Rabu, 27 Agustus 2014

hadits لَوْ كُنْتُ ﺂمِراً أَ حَداً أَنْ يَسْجُدَ لِاَحَدٍ لِاَمَرْتُ المَرْأُةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهاَ. رواه الترمذئ




A.    Latar Belakang
Pasutri pasti selalu menginginkan keluarganya terus tentram dan langgeng. Namun kadang yang terjadi di tengah-tengah pernikahan adalah pertengkaran dan perselisihan. Ini boleh jadi karena tidak mengetahui manakah yang menjadi hak atau kewajiban dari masing-masing pasutri. Oleh karena itu, mengetahui hak dan kewajiban suami atau istri sangatlah penting. Sehingga istri atau suami masing-masing mengetahui manakah tugas yang mesti ia emban dalam rumah tangga. Dalam kesempatan ini kami sedikit mengulas mengenai kewajiban seorang istri yang menjadikan ummahatul mu’minin sebagai suri tauladan wabil khusus syaidatuna A’isyah binti Abu Bakar dalam kehidupan rumah tangganya yang begitu banyak kemesraan dan kecerdikan didalamnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana keutuhan hadits?
2.      Sebutkan sebagian aspek-aspek hadis لَوْ كُنْتُ ﺂمِراً أَ حَداً أَنْ يَسْجُدَ لِاَحَدٍ لِاَمَرْتُ المَرْأُةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِها ?
C.     Tujuan Perumusan
1.         Mengetahui keutuhan hadits dalam kitab riyadzus sholihin
2.         Adapun sebagian aspek-aspek hadits tersebut harapan kami adalah menjadikan wacana dan suri tauladan bagi kaum Hawa’ yang masih saja mengedepankan emansipasi dalam hal yang seringkali menyalahi syari’ah, hak dan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu. Disamping itu juga semoga menyadarkan mereka bahwa sebagai seorang istri yang sholihah taat pada suaminya secara totalitas dalam konteks tidak menyimpang syari’ah maka insya Allah surgalah jaminannya.


BAB II
PEMBAHASAN
I.       Keutuhan Lafadz Hadits
A.    Hadits Utuh
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قال : لَوْ كُنْتُ ﺂمِراً أَ حَداً أَنْ يَسْجُدَ لِاَحَدٍ لِاَمَرْتُ المَرْأُةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهاَ. رواه الترمذئ

Abu Hurairah r.a dari Nabi SAW bersabdah: Andaikan saja dapat menyuruh seorang bersujud kepada orang, niscaya saya suruh wanita sujud pada suaminya. (Attirmidzy)[1]
B.     Syarah Hadits
v    فحديث: لو كنت آمرا أحدا أن يسجد لأحد ..الخ  رواه الترمذي وابن ماجه وغيرهما وهو حديث صححه أهل الحديث. ولا يدل هذا الحديث على أن المرأة تسجد لزوجها؛ بل ذلك حرام عليها إن فعلته على وجه الاحترام، وكفر إن فعلته بقصد التعظيم كتعظيم الله، وإنما يفيد الحديث وجوب طاعة المرأة لزوجها واحترامها له .[2]
v     شرح الحديث :وأما السجود فلا يرتاب عاقل في صرفه لله- سبحانه وتعالى- دون غيره، وفيه من العبودية ما ليس في الانحناء، فإنه ليس من هيئة يجتمع فيها معاني الذل والخضوع والاستكانة والعبودية كما في السجود؛ ولذا جاء في حديث ابن عباس عن رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( وأما السجود فاجتهدوا في الدعاء فقمنٌ أن يستجاب لكم ) . وقوله: (قمنٌ) أي حقيق وجدير أن يستجاب هذا الدعاء . ولما كان السجود فيه من التعظيم ما فيه كان فعله لغيره حراماً.والدليل على ذلك أنه لما قدم معاذ من الشام سجد للنبي صلى الله عليه وسلم، قال: ( ما هذا يا معاذ؟ ) قال: أتيت الشام فوافقتهم يسجدون لأساقفتهم وبطارقتهم، فوددتُ في نفسي أن نفعل ذلك بك. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ( فلا تفعلوا فإني لوكنتُ آمراً أحداً أن يسجد لغير الله لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها،والذي نفسُ محمدٍ بيده لا تؤدي المرأة حق ربها حتى تؤدي حق زوجها ولو سألها نفسها وهي على قتب لم تمنعه )
v    فائدة في السجود: يضع المسلم وجهه وهو أكرم الاعضاء وأشرفها عنده على الأرض التي هي مواطيء الاقدام، إجلالاً لله وتعظيماً لله وعبودية لله، ويجد المؤمن في قلبه من اللذة عند التضرع إلى الله حال السجود ما لايجده في موضع آخر. فسبحان من سجد له المصلون في الأرض ونزهوه عن السفول بقولهم : ( سبحان ربي الأعلى ) .
v    5- باب آداب الزيارة .
 قال تعالى :{ يا أيها الذين الذين آمنوا ليستأذنكم الذين ملكت أيمانكم والذين لم يبلغوا الحلم منكم ثلاث مرات من قبل صلاة الفجر وحين تضعون ثيابكم من الظهيرة ومن بعد صلاة العشاء }[3]

II. Sebagian aspek-aspek Hadits
C.    Takhrijul Hadits
v    عـن قيس بن سعـد رضي الله عنه قال : قال رسول الله عليه وسلم : لَوْ كُنْتُ ﺂمِراً أَحَداً اَنْ يَسْجُدَ لِاَحَدٍ لَاَمَرْتُ النِّسَاءَ أَنْ يَسْجُدُوْنَ لِاَزْوَاجِهِنَّ لِمَا جَعَلَ اللهُ لَهُمْ عَلَيْهِنَّ مِنَ الحَقَ ( حديث صحيح رواه أبو داود والحاكم)

v      حدثنا محمود بن غيلان حدثنا النضر بن شميل أخبرنا محمد بن عمرو عن أبي سلمة عن أبي هريرة : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال )لو كنت آمرا أحدا أن يسجد لأحد لأمرت المرأة أن تسجد لزوجها( قال وفي الباب عن معاذ بن جبل و سراقة بن مالك بن جعشم و عائشة و ابن عباس و عبد الله بن أبي أوفي و طلق بن علي و أم سلمة و أنس و ابن عم[4]
v  Biografi sanad dan rowi hadits
Ø  Abu Isa At-Tirmidzi
1.      Nama kelahiran dan sifat-sifatnya
Namanya : Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa bin Adh-Dhahak as-Sulami at-Tirmidzi al-Imam al-Alim al-Bari’. Dia mempunyai karya kitab aljamik’.
Tempat kelahirannya: At-Tirmidzi dinisbatkan pada Tirmidz yang terlet disebelah utara Iran.
Imam At-Tirmidzi dinisbatkan pada daerah itu karena dia tumbuh disana. Kelahirannya: Adz-Zahabi berkata, “dia lahir pada tahun 210 H”.
Sifat-sifatnya: para ulama’ pada berbeda pendapat, ada yng mengatakan bahwa imam At-Tirmidzi lahir dalam keadaan buta. Sedangkan berita yang benar adalah dia menjadi buta ketika sudah besar, tepatnya setelah melakukan perjalalan mencari ilmu dan menulis kitabnya.[5]
Ø  Abu Huroiroh
          Nama lengkapnya Abdurrahman bin Shakhr. Pada masa Jahiliyyah ia berrnama Abd Syams, biasa dipanggil Abu Hurairah karena seekor kucing slalu menyertainya dan ia pun selalu memberi makan kucing tersebut dan memandikanya.
              Ia dilahirkan tahun 21 sebelum Hijrah. Sejak kecil, ia sudah menjadi yatim. Ia bekerja pada Basrah binti Ghazawan. Setelah masuk Islam, ia meniahinya.
             Ia berasal dai kabilah Dus, Yaman. Ia masuk Islam tahun 7 H. Semenjak masuk Islam ia selalu menyertai Nabi. Ia termasuk salah satu diantara Ahl Ash-Shuffah.
            Ia mempergunakan sepertiga malamnya untuk ibadah, sepertiganya untuk istrinya, dan yang sepertiganya untuk putrinya.
            Setiap malam ia selalu menghiasi rumahnya dengan dzikir mengingat Allah.
            Suatu hari, ia mengadukan keadaan ibunya kepada Rasulullah. Ia memohon kepada Beliau untuk mendoakan ibunya agar mendapat petunjuk dari Allah. Beliau pun mendoakannya dan akhirnya ibunya masuk Islam.
            Umar bin Al-Khathab pernah menugaskannya sebagai Gubenur wilayah Bahrain. Setelah sekian lama menjabat Umar mengamati bahwa Abu Hurairah hanya sibuk beribadah, lalu Umar mencopot jabatannya. Kemudian Umar bermaksud mengangkatnya lagi sebagai gubenur, tapi Abu Hurairah menolak.
            Marwan bin Hakam pernah menguji tingkat hafalan Abu Hurairah terhadap hadist Nabi. Pada masa itu banyak muncul hadist-hadist palsu yang dinisbatkan pada Abu Hurairah. Marwan memanggilnya dan memintanya untuk menyebutkan bebrapa hadist, lalu seertaris Marwan mencatatnya. Setahun kemudian, Marwan memanggilnya lagi dan Abu Hurairah pun menyebutkan semua hadist yang pernah ia sampaikan tahun sebelumnya, tanpa tertinggal satu huruf.
            Ia adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist dari Rasulullah.
            Al-Bukhori penah berkata, “ tercaatat lebih dai 800 orang perawi hadist dari kalangan sahabat dan tabi’in yang meriwayatkan hadist dari Abu Hurairah.”
            Di antara orang yang merriwayatkan hadist darinya adalah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin Malik jabir bin Abdullah, dan lainnya.
            Ia meriwayatkan 5.374 hadist dari Nabi. Pada tahun 59 H, ia menderita sakit. Pada waktu sakit, ia pernah mengatakan, “ ya Allah, aku cinta bersua dengan-Mu, maka cintailah persuaanku dengan-Mu.”
Ia meninggal di Madinah dan jasadnya dimakamkan di Baqi’.[6]

