Selasa, 26 Agustus 2014

prinsip belajar dan bagaimana pengklasifikasiannya



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di dalam lembaga pendidikan sering sekali terjadi kebingungan dalam menentukan langkah yang bisa mencapai target dengan baik dan benar. Hal tersebut dapat mengancam keberhasilan kita dalam belajar baik dari pihak guru yang mengajar dan pihak pelajar yang ingin mencapai hasil pembelajaran dengan maksimal.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa maksud dari prinsip belajar dan bagaimana pengklasifikasiannya?
2.      Bagaimana bentuk-bentuk dari belajar?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip belajar.
2.      Mengetahui tentang bentuk-bentuk belajar.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Prinsip-prinsip Belajar[1]
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan:
1.      Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.

Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi erat kaitannya dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain.
Motivasi dibedakan menjadi dua:
a.      Motivasi intrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup didalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujauan murid. Motivasi ini juga sering murni.[2]
b.      Motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh factor-faktor dari luar situasi belajar. [3]
Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi motif”.
2.       Keaktifan
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi.Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
3.      Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya..
4.      Pengulangan
Menurut teori psikologi daya belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda.
5.      Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6.      Balikan dan penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner.Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya.Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya Thorndike.
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan.Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning.
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan danpenguatan.
7. Perbedaan individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:
·         Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi.
·         Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang pandai.
·         Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa.
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa
Siswa sebagai ”primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar.
1) Perhatian dan motivasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar.Peningkatan/pengembangan minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373).
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus.Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus-menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapai secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya.Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.
2) Keaktifan
Sebagai ”primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional.Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Misalnya siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa melakukan reaksi kimia, dan perilaku sejenisnya. Perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4) Pengulangan
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32).Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan.Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan.
5) Tantangan
Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat lebih baik (Davies, 1987:32). Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya.Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing ataupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.
6) Balikan dan penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies, 1987:32).Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya.Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek.
7) Perbedaan individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru
Guru sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya prinsip-prinsip belajar.
1)      Perhatian dan motivasi
a.       Guru menggunakan metode secara bervariasi
b.      Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan
c.       Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton
d.      Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question)
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru tampak pada perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
a.       Memilih bahan ajar sesuai minat siswa
b.      Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa
c.       Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada siswa
d.      Memberikan pujian verbal atau non verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan
e.       Memberitahukan nilai dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa
2)      Keaktifan
Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1988:224). Hal ini berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru di antaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:
·         Menggunakan multimetode dan multimedia
·         Memberikan tugas secara individual dan kelompok
·         Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang)
·         Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas
·         Mengadakan tanya jawab dan diskusi
3)      Keterlibatan langsung/berpengalaman
Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental-emosional dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran. Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman diantaranya adalah:
·         Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok kecil
·         Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi
·         Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa
·         Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan psikomotorik yang dicontohkan
·         Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah
·         Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran
Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.
4)      Pengulangan
Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan.Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang harus dihafalkan secara tetap tanpa ada kesalahan sedikitpun.Selain itu, pengulangan juga diperlukan terhadap pesan-pesan pembelajaran yang membutuhkan latihan.
Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan di antaranya:
·         Merancang pelaksanaan pengulangan
·         Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan
·         Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang
·         Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan
·         Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi
5)      Tantangan
Apabila guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus memberikan tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya.Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan diantaranya adalah:
·         Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau dalam kelompok kecil (3-4 orang)
·         Memberikan tugas pada siswa memecahkan masalah yang membutuhkan informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi
·         Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan
·         Mengembangkan bahan pembelajaran (teks,modul, dan yang lain) yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan di dalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail tanpa memberikan kesempatan siswa mencari dari sumber lain.
·         Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi
6)      Balikan dan penguatan
Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual ataupun kelompok klasikal. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat menentukan bentuk, cara, serta kapan balikan dan penguatan diberikan. Agar balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa. Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru, berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
·         Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah
·         Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu yang telah ditentukan
·         Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, klipping pekerjaan rumah) berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran
·         Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi pebelajar
·         Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peringkat yang diraih setiap siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes
·         Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru.
·         Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas
7)      Perbedaan individual
Setiap guru tentunya harus menyadari bahwa menghadapi 30 siswa dalam satu kelas, berarti menghadapi 30 macam keunikan atau karakteristik.Konsekuensi logis adanya hal ini, guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang. Implikasi prinsip perbedaan individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
·         Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya
·         Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran
·         Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan
·         Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan

c.       Bentuk-bentuk Belajar[4]
Setiap orang, tidak terkecuali peserta didik memiliki kekhasan dalam upayanya menangkap dan memahami pengetahuan baru yang di terimanya. Terkait hal tersebut para ilmuwan telah mengkategorikan bentuk-bentuk belajar yang umumnya diterapkan oleh manusia pembelajar. Gagne (1984) mengemukakan ada empat bentuk belajar, yaitu:
1.      Belajar Responden.
Responden adalah respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu.[5]Belajar Responden merupakan belajar yang dibentuk dengan adanya hubungan antara stimulus dengan respon. Dalam belajar ini, suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenal. Jadi, terjadinya proses belajar dikarenakan adanya stimulus. Pada umumnya perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respon yang ditimbulkannya. Misalnya Maya bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya dengan benar. Kemudian guru tersebut memberikan senyuman dan pujian kepadanya. Akibatnya Maya semakin giat belajar. Senyum dan pujian guru ini merupakan stimulus tak terkondisi. Tindakan guru ini menimbulkan perasaan yang menyenangkan pada diri Maya sehingga ia membuat dia lebih giat lagi dalam belajar.
2.      Belajar Kontiguitas
Kontiguitas sama dengan responden, akan tetapi untuk responden waktunya dilakukan secara bersamaan. Belajar dalam bentuk ini tidak memerlukan hubungan stimulus tak terkondisi dengan respons.Asosiasi dekat (contiguous) sederhana antara stimulus dan respons dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku individu.Hal ini disebabkan secara sederhana manusia dapat berubah karena mengalami peristiwa-peristiwa yang berpasangan. Belajar kontiguitas sederhana bisa dilihat jika seseorang memberikan respon atas pertanyaan yang belum lengkap, seperti ”dua kali dua sama dengan?” Maka pasti bisa menjawab ”empat”. Itu adalah contoh asosiasi berdekatan antara stimulus dan respon dalam waktu yang sama.
Bentuk belajar kontiguitas yang lain adalah “stereotyping”, yaitu adanya peristiwa yang terjadi berulang-ulang dalam bentuk yang sama, sehingga terbentuk dalam pemikiran kita. Seringkali sinetron televisi memperlihatkan seorang ilmuwan dengan memakai kacamata, ibu tiri adalah wanita yang kejam.Maka sinetron televisi menciptakan kondisi untuk belajar stereotyping, padahal hal tersebut tidak sepenuhnya benar.
3.      Belajar Operant
Belajar bentuk ini sebagai akibat dari reinforcement, bukan karena adanya stimulus, sebab perilaku yang diinginkan timbul secara spontan ketika organisme beroperasi dengan lingkungannya.Maksudnya perilaku individu dapat ditimbulkan dengan adanya reinforcement segera setelah adanya respon. Respon ini bisa berupa pernyataan, gerakan dan tindakan. Misalnya respon menjawab pertanyaan guru secara sukarela, maka reinforcer bisa berupa ucapan guru “bagus sekali”, “kamu dapat satu poin”, dan sebagainya.
4.      Belajar Observasional
Observasional merupakan bentuk belajar yang paling sederhana karena individu hanya mengamati orang lain kemudian meniru perbuatannya.Misalnya anak kecil belajar makan itu dengan mengamati cara makan yang dilakukan oleh ibunya atau keluarganya.
5.      Belajar Kognitif
Bentuk belajar ini memperhatikan proses-proses kognitif selama belajar. Proses semacam itu menyangkut “insight” (berpikir) dan “reasoning” (menggunakan logika deduktif dan induktif). Bentuk belajar ini mengindahkan persepsi siswa, insight, kognisi dari hubungan esensial antara unsur-unsur dalam situasi ini. Jadi belajar tidak hanya timbul dari adanya stimulus-respon maupun reinforcement, melainkan melibatkan tindakan mental individu yang sedang belajar.












BAB III
PENUTUP
A.    kesimpulan
Prinsip-prinsip dalam belajar sebagai berikut:
1.      Perhatian dan motivasi
2.      Keaktifan
3.      Keterlibatan langsung/berpengalaman
4.      Pengulangan
5.      Tantangan
6.      Balikan dan penguatan
7.      Perbedaan individual
Gagne membagi bentuk-bentuk belajar menjadi lima bentuk, yang merupakan inti dari teori belajar, yaitu bentuk responden, kontiguitas, operant, observasional dan kognitif. Responden merupakan belajar yang dibentuk dengan adanya hubungan antara stimulus dengan respon. Kontiguitas sama dengan responden, akan tetapi untuk responden waktunya dilakukan secara bersamaan. Observasional merupakan bentuk belajar yang paling sederhana karena individu hanya mengamati orang lain kemudian meniru perbuatannya. Sedangkan kognitif merupakan bentuk yang tertingggi karena sudah memasuki wilayah insight.
B.     Saran dan Kritik
      
Demikianlah pembahasan Memahami Prinsip dan Bentuk Belajar dari kami untuk teman-teman semua. Pastilah di dalam makalah ini banyak kekurangan karena memang hanya Allahlah yang maha sempurna. Atas segala kesalahan dan kekurangan saya minta maaf dan mohon kritik dan saran yang membangun.
Harapan kami setelah teman-teman tahu segala sesuatu yang menyangkut Memahami Prinsip dan Bentuk Belajar, teman-teman mau mengamalkan nya.


DAFTAR PUSTAKA
Suryabrata, Sumadi, B.A.,M.A., Ed.S. ,Ph. D, Drs, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada: 2008)

Dr. dimyati dan Drs. Mujiono, Belajar Dan Pembelajaran, ( Jakarta, PT RINEKA CIPTA: 2006), cet. 3,

Prof. Dr. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara. 2001.  Hal. 162


[1] Dr. dimyati dan Drs. Mujiono, Belajar Dan Pembelajaran, ( Jakarta, PT RINEKA CIPTA: 2006), cet. 3, h. 42-43
[2] Prof. Dr. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara. 2001.  Hal. 162
[3] Ibid
[4]http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/jenis-dan-bentuk-bentuk-belajar.html
[5] Drs. Sumadi Suryabrata, B.A.,M.A., Ed.S. ,Ph. D Psikologi Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada: 2008), h. 271

Tidak ada komentar: