BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di dalam
lembaga pendidikan sering sekali terjadi kebingungan dalam menentukan langkah
yang bisa mencapai target dengan baik dan benar. Hal tersebut dapat mengancam
keberhasilan kita dalam belajar baik dari pihak guru yang mengajar dan pihak
pelajar yang ingin mencapai hasil pembelajaran dengan maksimal.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa maksud dari prinsip belajar dan bagaimana pengklasifikasiannya?
2.
Bagaimana bentuk-bentuk dari belajar?
C.
Tujuan Masalah
1.
Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip belajar.
2.
Mengetahui tentang bentuk-bentuk belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip-prinsip belajar yang relatif
berlaku umum berkaitan dengan:
1.
Perhatian dan motivasi
Perhatian
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu
yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Motivasi adalah
tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi
erat kaitannya dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang
studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul
motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi dapat bersifat
internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal
yakni datang dari orang lain.
Motivasi dibedakan menjadi dua:
a.
Motivasi intrinsik.
Motivasi
intrinsik adalah motivasi yang tercakup didalam situasi belajar dan menemui
kebutuhan dan tujauan murid. Motivasi ini juga sering murni.[2]
b.
Motivasi ekstrinsik.
Motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh factor-faktor dari luar situasi
belajar. [3]
Motif
ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi
motif”.
2.
Keaktifan
Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey
mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa
untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar
pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya
jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya
saja tanpa mengadakan transformasi.Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif,
konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses belajar mengajar anak mampu
mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap
proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa
kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca,
mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang
dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep
dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
3.
Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar
Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut
pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari
pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar
mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya..
4.
Pengulangan
Menurut teori
psikologi daya belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang
terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir,
dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. Teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam
belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda.
5.
Tantangan
Teori Medan
(Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar
berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan
yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan
itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Tantangan yang
dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan
belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat
siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penguatan positif maupun negatif juga
akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau
terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6.
Balikan dan penguatan
Prinsip belajar
yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori
belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner.Kalau pada teori conditioning
yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang
diperkuat adalah responnya.Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya
Thorndike.
Siswa belajar
sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.Nilai yang baik
itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.Nilai yang baik dapat
merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang
mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik
kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut
penguatan negatif atau escape conditioning.
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan danpenguatan.
7. Perbedaan individu
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan danpenguatan.
7. Perbedaan individu
Siswa merupakan
individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap
siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini
berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang
dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual,
umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu
dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula
dengan pengetahuannya.Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan
individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:
·
Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi.
·
Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa
pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang pandai.
·
Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan
kemampuan siswa.
Implikasi
prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap kegiatan
perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
Implikasi
Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa
Siswa sebagai
”primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan apapun
tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar.
1) Perhatian dan motivasi
Siswa dituntut
untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah
pencapaian tujuan belajar.Peningkatan/pengembangan minat merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373).
Implikasi
prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi
belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara
terus-menerus.Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar
mereka secara terus-menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui
tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapai secara positif pujian/dorongan
dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan
perilaku sejenis lainnya.Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan
dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku
tersebut bersifat psikis.
2) Keaktifan
Sebagai ”primus
motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut
untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat
memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut
untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional.Implikasi prinsip keaktifan
bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan,
menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat
karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip
keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam
proses pembelajaran.
3) Keterlibatan
langsung/berpengalaman
Hal apapun yang
dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Implikasi prinsip ini
dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas
belajar yang diberikan kepada mereka. Misalnya siswa berdiskusi untuk membuat
laporan, siswa melakukan reaksi kimia, dan perilaku sejenisnya. Perilaku
keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat
diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4) Pengulangan
Penguasaan secara
penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti
(Davies, 1987:32).Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam
kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah
kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk
satu macam permasalahan.Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa
bosan dalam melakukan pengulangan.
5) Tantangan
Prinsip belajar
ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa diberikan tanggung jawab
untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan
belajar dan mengingat lebih baik (Davies, 1987:32). Implikasi prinsip tantangan
bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya
kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan. Selain itu,
siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan
yang dihadapinya.Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari
prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan
tugas terbimbing ataupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.
6) Balikan dan penguatan
Siswa selalu
membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau
salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil
(knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi
dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah
segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies, 1987:32).Hal ini timbul
karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus
penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya.Untuk memperoleh balikan
penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah
dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan
terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena
hasil belajar yang jelek.
7) Perbedaan individual
Setiap siswa
memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain.
Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri
dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies,
1987:32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa
menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.
Implikasi
Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru
Guru sebagai
orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya
prinsip-prinsip belajar.
1)
Perhatian dan motivasi
a.
Guru menggunakan metode secara bervariasi
b.
Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang
diajarkan
c.
Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton
d.
Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction
question)
Sedangkan
implikasi prinsip motivasi bagi guru tampak pada perilaku-perilaku yang
diantaranya adalah:
a.
Memilih bahan ajar sesuai minat siswa
b.
Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa
c.
Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin
memberitahukan hasilnya kepada siswa
d.
Memberikan pujian verbal atau non verbal terhadap siswa yang
memberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan
e.
Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa
2)
Keaktifan
Peran guru
mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti mengubah
peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis,
yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di
dalam kondisi yang ada (Sten, 1988:224). Hal ini berarti pula bahwa kesempatan
yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari. Untuk dapat
menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru di antaranya dapat
melaksanakan perilaku-perilaku berikut:
·
Menggunakan multimetode dan multimedia
·
Memberikan tugas secara individual dan kelompok
·
Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam
kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang)
·
Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang
kurang jelas
·
Mengadakan tanya jawab dan diskusi
3)
Keterlibatan langsung/berpengalaman
Untuk dapat
melibatkan siswa secara fisik, mental-emosional dan intelektual dalam kegiatan
pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran.
Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman
diantaranya adalah:
·
Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran
individual dan kelompok kecil
·
Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan
demonstrasi
·
Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa
·
Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan
psikomotorik yang dicontohkan
·
Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di
luar kelas atau luar sekolah
·
Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan
pembelajaran
Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.
Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.
4)
Pengulangan
Implikasi
prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan pembelajaran
yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan
pengulangan.Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang
harus dihafalkan secara tetap tanpa ada kesalahan sedikitpun.Selain itu,
pengulangan juga diperlukan terhadap pesan-pesan pembelajaran yang membutuhkan
latihan.
Perilaku guru
yang merupakan implikasi prinsip pengulangan di antaranya:
·
Merancang pelaksanaan pengulangan
·
Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan
·
Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang
·
Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan
·
Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi
5)
Tantangan
Apabila guru
menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus memberikan
tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya.Tantangan dalam kegiatan
pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan, dan
alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran. Perilaku guru yang
merupakan implikasi prinsip tantangan diantaranya adalah:
·
Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau dalam
kelompok kecil (3-4 orang)
·
Memberikan tugas pada siswa memecahkan masalah yang membutuhkan
informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi
·
Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang
selesai disajikan
·
Mengembangkan bahan pembelajaran (teks,modul, dan yang lain) yang
memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan di dalamnya, sehingga
tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail tanpa memberikan
kesempatan siswa mencari dari sumber lain.
·
Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk
menyelenggarakan masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi
6)
Balikan dan penguatan
Balikan dapat
diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual ataupun kelompok
klasikal. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat
menentukan bentuk, cara, serta kapan balikan dan penguatan diberikan. Agar
balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan
karakteristik siswa. Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru,
berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
·
Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan
yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah
·
Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa
pada waktu yang telah ditentukan
·
Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah,
laporan, klipping pekerjaan rumah) berdasarkan hasil koreksi guru terhadap
hasil kerja pembelajaran
·
Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh
guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi pebelajar
·
Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peringkat yang diraih setiap
siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes
·
Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada
siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru.
·
Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan
tugas
7)
Perbedaan individual
Setiap guru
tentunya harus menyadari bahwa menghadapi 30 siswa dalam satu kelas, berarti
menghadapi 30 macam keunikan atau karakteristik.Konsekuensi logis adanya hal
ini, guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang
per orang. Implikasi prinsip perbedaan individual bagi guru berwujud
perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
·
Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat
melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya
·
Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan
pembelajaran
·
Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan
perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan
·
Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang
membutuhkan
c.
Bentuk-bentuk Belajar[4]
Setiap orang, tidak terkecuali peserta didik
memiliki kekhasan dalam upayanya menangkap dan memahami pengetahuan baru yang
di terimanya. Terkait hal tersebut para ilmuwan telah mengkategorikan
bentuk-bentuk belajar yang umumnya diterapkan oleh manusia pembelajar. Gagne
(1984) mengemukakan ada empat bentuk belajar, yaitu:
1.
Belajar
Responden.
Responden adalah respon
yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu.[5]Belajar Responden
merupakan belajar yang dibentuk dengan adanya hubungan antara stimulus dengan
respon. Dalam belajar ini, suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang
telah dikenal. Jadi, terjadinya proses belajar dikarenakan adanya stimulus. Pada umumnya perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respon yang
ditimbulkannya. Misalnya Maya bisa menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh gurunya dengan benar. Kemudian guru tersebut
memberikan senyuman dan pujian kepadanya. Akibatnya Maya semakin giat belajar. Senyum
dan pujian guru ini merupakan stimulus tak terkondisi. Tindakan guru ini
menimbulkan perasaan yang menyenangkan pada diri Maya sehingga ia membuat dia
lebih giat lagi dalam belajar.
2.
Belajar
Kontiguitas
Kontiguitas sama dengan responden, akan tetapi
untuk responden waktunya dilakukan secara bersamaan. Belajar dalam bentuk ini
tidak memerlukan hubungan stimulus tak terkondisi dengan respons.Asosiasi dekat
(contiguous) sederhana antara stimulus dan respons dapat menghasilkan suatu
perubahan dalam perilaku individu.Hal ini disebabkan secara sederhana manusia
dapat berubah karena mengalami peristiwa-peristiwa yang berpasangan. Belajar
kontiguitas sederhana bisa dilihat jika seseorang memberikan respon atas
pertanyaan yang belum lengkap, seperti ”dua kali dua sama dengan?” Maka pasti
bisa menjawab ”empat”. Itu adalah contoh asosiasi berdekatan antara stimulus
dan respon dalam waktu yang sama.
Bentuk belajar kontiguitas yang lain adalah
“stereotyping”, yaitu adanya peristiwa yang terjadi berulang-ulang dalam bentuk
yang sama, sehingga terbentuk dalam pemikiran kita. Seringkali sinetron
televisi memperlihatkan seorang ilmuwan dengan memakai kacamata, ibu tiri
adalah wanita yang kejam.Maka sinetron televisi menciptakan kondisi untuk
belajar stereotyping, padahal hal tersebut tidak sepenuhnya benar.
3.
Belajar Operant
Belajar bentuk ini sebagai akibat dari
reinforcement, bukan karena adanya stimulus, sebab perilaku yang diinginkan
timbul secara spontan ketika organisme beroperasi dengan
lingkungannya.Maksudnya perilaku individu dapat ditimbulkan dengan adanya
reinforcement segera setelah adanya respon. Respon ini bisa berupa pernyataan,
gerakan dan tindakan. Misalnya respon menjawab pertanyaan guru secara sukarela,
maka reinforcer bisa berupa ucapan guru “bagus sekali”, “kamu dapat satu poin”,
dan sebagainya.
4.
Belajar Observasional
Observasional merupakan bentuk belajar yang
paling sederhana karena individu hanya mengamati orang lain kemudian meniru
perbuatannya.Misalnya anak kecil belajar makan itu dengan mengamati cara makan
yang dilakukan oleh ibunya atau keluarganya.
5.
Belajar
Kognitif
Bentuk belajar ini memperhatikan proses-proses
kognitif selama belajar. Proses semacam itu menyangkut “insight” (berpikir) dan
“reasoning” (menggunakan logika deduktif dan induktif). Bentuk belajar ini
mengindahkan persepsi siswa, insight, kognisi dari hubungan esensial antara
unsur-unsur dalam situasi ini. Jadi belajar tidak hanya timbul dari adanya
stimulus-respon maupun reinforcement, melainkan melibatkan tindakan mental
individu yang sedang belajar.
BAB III
PENUTUP
A.
kesimpulan
Prinsip-prinsip dalam belajar sebagai berikut:
1.
Perhatian dan motivasi
2.
Keaktifan
3.
Keterlibatan langsung/berpengalaman
4.
Pengulangan
5.
Tantangan
6.
Balikan dan penguatan
7.
Perbedaan individual
Gagne membagi bentuk-bentuk belajar menjadi
lima bentuk, yang merupakan inti dari teori belajar, yaitu bentuk responden,
kontiguitas, operant, observasional dan kognitif. Responden merupakan belajar
yang dibentuk dengan adanya hubungan antara stimulus dengan respon. Kontiguitas
sama dengan responden, akan tetapi untuk responden waktunya dilakukan secara
bersamaan. Observasional merupakan bentuk belajar yang paling sederhana karena
individu hanya mengamati orang lain kemudian meniru perbuatannya. Sedangkan
kognitif merupakan bentuk yang tertingggi karena sudah memasuki wilayah insight.
B.
Saran dan
Kritik
Demikianlah pembahasan Memahami
Prinsip dan Bentuk Belajar dari kami untuk teman-teman semua. Pastilah di dalam makalah ini
banyak kekurangan karena memang hanya Allahlah yang maha sempurna. Atas segala
kesalahan dan kekurangan saya minta maaf dan mohon kritik dan saran yang
membangun.
Harapan kami setelah teman-teman tahu segala
sesuatu yang menyangkut Memahami Prinsip dan
Bentuk Belajar,
teman-teman mau mengamalkan nya.
DAFTAR PUSTAKA
Suryabrata, Sumadi, B.A.,M.A., Ed.S. ,Ph. D,
Drs, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada: 2008)
Dr. dimyati dan Drs. Mujiono, Belajar
Dan Pembelajaran, ( Jakarta, PT RINEKA CIPTA: 2006), cet. 3,
Prof. Dr. Oemar Hamalik, Proses
Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara. 2001. Hal. 162
[1] Dr.
dimyati dan Drs. Mujiono, Belajar Dan Pembelajaran, ( Jakarta, PT RINEKA
CIPTA: 2006), cet. 3, h. 42-43
[4]http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/jenis-dan-bentuk-bentuk-belajar.html
[5] Drs. Sumadi Suryabrata, B.A.,M.A., Ed.S. ,Ph. D Psikologi Pendidikan,
(Jakarta, PT Raja Grafindo Persada: 2008), h. 271
Tidak ada komentar:
Posting Komentar