D.    Fiqhul Hadits
1.      Keta’dziman disini bukan berarti sama dengan seorang hambah pada Robnya begitu juga seorang budak yang ta’dzim pada tuannya.
2.      Sebagai seorang pemimpin hendaklah tidak bersikap sewanang-wenang pada bawahannya, begitu juga suami pada istrinya.
3.      Hendaklah seorang suami dalam hal penguttusan tidak berlebihan.
4.      Seorang istri belum dikatakan memenuhi hak Rob-Nya jika dia belum memenuhi hak suaminya.
5.      Hendaklah seorang istri memenuhi ajakan suami meskipun berada diatas unta.











BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari penjelasan yang penulis paparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa menjadi istri sholihah adalah diantaranya dengan segera memenuhi ajakan suami dalam kondisi apapun, namun seorang suami yang mengerti pastilah tau bagaimana dia berposisi menjadi seorang pemimpin yang bias mendidik keluarga.

B.     SARAN KRITIK
Bagi para wanita hendaklah segera memenuhi panggilan suami guna supaya tidak mengecewakannya.
Dan segala yang berhubungan dengan kepemimpinan yang baik sebaiknya tidak mengedepankan kesombongan, keangkuhan dalam memimpin. Karena manusia yang baik adalah manusia yang dapat memanusiakan manusia, meskipun itu adalah bawahan kita.Wallahu’A’lam bis Showab
















DAFTAR PUSTAKA
Bahreisy, Salim, Terjemah Riadhus Shalihin Juz I, (Bandung: PT. Alma’arif) tanpa tahun
Farid, Syikh Ahmad, 60 Biografi Ulama’ Salaf, (Jakarta: Pustaka Kautsar, 2010)
Sa’id Mursi, Syaikh Muhammad, Tokoh-tokoh besar Islam sepanjang sejarah, cet I:Januari, (Jakarta Timur: pustaka al-kautsar, 2007)
, ص:۷۲, المكتبة الشاملة كتاب الأداب, باب اداب الزيارة, ج:۱
المكتبة الشاملة   ص: ۲٦,,   احاديث مختارة من الصحيحين, الجز: ۱



[1] Salim Bahreisy, Terjemah Riadhus Shalihin Juz I, (Bandung, PT. Alma’arif) tanpa tahun, hal: 278
[3], ص:۷۲, المكتبة الشاملة كتاب الأداب, باب اداب الزيارة, ج:۱
[4]المكتبة الشاملة    ص: ۲٦,,   احاديث مختارة من الصحيحين, الجز: ۱
[5] Syikh Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama’ Salaf, (Jakarta, Pustaka Kautsar:2010), hal:550
[6] Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh besar Islam sepanjang sejarah, cet I:Januari, (Jakarta Timur , pustaka al-kautsar:2007)hal:123-125

Tidak ada komentar: