Selasa, 26 Agustus 2014

STRATEGI PEMECAHAN DAN PENYELESAIAN MASALAH dalam pengelolaan kelas



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kegiatan guru didalam kelas meliputi dua hal pokok, yaitu mengajar dan mengelola kelas. Kegiatan mengajar dimaksudkan secara langsung menggiatkan siswa mencapai tujuan-tujuan seperti menelaah kebutuhan-kebutuhan siswa, menyusun rencana pelajaran, menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, mengajukan pertanyaan kepada siswa, menilai kemajuan siswa adalah contoh-contoh kegiatan mengajar. Kegiatan mengelola kelas bermaksud menciptakan dan mempertahankan suasana (kondisi) kelas agar kegiatan mengajar itu dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Memberi ganjaran dengan segera, mengembangkan hubungan yang baik antara guru dan siswa, mengembangkan aturan permainan dalam kegiatan kelompok adalah contoh-contoh kegiatan mengelola kelas.
Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas.Tugas sekaligus masalah pertama, yakni pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang penyelesaian masalah-masalah dalam pengelolaan kelas.

B.       Rumusan Masalah
1.         Apa saja permasalahan dalam pengelolaan kelas ?
2.         Bagaimana cara penyelesaian permasalahan dalam pengelolaan kelas ?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui permasalahan yang terdapat pada pengelolaan kelas
2.      Untuk mengetahui cara penyelesaian permaslahan dalam pengelolaan kelas

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Permasalahan Dalam Pengelolaan Kelas
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) ada banyak hal yang perlu diperhatikan agar tujuan dari pembelajaran dapat terwujud. Pada saat mengajar seorang guru akan menghadapi beberapa masalah dalam kelasnya.
Masalah yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas.[1]
Menurut M. Entang dan T. Raka Joni (1983:12), masalah pengelolaan kelas dibagi menjadi dua kategori masalah, yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru akan tepat jika guru tersebut dapat mengidentifikasi masalah dengan tepat dan dapat menentukan strategi penanggulangan yang tepat pula.
Masalah individu akan muncul karena dalam setiap individu ada kebutuhan untuk diterima dalam kelompok dan ingin mencapai harga diri. Ketika kebutuhan ini tidak dapat terpenuhi melalui cara-cara yang wajar maka individu tersebut akan berusaha mendapatkannya dengan cara-cara yang tidak baik. Rodolf Dreikurs dan Cassel yang dikutip oleh M. Entang dan T. Raka Joni mengelompokannya menjadi empat, yaitu:
·  Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain ( attention getting behaviors).
·  Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors).
·  Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors).
·  Peragaan ketidakmampuan (passive behaviors).
Sedangkan masalah kelompok, menurut Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany mengemukakan tujuh kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas, yaitu:
·      Kelas kurang kohensif.
·      Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.
·      Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakati sebelumnya.
·      Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.
·      Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap.
·      Semangat kerja rendah.
·      Kelas kurang menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
B.     Cara Penyelesaian Permasalahan Pengelolaan Kelas
       Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain sebagai berikut :
1. Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau. Biasanya cara ini digunakan pada masalah-masalah yang muncul secara berkala yang hanya berbeda dalam  bentuk penampilan.
2. Penyelesaian masalah secara intuitif. Masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal tetapi berdasarkan firasat atau intuisi.
3. Penyelesaian masalah dengan cara trial dan eror. Dilakukan dengan cara coba-coba, sehingga ditemukan penyelesaian yang tepat.
4. Penyelesaian masalah dengan otoritas. Dilakukan berdasarkan kewenangan seseorang.
5. Penyelesaian masalah secara metafisik. Masalah-masalah yang dihadapi di dalam dunia empirik diselesaikan dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang bersumber dalam  dunia supranatural atau dunia mistik atau dunia ghaib.
6. Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui proses deduksi dan induksi. Penyelesaian masalah yang dibicarakan dalam  strategi belajar mengajar di sini adalah penyelesaian masalah secara ilmiah.[2]
B. I. Beberapa Model Penyelesaian Masalah
Proses penyelesaian masalah dapat dilakukan dalam  beberapa model. Beberapa di antara model penyelesaian masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Penyelesaian masalah menurut Lawrence Senesh
Senesh adalah seorang guru besar ekonomi yang mengemukakan tahap-tahap penyelesaian masalah dalam pengajaran ekonomi. Ia mengemukakan tiga tahap proses penyelesaian masalah ekonomi, yaitu :
a.  Tahap motifasi
b.  Tahap pengembangan
c.  Tahap kulminasi
2.    Penyelesaian masalah menurut David Johnson dan Johnson
Penyelesaian masalah menurut David Johnson dan Johnson dilakukan melalui kelompok. Suatu isu yang berkaitan dengan pokok bahasan dalam  pelajaran diberikan siswa untuk diselesaikan. Masalah yang dipilih mempunyai sifat conflict issue atau kontroversial, masalahnya dianggap penting (important), urgen dan dapat diselesaikan (solutinable). Bahkan bahan ini dapat diambil dari kliping atau peristiwa-peristiwa di sekitar siswa. Prosedur penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut:
a.  Mendefinisikan masalah
b.  Mendiagnosis masalah
c.   Merumuskan alternatif strategi
d.  Menentukan dan menerapkan strategi
e.  Mengevaluasi keberhasilan strategi.[3]
3.  Penyelesaian masalah menurut John Dewey
Penyelesaian masalah menurut John Dewey adalah sebagai berikut :
a.  Merumuskan dan menegaskan masalah
b.  Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis
c.  Mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan
d.  Mengadakan pengujian alternatif pemecahan yang dipilih
Selain cara dan model penyelesaian masalah tersebut di atas, guru juga mempunyai peranan penting dalam  strategi penyelesaian masalah. Karena itu guru harus mempunyai kemampuan dasar. Kemampuan itu antara lain meliputi :
a.  Kemampuan menguasai bahan, yang terdiri dari menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah, menguasai bahan pendalaman/ aplikasi bidang studi.
b. Kemampuan mengelola program belajar mengajar, yang terdiri dari merumuskan tujuan intruksional, mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar, menyusun dan memilih prosedur intruksional yang tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan (entery behavior) anak didik, merencanakan dan melaksanakan pengajaran remidial.
c.  Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar, yang meliputi mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran, menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi.
d.  Kemampuan menggunakan media/ sumber dengan pengalaman belajar, yang meliputi mengenal, memilih dan menggunakan media, membuat lat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar, mengembangkan laboratorium, menggunakan laboratorium dalam  proses belajar mengajar.[4]
Dalam  proses belajar mengajar, sebagai guru adalah penting untuk mengetahui proses yang akan membantu dalam  penyelesaian masalah yang timbul, dalam  mengkondisikan kelas. Yang akan diuraikan sebagai berikut :
a.    Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam  proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya dan akan berhasil dalam  mengimplementasikan pengelola 
an kelas.
b.    Tantangan
Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c.    Bervariasi
Penggunaan alat atau media, alat bantu, gaya mengajar guru, pola interaksiguru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik untuk belajar, apalagi apabila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan.
d.   Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklimbelajar mengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas.
e.   Penekanan pada hal-hal positif yaitu penekanan guru terhadap tingkah laku anak didik ke arah hal-hal positif
f.   Penanaman disiplin diri, guru sebaiknya mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan melaksanakan tanggung jawabnya. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal apabila ingin anak didiknya juga ikut berdisiplin dalam  segala hal.[5]
B. II. Berbagai pendekatan dalam pengelolahan kelas
Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang terkait langsung dalam hal ini. Karena pengelolahan kelas yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik baik secara berkelompok maupun secara indifidual.
Keharmonisan hubungan guru dengan anak didik terkesimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal tentu saja bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolahan kelas. Berbagai pendekatan tersebut seperti uraian berikut:
a.         Pendekatan Kekuasaan
Proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peran guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Didalamnya ada kekuasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya.
b.        Pendekatan ancaman
Proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman.
Misalnya: melarang, ejekan, sindiran dan memaksa.
c.         Pendekatan Kebebasan.
Suatu proses untuk membatu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peran guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
d.        Pendekatan Resep.
Dilakukan dengan suatu daftar  yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam merealisasikan masalah atau situasi yang terjadi dikelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peran guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.

e.         Pendekatan Pengajaran
Berdasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya suatu masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dam menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peran guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
f.       Pendekatan Perubahan Tingkah Laku.
  Suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku ini, bertolak dari sudut pandang psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi sebagai berikut:
a.         Semua tingkah laku yang baik dan yang kurang baik merupakan hasil proses belajar. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas berusaha menyusun program kelas dan suasana yang dapat merangsang terwujudnya proses belajar yang memungkinkan siswa mewujudkan tingkah laku yang baik menurut ukuran norma yang berlaku dilingkungan sekitarnya.
b.         Didalam proses belajar terdapat proses psikologis yang fundamental berupa penguasaaan positif, hukuman, penghapusan dan penguatan negative. Asumsi ini mengharuskan seorang wali/guru kelas melakukan usaha-usaha mengulang-ulangi program atau kegiatan yang dinilai baik (perangsang) bagi terbentuknya tingkah laku terutama di kalangan para siswa.
g.         Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial
Berdasarkan suasana perasaan dan suasana sosial didalam kelas sebagai sekelompok individu cenderung pada psikologi klinis dan konseling (penyuluhan). Menurut pendekatan ini pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana sosial dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Disini guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi itu, dan perannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat. Untuk itu terdapat dua asumsi pokok, yaitu:
a.         Iklim sosial dan emosional yang baik adalah dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa, merupakan kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengjar yang efektif.
b.         Iklim sosial dan emosional yang baik tergantung pada guru dalam usahanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yang didasari dengan hubungan manusiawi yang efektif.
h.        Pendekatan Proses Kelompok
Suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai sistem sosial, dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokkan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga teripta kelas yang mengetengahkan dua asumsi sebagai berikut :
a.    Pengalaman belajar di sekolah bagi siswa berlangsung dalam konteks kelompok sosial. Asumsi ini mengharuskan wali/guru kelas dalam pengelolaan kelas selalu mengutamakan kegiatan yang dapat mengikutsertakan seluruh personal di kelas.
b.    Tugas guru terutama adalah memelihara kelompok belajar agar menjadi kelompok yang efektif dan produktif. Berdasarkan asumsi ini berarti seorang wali/guru kelas harus mampu membentuk dan mengaktifkan  siswa bekerjasama dalam kelompok yang sudah terbentuk di dalam kelas.

i.           Pendekatan Eklektis atau Puralistik
Pendekatan ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali/guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan  dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar belajar berjalan efektif dan efsien.[6]





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
       Dari pembahasan strategi penyelesaian masalah dapat kami simpulkan sebagai berikut  :
1.  Beberapa cara dalam pemecahan dan penyelesaian masalah adalah berdasarkan pengalaman masa lampau, secara intuitif, dengan cara trial dan eror, dengan otoritas, secara metafisik dan secara ilmiah. Ada cara lain dalam  pemecahan/ penyelesaian masalah yaitu menggunakan pendekatan sistem.
2.  Beberapa model penyelesaian masalah menurut Lawrence Senesh terdiri dari tahap motifasi, tahap pengembangan, tahap kulminasi. Menurut  David Johnson dan Johnson terdiri dari mendefinisikan masalah, mendiagnosis masalah, merumuskan alternatifstrategi, menentukan dan menerapkan strategi, mengevaluasi keberhasilan strategi. Menurut  John Dewey terdiri dari merumuskan dan menegaskan masalah, mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis, mengevaluasi alternatif pemecahan yang dikembangkan, mengadakan pengujian alternatif pemecahan yang dipilih.
3. Berbagai pendekatan dalam pengelolahan kelas, adalah sebagai berikut:
a.         Pendekatan Kekuasaan
b.         Pendekatan ancaman
c.         Pendekatan Kebebasan.
d.        Pendekatan Resep.
e.         Pendekatan Pengajaran
f.       Pendekatan Perubahan Tingkah Laku.
g.         Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial
h.         Pendekatan Proses Kelompok
i.           Pendekatan Eklektis atau Puralistik

B. Saran
Dengan banyaknya alternatif penyelesaian masalah, diharapkan agar menjadi solusi yang tepat bagi guru dalam  meningkatkan kualitas pengajaran yang nantinya diterapkan dalam  proses belajar mengajar sehingga hasilnya dapat juga dinikmati oleh anak didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu Dan Tri Prasetya, Joko, Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Djamarah, Bahri, Syaiful, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2006
Gulo, W., Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Gramedia, 2002.
Hamalik, Oemar, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, cet. II. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.
Jamarah, Syaiful Bahri Dan Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1996.
http://poenyaecix.wordpress.com/2012/01/20/masalah-pengelolaan-kelas-dan-cara-menghadapi-masalah-pengelolaan-kelas/


[1] http://poenyaecix.wordpress.com/2012/01/20/masalah-pengelolaan-kelas-dan-cara-menghadapi-masalah-pengelolaan-kelas/
[2] Ibid, hlm. 13
[3] W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Gramedia, 2002), hlm. 115-122.
[4] Abu Ahmadi Dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 21-22.
[5]  Syaiful Bahri Jamarah Dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996),hlm. 207-208.
[6]  Drs. Syaiful Bahri Djamarah (2006), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, hal:179-184

Tidak ada komentar: