak terlalu mnghiraukan
buah hatinya itu karena sebenarnya orang tua menginginkan anak laki-laki.
Akhirnya mereka menyibukkan diri dengan pekerjaan di luar rumah. Efeknya sangat
terlihat di kehidupan Vina. Jika Rifiani melakukan kesalahan, tak segan-segan orang
tuanya segera menghajarnya, ia sama sekali tidak pernah disanjung oleh orang
tuanya yang demikian itu wajar dilakukan oleh orang tua lainnya.. Dengan
keadaan yang seperti itu, sehingga ia beranggapan dalam kehidupannya tidak
terlalu mementingkan belajar. Bagi dia, yang terpenting di dunia ini adalah
hidup dengan cinta.
Ia dikeluarkan dari sekolah karena seringnya ia melanggar
peraturan dan mengenal pergaulan-pergaulan diluar sana. Ia hanya ingin
merasakan manisnya cinta. Akan tetapi ia salah dalam memilih seseorang untuk
menjadi sandaran cintanya. Ia tidak mmilih seorang teman yang senantiasa
membantu dia, ia malah memilih pacar yang ia kenal dari pergaulan bebas.
Hemat orang tuanya, akan lebih baiknya jika Rifiani
dipondokkan. Akhirnya ia mondok di pondok salaf PPP. al-Mardliyah,Mojosari
Nganjuk.
Karena mondok merupakan keinginan orang tuanya, Rifiani
tidak terlalu mementingkan pelajaran dan peraturan pondok. Rifiani sering
keluar pondok melewati batas yang diperbolehkan. Bahkan, ia berani kabur dari
pondok mengikuti sang pacar. Ia menjadi seorang yang tidak mempunyai tujuan
hidup.
2.
Memahami Rifiani sebagai
makhluk yang memunyai hak sebagai manusia.
Sehubungan dengan kasus, Rifiani adalah seorang anak yang
sepatutnya mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya. Tapi karena sang orang
tua merasa terbebani oleh kehadiran Rifiani ini, Rifiani jadi merasa tidak ada
semangat hidup. Rifiani menjadi bermasalah karena lingkungannya yang menjadikan
ia seperti itu, sehingga iaterlalu stres dan banyak fikiran sehingga menghambat
perkembangan psikologinya.
3. Penyelesaiannya
Sebagai orang tua, seharusnya menyayangi
anaknya sendiri. Tidak membeda-bedakan. Mensyukuri apapun yang telah diberikan
Alloh terhadap kita ini. Dan merawatnya
dengan baik. Mendukung setiap cita-citanya dan mengarahkan setiap langkahnya. Sehingga
dengan demikian, psikologi anak dan haknya untuk mendapatkan kasih sayang dari
orang tuanya akan berjalan lancar. Karena ini merupakan faktor untuk menunjang
aktifitas dan prestasinya di sekolah.
Dan dari segi Rifiani sendiri, sebaiknya ia mencari teman yang bisa
membimbingnya ke arah yang lebih baik. Teman baik yang penuh kasih sayang,
sehingga ia bisa mendapatkan rasa cinta dari seorang sahabat, bukan dari
seorang laki-laki yang bukan muhrim.
Dan sbagai seorang anak, seharusnya ia belajar
komunikasi dengan orang tua, dan melaksanakan hal-hal yang meringankan beban
orang tua. Sehingga orang tua bisa merasakan kasih sayang dari seorang anak
yang begitu tulus.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaplikasian teori
psikologi terhadap teknologi pendidikan sangat erat karena dalam membuat
strategi belajar dan untuk mengetahui tehnik belajar yang baik maka terlabih
dahulu kita sebagai guru harus mengerti ilmu jiwa.
B. Kritik dan Saran
Dengan kedatangan makalah ini, kami
sampaikan dengan kemampuan usaha kami. Bila ini memang benar hanya dari Allah
SWT yang memiliki Maha Kebenaran, apabila terdapat kesalahan itu karena kami
tidak jauh dari kekhilafan dan tidak enggan para pembaca khususnya dosen
Pengampu untuk memberikan kritik dan saran guna perbaikan-perbaikan makalah
ini. Semoga makalah ini banyak manfaat bagi mahasiswa STIBAFA khususnya dan
para pembaca budiman pada umumnya. Amin.
Daftar Pustaka
Esa, Wahyuni, Nur dan Baharudin. Teori Belajar
& Pembelajaran. 2008. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group
Khadijah, Nyayu Psikologi Pendidikan, ,Palembang:
Grafika Telindo Press, 2009
Mustaqim,
dkk.. Psikologi Pendidikan. PT Rineka Cipta : Jakarta 2010
Pidarta, Made, Landasan Kependidikan, Jakarta:
Rineka Cipta, 2007.
Ukim, Komarudin dan Sukardjo,M. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres, 2009
[6]Mustaqim, dkk. 2010. Psikologi Pendidikan. PT Rineka Cipta : Jakarta
[10]Landasan Pendidikan, Sukardjo,M dan Komarudin Ukim, Jakarta:
Rajawali Pres, 2009, hal. 50
[11]Landasan Pendidikan, Sukardjo,M dan Komarudin Ukim, Jakarta:
Rajawali Pres, 2009.hal. 56
[13]Baharudin.
dan Wahyuni, Nur Esa. Teori Belajar & Pembelajaran. 2008.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar