BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
Islam sesungguhnya telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan adanya dakwah
Islam yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Seiring dengan berjalannya waktu,
Islam yang tumbuh dan berkembang mengalami perbedaan dengan masa Nabi Muhammad SAW dahulu. Bahkan,
mengalami kemunduran yang jika tidak diatasi akan menyebabkan keruntuhan dan
kepunahan bagi umat Islam dalam segi apa pun. Yang dalam sejarah masa ini
dinamakan masa Modernisasi. Yakni masa sebelum Orde Lama di Indonesia.
Oleh sebab itu,
dalam makalah ini kami membahas perihal tersebut dan bagaimana cara untuk
memperbahaui hal tersebut. Supaya generasi mendatang masih terselamatkan dari
masa kemunduran yang muncul dari golongan Islam itu sendiri karena tertutupnya
umat Islam dari keadaan dunia.
B.
Rumusan Masalah
2.
Bagaimana corak pendidikan pada masa Kemunduran?
3.
Bagaimana corak pendidikan pada masa Modernisasi?
4.
Kapan masa Kemunduran itu terjadi?
5.
Kapan masa Modernisasi itu terjadi?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Modernisasi
Secara
etimologis modernisasi berasal dari kata modern, yang telahbaku menjadi bahasa
Indonesia dengan arti pembaruan Pendek kata, modernisasi juga bisa
disebut pembaruan. Dalam masyarakat barat “modernisasi” mengandung arti
pikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk mengubah paham-paham, adat
istiadat, institusi-institusi lama dan lain sebagainya, agar semua itu menjadi
sesuai dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru yang ditimbulkan oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi modern.
Lahirnya modernisasi atau pembaruan disebuah tempat akan selalu beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat itu. Artinya tidak mungkin aka nada pembaruan tanpa ada dukungan perkembangan ilmu pengetahuan.
Lahirnya modernisasi atau pembaruan disebuah tempat akan selalu beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat itu. Artinya tidak mungkin aka nada pembaruan tanpa ada dukungan perkembangan ilmu pengetahuan.
Modernisasi atau
pembaruan bisa diartikan apa saja yang belum dipahami, diterima atau
dilaksanakan oleh penerima pembaruan, meskipun bukan hal barubagi orang lain.
Pembaruan biasanya dipergunakan sebagai proses perubahan untuk memperbaiki
keadaan yang ada sebelumnya ke cara atau situasi dan kondisi yang lebih baik
dari sebelumnya. Dengan kata lain, pembaruan sesungguhnya lebih merupakan upaya
atau usaha perbaikan keadaan, baik dari segi cara, konsep, dan serangkai metode
yang baik ditetapkan dalam rangka mengantarkan keadaan yang lebih baik.[1]
B.
Masa Kemunduran Pendidikan Islam
Sepanjang
sejarahnya sejak awal dalam pemikiran islam terlihat dua pola yang saling
berlomba mengembangkan diri, dan mempunyai pengaruh besar dalam mengembangkan
pola pendidikan umat islam. Dari pola pemikiran yang bersifat tradisional, yang
selalu mendasarkan diri pada wahyu, yang kemudian berkembang menjadi pola
pemikiran sufistis dan mengembangkan pendidikan sufi. Sedangkan dari pola
pemikiran yang rasional yang mementingkan akal pikiran, menimbulkan pola
pendidikan yang empiris rasional. Pola pendidikan bentuk kedua ini sangat
memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasaan material.
Pada masa jayanya
pendidikan islam, kedua pola pendidikan tersebut menghiasi dunia islam, sebagai
dua pola yang berpadu dan saling melengkapi. Setelah pola pemikiran rasional
diambil alih pengembangannya oleh dunia barat (Eropa) dan dunia Islampun
meninggalkan pola berfikir tersebut, maka dalam dunia islam tinggal pola
pemikiran sufistis yang sifatnya memang sangat memperhatikan kehidupan bathin ,
sehingga mengabaikan perkembangan dunia material. Pola pendidikan yang
dikembangkannyapun tidak lagi menghasilkan perkembangan budaya islam yang
bersifat material. Dari aspek inilah dikatakan pendidian dan kebudayaan islam
mengalami kemunduran, atau setidak-tidaknya dapat dikatakan pendidikan islam
mengalami kemandegan.[2]
M.M Sharif dalam
bukunya Muslim thought, mengungkapkan gejala kemunduran pendidikan dan
kebudayaan islam tersebut sebagai berikut : “telah kita saksikan bahwa
pemikiran islam telah melaksanakan satu kemajuan yang hebat dalam jangka waktu
yang terletak diantara abad ke VIII dan abad ke XIII M.
Selanjutnya diunggkapkan oleh M.M
Sharif, bahwa pemikiran islam menurun setelah abad ke XIII M dan terus melemah
sampai abad ke XVII M. Diantara sebab-sebab melemahnya pikiran islam tersebut
antara lain dilukiskannya sebagai berikut ;
1. Telah
berkelebihan filsafat islam (yang bercorak sufistis) yang dimasukan olel
Al-Ghazali dalam alam islami di timur, dan berkelebihan pula Ibnu Rusyd dalam
memasukan filsafat islamnya (yang bercorak rasionalistis) kedalam dunia islam
di barat.
2. Umat
islam terutama para pemerintahnya (khalifah, sultan, amir-amir) melalaikan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan, dan tidak memberi kesempatan untuk berkembang.
3. Terjadinya
pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar, sehingga
menimbulkan kehancuran-kehancuran yang mengkibatkan berhentinya
kegiatan-kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia islam.
Dengan
semakin ditinggalkanya pendidikan intelektual maka semakin statis perkembangan
budaya islam, karena daya intelektual generasi penerus tidak mampu mengadakan
kreasi-kreasi budaya baru, bahkan telah menyebabkan ketidak mampuan untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan baru yang dihadapi sebagai akibat dari
perubahan dan perkembengan zaman. Ketidakmampuan
intelektual tersebut merealisasi dalam kenyataan bahwa pintu ijtihad telah
tertutup dan terjadilah kebekuan intelektual secara total.
Dalam hal ini Fahzur Rahman, dalam bukunya
islam menjelaskan tentang gejala-gejala kemunduran / kemacetan intelektual
islam ini sebagai berikut; Penutupan pintu ijtihad (yakni pemikiran yang
orisinil dan bebas) selama abad ke 4 H/10 M dan 5 H/11 M. telah membawa kepada
kemacetan umum dalam ilmu hukum dan ilmu intelektual, khususnya yang pertama.
Ilmu-ilmu intelektual yakni teologi dan pemikiran keagaman, sangat mengalami
kemunduran dan menjadi miskin karena pengucilan mereka yang disengaja dari
intelektualisme yang sekuler dan karena kemunduran yang disebut terakhir ini.
Khususnya filsafat dan juga pengucilannya dari bentuk-bentuk keagamaan seperti
yang dibawa oleh sufisme.
Kehancuran
besar yang dialami oleh kota Bagdad dan Granada sebagai pusat-pusat pendidikan
dan kebudayaan islam menandai runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan
islam. Musnahnya lembaga-lembaga pendidikan dan semua buku-buku ilmu
pengetahuan dari kedua pusat pendidikan islam di timur dan barat dunia islam
tersebut, menyebabkan pula kemunduran pendidikan di seluruh dunia islam, terutama
dalam bidang intelektual dan material, tetapi tidak halnya dalam kehidupan
batin dan spiritual.
Kehancuran
dan kemunduran-kemunduran yang dialami oleh umat islam terutama dalam bidang
kehidupan intelektual dan material ini, dan beralihnya secara drastic
pusat-pusat kebudayaan dari dunia islam ke eropa, menimbulkan rasa lemah dan
putus asa dari kalangan kaum muslimin. Ini telah menyebabkan mereka lalu
mencari pegangan dan sandaran kehidupan yang biasa mengarahkan mereka. Aliran
pemikiran tradisionalisme dalam islam telah mendapatkan tempat di hati
masyarakat secara meluas, mereka kembalikan segala sesuatunya kepada Tuhan.
Kehidupan
sufi berkembang dengan sangat pesat. Keadaan yang frustasi di kalangan umat,
menyebabkan orang kembali kepada Tuhan (bukan hanya sekedar sikap hidup yang
patalitis) dalam arti yang sebenarnya, bersatu dengan Tuhan, sebagaimana yang
diajarkan oleh para ahli sufi. Madrasah-madrasah yang ada dan berkembang
diwarnai dengan kegiatan-kegiatan sufi. Berkembang berbagai sistem riyadha dan
jalan atau cara-cara tertentu yang dikembangkan untuk menuntun para murid yang
dikenal selanjutnya dengan istilah tariqat. Keadaan yang demikian sebagi mana
yang dilukiskan oleh Fazlur Rahman ;
Di
madrasah-madrasah yang bergabung pada khalaqah-khalaqah dan zawiyah-zawiyah
sufi, karya-karya sufi dimasukan kedalam kurikulum yang formal khususnya di
India dimana sejak abad ke 8 H/14 H M karya-karya Al-Suhrawardi (pendiri ordo
surahwardiyah) Ibnu Al-Arabidan kemudian karya-karya jami’di ajarkan tetapi
sebagian besar pusat-pusat sufi terutama di turki kurikulum akademik hampir
semua buku-bukunya tentang sufi. Ciri khas dari fenomena ini adalah melimpahnya
pernyataan-pernyataan sufi yang taubat setelah menemukan jalan yang benar.
Kemunduran
dan kemerosotan pendidikan dan pengembangan pada masa ini nampak jelas dan
sedikitnya materi kurikulum dan mata pelajaran pada umumnya madrasah-madrasah
yang ada. Dengan telah menyempitnya bidang-bidang ilmu pengetahuan umum dengan
tiadanya perhatian kepada ilmu-ilmu pengetahuan kealaman maka kurikulum pada
umumnya madrasah-madrasah tebatas pada ilmu-ilmu keagamaan, ditambah dengan
sedikit ilmu gramatika dan bahasa sebagai alat yang diperlukan. Ilmu-ilmu yang
murni tinggal dari tafsir Al-Qur’an ,hadist, Fiqh (termasuk Ushul Fiqh dan
Prinsip-prinsip Hukum) dan ilmu kalam atau teologi islam.
Materi
pelajaran yang sangat sederhana yang ternyata dari buku-buku yang harus
dipelajari pada suatu tingkatan (bahkan tingkatan tertinggi sekalipun) sangat
sedikit. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan studi relatif sangat
singkat. Akibat lanjutnya adanya kekurangan yang mendalamnya meteri
pelajaranpun dapat dibayangkan, hal tersebut disebabkan karena sistem pelajaran
pada masa itu sangat berorientasi pada buku-buku pelajaran dan bukan pada
pelajaran itu sendiri. Oleh karena itu yang sering terjadi pelajaran hanya
memberikan komentar-komentar atau saran-saran terhadap buku-buku pelajaran yang
dijadikan pegangan oleh guru.[3]
Kebekuan
intelektual dalam kehidupan kaum muslimin yamg diwarnai dengan berkembangnya
dengan berbagai macam aliran sufi yang karena terlalu toleran terhadap ajaran
mistik dari ajaran agama lain (hindu, budha ,maupun neo platonisme) telah
memunculkan berbagai macam tarikat yang menyimpang jauh dari ajaran islam.
Tarikat-tarikat tersebut dalam perkembangannya dan dalam penerimaan masyarakat
menjadi agama yang popular. Keadaan yang demikian berlangsung selama masa
kemunduran kebudayaan dan pendidikan islam, sampai dengan abad ke 12 H/18 M,
baru pada abad pertengahan ke 12 H/18 M tersebut disana-sini usaha untuk
mengadakan pemurnian kembali ajaran-ajaran islam, sebagai yang nampak dibagian
jazirah arab oleh Muhammad Ibnu Abdul Al-Wahab (1115-1206 H/1703-1792 M) dan di
India oleh Syah Waliullah (1113-1176 H/1702-1762 M) usaha pemurnian tersebut
mengacu kepada dua sasaran pokok, yaitu ;
1. Mengembalikan
ajaran islam kepada unsur-unsur aslinya dengan bersumberkan kepada Al-Qur’an
dan As-Sunna, membuang segala Bid’ah dan kurafat serta pengaruh-pengaruh dari
ajaran agama lain dan mistik dari luar yang dimasukkan oleh kaum sufi.
2. Membuka
pintu ijtihad yang telah beberapa abad sebelumnya telah dinyatakan tertutup
Gerakan
pemurnian tersebut adalah tahap awal dari gerakan pembaharuan yang dilaksanakan
nanti pada abad 13 H19 M oleh Jamaludin Al-Afgani (1255/1315 H/1839-1897 M),
Muhammad Abduh(1261-1323 H/1845-19095 M), Sayid Ahmad Khan di India (1232-1316
H/1817-1898 M) dan lain-lain.[4]
C.
Masa Pembaharuan Pendidikan Islam[5]
Modernisasi yang mengandung pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk
mengubah paham, adat istiadat, intitusi, dan sebagainya, agar dapat disesuaikan
dengan pendapat-pendapat dan keadaan yang baru yang timbul oleh kemajuan ilmu
pengetahuan serta tekhnologi modern. Modernisasi atau
pembaharuan juga berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga
masyarakat untuk bisa hidup sesuai tuntutan hidup masa kini.
Dengan demikian, jika kita
kaitkan dengan pembaharuan pendidikan Islam dapat diartikan sebagai suatu upaya
melakukan proses perubahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan
Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional, dan professional
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu.
D. Latar Belakang Sosial
Politik Pembaharuan Pendidikan Islam
Seiring dengan sejarah
panjang pergulatan perkembangan umat manusia, termasuk di dalamnya dunia Islam
membawa kepada terjadinya dinamisasi superioritas atas penguasaan, baik
ideologi, sosial, politik dan lain sebagainya oleh dominasi golongan umat
tertentu. Pergulatan peradaban antara Islam dan Barat sangat berpengaruh pada
terjadinya perkembangan pola piker umat manusia pada berbagai kemajuan di
segala bidang. Walaupun secara ideologis terjadi perperangan, ternyata khazanah
keilmuain semakin berkembang pesat, hanya saja terjadi perebutan klaim atas
ilmu tesebut. Dan salah satu buktinya adalah selalu munculnya gerakan-gerakan
pembaharuan yang ingin mengembalikan superioritasnya masing-masing, tatkala
tanda-tanda keterpurukannya mulai tampak.
Pembaharuan pendidikan
Islam pada esensinya adalah pembaharuan pemikiran dalam perspektif intelektual
Muslim yang pastinya berkaitan dengan masalah pendidikan, karena pendidikan
merupakan sarana yang terpenting. Bukan saja sebagai wahana “konservasi” dalam
arti tempat pemeliharaan, pelestarian, penanaman dan pewarisan nilai-nilai
dantradisi suatu masyarakat, tetapi juga sebagai “kreasi” yang dapat
menciptakan, mengembangkan dan mentransformasikan masyarakat ke arah budaya
baru. Setelah
sekian lama dijajah oleh kaum imperialis Barat, umat Islam mulai menyadari
keterbelakangan dan ketertinggalan peradabannya. Dan bangkitlah umat muslim
yang dipelopori oleh para pemikir dan tokoh umat Islam yang menyorakkan kembali
terbukanya pintu ijtihad, perlunya Pan Islamisme, kesadaran beragama dan
berbangsa, hingga perlunya filsafat dipelajari. Dan dkesadaran ini
direalisasikan dalam bentuk praksis dengan dihidupkannya kegiatan intelektual
melalui penggalakan kegiatan berpikir di dunia universitas-universitas Islam.
Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong
terjadinya proses pembaharuan pendidikan Islam.
1.
Pertama
faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat
memerlukan satu system pendidikan Islam yang betul – betul bisa dijadikan
rujukan dalam rangka mencetak manusia – manusia muslim yang berkualitas,
bertaqwa, dan beriman kepada Allah.
2.
Agama islam
sendiri melalui ayat suci Al-qur’an banyak menyuruh dan menganjurkan umat islam
untuk selalu berfikir dan bermetaforma; membaca dan menganalisis suatu hal yang
baru dari apa yang kita lihat.
·
Kedua faktor
diatas sesungguhnya lebih merupakan faktor-faktor yang bisa dilihat secara
internal. Adanya kebutuhan umat akan kemajuan dan perbaikan nasib dirinya bisa
dikatakan sebagai faktor penentu timbulnya proses pembaruan pendidikan dalam
islam.
3.
Adanya
kontak Islam dengan barat juga merupakan faktor terpenting yang bisa kita
lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan
phragmatik umat islam untuk belajar secara terus menerus kepada barat, sehingga
ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir.[6]
Kesadaran ini merupakan
awal dari era baru pemikiran Islam.
Dengan berbagai peristiwa sejarah dunia Islam, sebenarnya hal paling pokok yang melatar belakangi terjadinya berbagai gerakan pembaharuan Islam adalah fenomena kemunduran dunia Islam itu sendiri dan berpindahnya adikuasa peradaban umat manusia ke tangan Barat, akibat pergolakan sosial politik yang terjadi.
Dengan berbagai peristiwa sejarah dunia Islam, sebenarnya hal paling pokok yang melatar belakangi terjadinya berbagai gerakan pembaharuan Islam adalah fenomena kemunduran dunia Islam itu sendiri dan berpindahnya adikuasa peradaban umat manusia ke tangan Barat, akibat pergolakan sosial politik yang terjadi.
E. Pola Pembaharuan
Pendidikan Islam
Dengan meperhatikan berbagai macam sebab kemunduran dan kelemahan umat
Islam serta kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa Barat, maka secara
garis besarnya pembahruan umat islam terbagi menjadi tiga pola, yaitu:
1. Golongan yang
berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat.
Pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber
kekuatan dan kesejahteraan bangsa Barat disebabkan oleh perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern yang mereka capai. Dan
pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan bangsa barat tidak lain bersumber
dari yang pernah berkembang dari dunia Islam. Oleh karena itu, maka untuk
mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan kejayaan
tersebut harus dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain adalah
melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif,
maka harus meniru pola Barat yang sukses itu. Mereka berpandangan bahwa usaha
pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan
/ sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya.
Jadi intinya, Islam harus meniru Barat agar bisa maju. Pembaharuan pendidikan
dengan pola Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad ke 11 H / 17 M
setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa
itu.
2. Gerakan pembaharuan
pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber ajaran Islam yang murni
Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam
sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan
ilmu pengetahuan modern. Dan Islam telah membuktikannya pada masa kejayaannya.
Menurut analisa mereka, sebab kemunduran umat Islam, adalah karena tidak lagi
melaksanakan ajaran-ajaran Islam dengan semestinya. Ajaran Islam yang
mengandung sumber kemajuan dan kekuatan telah ditinggalkan dan melaksanakan
ajaran-ajaran Islam yang tidak murni yang dimulai sejak berhentinya
perkembangan filsafat Islam dan ditinggalkannya pola pemikiran secara rasional
yangt dialihka kearah pemikiran yang pasif. Dan selain itu, menutupnya
pintu ijtihad membuat berkurangnya daya kemampuan umat Islam untuk mengatasi
poblematika hidup yang terus berubah.
Pola pembaharuan ini telah dirintasi oleh Muhammad
bin Abdul Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al-Afghani dan
Muhammad Abduh (akhir abad 19 M). Menurut Jamaluddin Al-Afghani, pemurnian
ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadist dalam artinya yang
sesungguhnya, tidaklah mungkin tidak dilakukan. Ia berkeyakinan bahwa Islam
adalah sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua keadaan.
Dalam hal ini, apabila ditemukan adanya pertentangan
antara ajaran Islam dengan kondisi yang ada pada perubahan zaman, penyesuaian
akan diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru pada ajaran Islam. Oleh
karenanya, pintu ijtihad harus dibuka.
Menurut Jamaluddin Al-Afghani, kemunduran umat Islam
bukanlah karena Islam, sebagaimana dianggap oleh kebanyakan orang karena tidak
sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru. Umat Islam mundur, karena telah
meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran yang
datang dari luar lagi asing bagi Islam. Jadi, umat Islam harus kembali kepada
ajaran Islam murni yang tidak terkontaminasi oleh ajaran dan paham asing. Kalau
manusia berpedoman kepada agama, ia tidak sesat untuk selama-lamanya.
3. Usaha pembaharuan
pendidikan yang berorientasi pada nasionalisme.
Rasa nasionalisme muncul bersamaan dengan
berkembangan pola kehidupan modern yang dipelopori oleh bangsa Barat. bangsa
barat dapat maju dan berkembang dikarenakan rasa nasionalismenya yang kemudian
menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Dan hal ini
mendorong pada umumnya bangsa-bangsa timur dan bangsa yang terjajah,
menyorrakan semangat nasionalisme masing-masing. Umat Islam menyadari
keberagaman bangsa yang berlatar belakang dan sejarah yang berbeda-beda. Mereka
hidup beragama dengan agama lainnya yang sebangsa. Dan
hal ini mendorong perkembangan rasa nasionalisme di dunia Islam.
Golongan nasionalis ini berusaha memperbaiki
kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi obyektif
masyarakat pada umumnya dan umat Islam pada khususnya dengan emngambil unsure-unsur
yang berasal dari warisan bangsa yang bersangkutan.
Sebagai akibat dari usaha-usaha pembaharuan
pendidikan Islam yang dilaksanakan dalam rangka untuk mengejar kekurangan dan
keinggalan dari dunia barat dalam segala aspek kehidupan, maka terdapat
kecenderungan adanya dualisme dalam sistem pendidikan umat Islam. Usaha
pendidikan modern yang sebagaimana telah diuraiankan yang berorientasi pada
tiga pola pemikiran, membentuk suatu sistem atau pola pendidikan modern, yang
mengambil pola sistem pendidikan barat dengan penyesuaian-penyesuaian dengan
Islam dan kepentingan nasional. Di samping tetap menjalankan mempertahankan
pendidikan tradisional yang telah ada.
Sistem pendidikan modern, pada umumnya dilaksanakan
oleh pemerintah yang pada mulanya untuk memenuhi tenaga ahli untuk kepentingan
pemerintah, dengan menggunakan kurikulum dan pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan
modern. Sedangkan sistem pendidikan tradisional yang merupakan sisa-sisa dan
pengembangan sistem zawiyah, ribat atau pondok pesantren dan madrasah yang
telah ada di kalangan masyarakat, pada umumnya tetap mempertahankan kurikulum
tradisional yang hanya memberikan pendidikan dan pengajaran keagamaan. Dualisme
sistem pola pendidikan inilah yang selanjutnya mewarnai pendidikan Islam di semua
negara dan masyarakat Islam, di zaman modern. Dualisme ini pula yang merupakan
problema pokok yang dihadapi oleh usaha pembaharuan pendidikan Islam.
F. Tokoh dan sasaran
pembarharuan pendidikan Islam
Tokoh pembaharuan pendidikan Islam bercorak modernis. Sejalan dengan
pembahruan pendidikan Islam penuh dilakukan pada 3 wilayah kerajaan besar yaitu
kerajaan Usmani, Mesir, India.
1. Wilayah Turki
Pembaharuan pendidikan didunia Islam dimulai
dikerajaan Turki Usmani pada akhir abad ke 11 H/17 M yang dilatar belakangi
oleh kekalahan-kekalahan kerajaan Usmani dalam peperangan dengan Eropa
menyebabkan timbulnya usaha sekularisasi Turki yang berkembang kemudian dan
membentuk turki modern. Adapun tokoh yang mencoba melakukan upaya tersebut
ialah :
a. Sultan Ahmad III.
Adanya kekalahan yang dialami kerajaan Turki Usmani menyebabkan
Sultan Ahmad III prihatin dan melakukan intropeksi, dengan melakukan pengiriman duta ke Eropa
untuk mengamati perkembangan barat. Dengan
mendirikan sekolah teknik militer, mendirikan percetakan untuk mempermudah Access buku pengetahuan. Upaya ini
dilakukan sampai beliau wafat dan
kemudian digantikan oleh Sultan Mahmud II.
b. Sultan Mahmud II.
Sultan Mahmud II merupakan kelanjutan dari Sultan Ahmad III. Pembaharuan yang
dilakukan dengan memperbaiki system pendidikan madrasah dengan memasukkan ilmu
pengetahuan umum. Kemudian mendirikan model disekolah barat.
2. Wilayah Mesir
Tokoh yang melakukan upaya pembaharuan khususnya
pendidikan adalah Muhammad Ali Pasya dan Muhammad Abduh
a. M. Ali Pasya. Ia
mendirikan kementrian pendidikan dan lembaga pendidikan, membuka sekolah teknik , kedokteran,
pertambangan, mengirin siswa untuk belajar
ke negri barat. Gerakan pembaharuan memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi barat kepada umat Islam.
b. M. Abduh. Melakukan
pembaharuan pendidikan di Al-Azhar dengan memasukkan ilmu modern. Mendirikan komite perbaikan administrasi
Al-Azhar tahun 1895, melaksanakan
pembaharuan administratif yang bermanfaat yang diantaranya adalah kurikulum, metode mengajar dan
pendidikan wanita.
Kurikulum merupakan hal yang perlu diperhatikan,
karena kurikulum yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka itu tidak
akan terwujud dengan baik. Dan dalam lembaga pendidikan di Mesir Ia mendapatkan
didalam kurikulumnya terdapat dualisme. Metode mengajar pun perlu diperhatikan
untuk meningkatkan daya penangkapan para siswanya, yaitu dengan metode yang
praktis. Dan selain hal tersebut ia mamandang wanita telah dirampas haknya oleh
laki-laki. Menurutnya wanita harus mendapatkan pendidikan yang sama dengan
laki-laki.
c. Rasyid Ridha, merupakan
murid dari Muhammad Abduh yang lahir pada 1865 Suria. Ia banyak belajar dengan
Muhammad Abduh ketika Muhammad Abduh sedang dalam buangan di Beirut. Ia mulai
mencoba menjalankan ide-ide pembaharuan ketika masih berada di Suria dan
mendapat tantangan dari Pihak Turki Utsmani, lalu ia memutuskan pindah ke Mesir
dan berada di dekat gurunya Muhammad Abduh pada tahun 1898. Beberapa bulan
setelah itu, ia menerbitkan majalah Al-Manar, yang juga terkenal.
d. Ismail Raji’ Al-Faruqi
Lahir didaerah palestina pada tanggal 1 januari 1921 dan hijrah ke Mesir untuk
mengenyam pendidikan
diuniversitas Al-Azhar. Perjalanan gerakan pendidikannya dimulai setelah
kelulusannya dari universitas Al-Azhar. Al-Faruqi membentuk sebuah gagasan Islamisasi
ilmu pengetahuan. Yakni upaya pengintegrasian antara disiplin ilmu modern
dengan khazanah pengetahuan agama.
3. Wilayah India.
Pembaharuan pendidikan Islam di India
bertujuan menghilangkan diskriminasi pendidikan Islam tradisionalis dengan
pendidikan sekuler. Adapun tokoh- tokoh pembaharuan di India sebagaimana
berikut:
a. Sayyid Akhmad Khan
(1817 – 1898 M). Ia berpendapat bahwa peninggkatan kedudukan umat Islam di
India dapat diwujudkan dengan bekerjasama dengan Inggris. Kemudian mendirikan
lembaga pendidikan, sekolah Inggris mudarabbah 1864. kemudian mendirkan pula
Scientific Society, mendirikan lembaga pendidikan yang didalamnya ilmu
pengetahuan umum.
b. Muhammad Iqbal, berasal
dari keluarga golongan menengah di Punjab dan kahir di Sialkot tahun 1867.
Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar disana sampai
memperoleh gelar kesarjaan MA. Di tahu 1905 ia pergi ke negara Inggris dan
belajar filsafat di Universitas Cambridge. Dua tahun kemudian ia pindah ke
Munich Jerman, dan memperoleh gelar Ph.D dalam bidang tasawwuf. ia berpendapat
bahwa kemunduran umat Islam selama 500 tahun dikarenakan kebekuan dalam
pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai pada keadaan statis. Untuk memperbaharui
Islam di segala bidang (termasuk pendidikan), maka diperlukan sebuah institusi
penegak Hukum Islam yang menanungi seluruh umat Islam dalam sebuah naungan
negara yang dinamakan Khilafah Islamiyah
G. Rekronstuksi
Kehidupan umat Islam pada khusunya dan masyarakat Indonesia pada umumnya
harus dipersiapkan melalui pendidikan. dan pada umumnya system pendidikan
nasional Indonesia dihadapi berbagai tantangan baik internal dan eksternal.
Tantangan dari internal adalah menjauhnya system pendidikan nasional dari
cita-cita semula yakni mengembangkan sifat pendidikan yang rasional,
demokratis. Adapaun tantangan dari
eksternal adalah kerawanan elit plitik, kerawanan kepribadian generasi muda dan
kerawanan struktur social.
Dalam UUSPN No.20 Tahun
2003 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk “mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang
luhur, memiliki kemampuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kebribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa bertanggung jawab
kemasyarakatan yang kebangsaan”. Dan pada UUSPN 2003 pasal 1 dinyatakan
bahwa: “pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasrkan Pancasila dan
UUD 1945 dan perubahannya yang bersumber pada ajaran agama, keanekaragaman
Indonesia, serta tanggap terhadap perubahan zaman”.
Mencermati UUSPN diatas
terhadap keadaan realitas pendidikan nasional Indonesia sekarang ini belum ada
yang terpenuhi secara maksimal. Dari segi pemerintahan, perhatian pemerintah
terhadap pendidikan masih dinilai kurang. Dan dapat dibuktikan dengan ketidak
terusnya potensi-potensi yang luar biasa untuk mencapai kemajuannya. Selain itu
masih terdapat diskrimatif dalam pendidikan. pendidikan adalah milik orang yang
mempunyai modal. Sehingga orang-orang yang tidak memiliki cukup modal akan
terlantar pendidikannya. Dan pendidikan sawasta menjadi alternative bagi mereka
dari pada lembaga pendidikan nasional, yang mana lembaga pendidikan swasta dinilai
lebih murah dan hal tersebut berdampak kepada rendahnya mutu karena
keterbatasan dana, sarana dan perhatian pemerintah terhadap lembaga pendidikan
swasta. Dan hal tersebut seakan-akan memperlihatkan bahwa pendidikan nasional
adalah milik pemerintah, bukan milik rakyat.
Kurikulum-khususnya
kurikulum pendidikan Islam yang diberikan terkesan bongkar pasang, statis dan
kurang progresif, dan kehilangan elan vital keislamannya. Karena
kurikulum tersebut dibentuk atas dasar trial and error dan tidak
berangkat dari pendekatan filosofis yang obyektif. Statis, muatan
kurikulum terkesan mengulang meteri pelajaran pada tingkatan pelajaran
sebelumnya. Kurang progresif , rumusannya berkisar hanya menjawab
berbagai persoalan “kemarin” dan”kekinian” yang terjadi dan belum mampu
memprediksikan persoalan yang akan datang.
Dalam pendidikan agama
Islam yang dikembangkan selama ini masih bersifat verbaltis yang menekankan
aspek indoktrinasi dan penanaman nilai ala kadarnya daripada penumbuhan daya
kritis dan pengembangan intelektualisme siswa. Pembelajaran yang seperti ini
akan mengakibatkan anak tidak memiliki kecerdasan intelektual dan spiritual
karena yang dihadapannya hanya berupa aturan-aturan yang mengikat, sehingga
daya gerak intelektualnya menjadi terbatas. Dan selain itu anak tidak memiliki
pemahaman keagamaan yang terbuka, toleran dan inklusif. Hal ini merupakan
konskwensi logis dengan pembelajaran yang bersifat doktriner.
Dari keadaan dan model
pendidikan nasional yang sperti itu, tidak diragukan lagi dapat membentuk pola
pemikiran masyarakat yang individualis, matrialistis yang berpendapat bahwa
pendidikan diciptakan untuk memperoleh pekerjaan serta menurunnya moral dan
akhlak masyarakat.
Dari berbagai latar
belakang masalah pendidinkan nasional yang terjadi, melalui kesejarahan
pendidikan pada masa pembaharu Islam yang di antaranya adalah:
1. Elit Politik
Meningkatkan perhatian serta dukungan pemerintah
terhadap pendidikan nasional Indonesia dengan cara menghilangkan deskriminatif
dalam pendidikan, pembiayaan dan mengirimkan para duta intelektual ke
Negara-negara yang lebih maju,untuk meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi. Mengembalikan esensi pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum
dalam UUSPN tahun 2003. Memperbaiki system pendidikan nasional dengan
memasukkan ilmu pengetahuan umum pada lembaga pendidikan tradisional dan
memasukan pengetahuan agama pada lembaga pendidikan modern.
2. Kurikulum
Membentuk pendidikan yang mampu
mengintergrasi-interkoneksiakan antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum.
Kurikulum dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan disesuaikan dengan
tingkatnya. Muh. Abduh berpendapat bahwa dasar pembentukan agama hendaknya
sudah dimulai sejak masa kanak-kanak. Dan hendaknya pelajaran agama dijadikan
sebagai inti semua pelajaran. Karena pendidikan agama merupakan dasar
pembentukan jiwa dan pribadi manusia. Dalam pembuatan kurikulum,
lebih memprioritaskan sumber agama yakni Al-Qur’an dan Hadist, dan tidak
menafikan adanya pengadopsian sumber-sumber dari barat. Dalam kurikulum
Islamisasi Ismail Al-Faruqi, dengan memasukkan segala keilmuan dalam kurikulum,
lembaga pendidikan memiliki kurikulum yang actual, responsive terhadap tuntutan
masalah yang kontemporer. Yang artinya lembaga pendidikan akan menghasilkan
lulusan yang visioner, berpandangan integrative, proaktif dan tanggap
terhadap masa depan serta tidak dikotomistik dalam keilmuan.
3. Aspek Pendidik
Dalam hal ini pendidik ditempatkan pada
tempat yang selayaknya. Artinya kopetensi dan professional yang mereka miliki
dihargai sebagaimana mestinya. Untuk itu perlu adanya selektivitas pendidik
yang benar shaleh dan berkopeten serta memiliki kemampuan dalam menafsirkan
berbagai teori berdasarkan pendekatan Islamib secara meyakinkan serta mampu
membimbing peserta didik secara tepat untuk menemukan pemecahan dan jawaban
yang benar.
Dengan demikian menurut Al-Faruqi perlu ditetapkan
criteria pendidik, selain indeks prestasi sebagai parameter kualitas
intelektal, penting dilakukan wawancara yang menyangkut aqidah, keimanan, dan
keagamaan, jiwa dan sikap terhadap jabatan. Dan criteria ini harus ditopang
oleh kode etik islami tentang profesi guru. Seorang pendidik harus memiliki
kemampuan subtantif. Yakni, berupa penguasaan dua segi keilmuan, pengetahuan
agama dan pengetahuan umum sekaligus serta menentukan relevansinya. Selain
kemampuan subtantif seorang guru juga dituntun untuk memiliki kemampuan non
subtantif, yakni memiliki multi skill dikdatis. Yakni mencangkup keterampilan
dalam penggunaan metode dan strategi pembelajaran, pengelolaan atau manajemen
pendidikan, pengevaluasian, dll. Yang secara keseluruhannya bertumpu pada
unsure tauhid.
H.
Perkembangan Ajaran Islam, Ilmu
pengetahuan , dan kebudayaan
1.
Pada bidang Akidah
Salah satu pelapor dalam dunia Islam Arab adalah suatu aliran yang bernama
Wahabiyah yang sangat berpengaruh pada abad ke-19.Pelapornya adalah Muhammad
Abdul Wahab(1703-1787 M) yang berasal dari nejed,Saudi Arabia.Pemikiran yang
dikemukakan oleh Muhammad Abul Wahab adalah upaya memperbaiki kedudukan Islam
dan merupakan reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat dikalangan umat Islam
saat itu.Paham tauhid telah bercampur aduk oleh ajaran-ajaran terikat yang
sejak abad ke-13 terbesar didunia Islam.
Masalah tauhid memang merupakan ajaran yang
paling dasar dalam Islam oleh karena itu tidak mengherankan apabila Muhammad
Abdul Wahab memusatkan perhatiannya persoalan yang dihadapi manusi di dunia
ini. Ia memiliki pokok-pokok pemikiran sebagai berikut:
1. Yang harus disambah hanyalah ALLAH SWT dan orang yang
menyembah selain darinya telah dinyatakan sebagai musyrik
2. Kebanyakan orang Islam bukan penganut paham tauhid karena
mereka meminta pertolongan kepada Syekh,wali atau kekuatan gaib.
3. Menyembut nama Nabi, Syekh atau Malaikat sebagai
pengantar dalam doa juga dikatakan sebagai syirik.
4. Meminta syafat selain kepada Allah disebut juga syirik
5. Bernazar kepada selain Allah juga merupakan Syirik
6. Memperoleh pengetahuan selain Al-qur’an,hadis,dan qiyas
merupakan kekufuran.
7. Tidak percaya kepada Qada dan Qadar Allah merupakan
kekufuran
8. Menafsirkan Al-qur’an dengan takwil atau Interpretasi
bebas juda termasuk kekufuran
Pengaruh pada perkembangan pemikiran pembauran di abad
ke-19 adalah sebagai berikut:
- Hanya Al-qur’an dan hadis yang merupakan sumber asli ajaran Islam.Pendapar ulama bukanlah sumber
- Taklid kepada ulama tidak dibenarkan
- Pintu ijtihad senantiasa terbuka dan tidak tertutup.
2. Pada bidang Ilmu Pengetahuan
Islam merupakan agama yang sangat mendukung kemajuan Ilmu
Pengetahuan oleh karena itu Islam menghendaki manusia menjalankan kehidupan
yang didasarkan pada rasionallitas atau akal dan Iman ayat-ayat Al-qur’an
banyak memberi tempat yang lebih tinggi kepada orang yang memiliki
pengetahuan,Islam pun menganjurkan agar manusia jangan pernah puas salah firman
Allah
Artinya:
Dan seandainya pohon-pohon dibumi menjadi pena dan laut
menjadi tinta ditambahkan kepada 7 laut(lagi)sesudah (kering)nya, niscya tidak
akan habis-habisnya(dituliskan kalimat Allah.Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
dan Bijaksana(QS Lukman:27)
Ajaran islam tersebut mendapatkan respon yang positif
dari para pemikir islam sejak zaman klasik (650-1250 M),zaman pertengahan
(1250-1800 M) hingga periode modern (1800 M dan seturusnya).Masa pembauran
merupakan zama kebangkitan umat Islam salah satu pemikiran dan usaha pembauran
sebagai berikut:
a. Periode modern(1250-1800 M)
Perkembahgan Ilmu pengetahuan telah dimulai sejak periode
pertengahan pada kerajaan usmani.Pada abad ke-17 mulai terjadi kemunduran
khususnya dtandai oleh kekalahan yang dialami perang melawan negara
Eropa.Peristiwa tersebut diawali oleh
Dengan terpukul mundurnya tentara usmani ketika dikirim
untuk menguasai wina pada tahun1683. Pada tahun
1720,Celebi Mehmed diangkat sebagai duta diparis dengan tugas khususnya
mengunjungi pabrik-pabrik,benteng pertahanab dan institusi dan lain-lainnya.Di
tahun 1741 M anaknya dikirim pula ke paris.
Dalam bidang non militer,pemikiran usaha dan pembauran
dicetus oleh Ibrahim Mutafarrika(1670-1754 M).Ia memperkenalkan ilimu-ilmu
pengetahuan modern dan kemajuan barat kepada masyarakat Turki yang disertai
pula usaha penerjemahan buku-buku barat kedalam bahasa turki.Anggota dibentuk
pada tahun 1717 M.
Sarjana atau filsuf Islam yang termasyur ialah Ibnu Sina
(1031 M).Dan Ibnu Rusyd (1198 M) dalam seni,Umar khayam (1031 M) Penyair dan
lirik Hafiz(1389M) penyair
b. Pembaruan pada periode modern (1800 M –dan seterusnya )
Kaum muslim memiliki banyak sekali tokoh –tokoh pembaruan
yang pokoh-pokoh pemikirannya maupun jasa-jasanya dibidang telah memberikan sumbangsih
umat islam di dunia.Beberapa tokoh yang terkenal dalam dunia ilmu pengetahuan
atau pemikiran islam tersebut antara lain sebagai berikut:
·
Jamaludin Al Afgani (Iran 1838-Turki 1897)
Salah satu sumbangan terpenting didunia diberikan oleh
Said Jamaludin Al Afgani gagasannya mengilhami kaum muslim di Turki,Iran,Mesir
dan India.
·
Muhammad abduh (1849-1905) & Muhammad Rasyd Rida (Suriah 1865-1935).
Rasyd Rida
mendapat pendidikan islam tradsional dan menguasai bahasa asing( perancis dan
turki) yang menjadi jalan masuknya untuk mempelajari ilmu pengetahuan secara
umum rida bergabung pada gerakan pembaruan Al Afgani dan Muhmmad Abduh
diantaranya melalui penerbitan jurnal Urwah Al Wustah yang diterbitkan di peris
dan disebarkan diMesir.
·
Toha husein (Mesir selatan 1889-1973 M)
Toha
Husein Adalah seorang sejarawan dan filsuf yang amat mendukung
gagasan Muhmmad Ali Pasya. Ia merupakan pendukung modernisme yang gigih.
·
Syaid Qutub(Mesir 1906-1966)dan Yusuf Al Qardawi
Al Qardawi menekankan perbedaan modernisasi dan
pemberantaan yang dimaksud berarti pemberantaan dan memiliki pembatasan pada
pemanfaatan Ilmu pengetahuan modern serta penerapabn teknologinya.Islam tidak
menolahnya bahkan mendukungnya.
·
Sir Syaid Ahmad Khan (India 1817-1898 M)
Beliau adalah pemikir yang menyerukan sain tifikasi masyarakat
muslim seperti halnya Al Afgani
yang menyerukan kaum muslim untuk meraih ilmu pengetahuan modern tetapi berbeda
dengan Al Fagani ia melihat adanya kekuatan yang membebaskan dalam ilmu
taeknologi dan modern.
·
Sir Muhammad Iqbal(Punjab1873-1938 M)
Awal abad ke-30 adalah Sir Muhammad Iqbal yang merupakan
salah seoramg prtama diaanak benua India yang sempat mendalami pemikiran barat
modern dan mempunyai latar belakang yang bercorak taradional Islam kedua hal
muncul dari karya utamanya ditahun 1930 yang berjudul The Reconstruction of
ReligiousThought In Islam
I.
Manfaat Sejarah
Islam pada masa
Pembauran
·
Sejarah dalam Al-Qur’an sebagai peristiwa yang dialami umat di masa lalu
orang yang tidak mau mengambil hikmah dari sejarah mendapatkan kencaman karena
mereka mereka teidak mendapatkan pelajaran apapun dari kisah Al-Qur’an
·
Pelajaran yang dapat diambil dari sejarah dapat menjadi pilihan ketika
mengambil sikap
·
Pembauran akan membetrikan manfaat berupa inspirasi untuk mengadakan
perubahan-perubahan menjadi lebih efektif dan efesien
·
Sejarah dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat
dikalangan bangsa-bangsa terdahulu
·
Pembauran mempunyai pengaruh yang besar apada setiap pemerintahan contoh:
pada zamn Sultan Mahmud ke-2.Ia sadar bahwa pendidikan dasar Madrasah tradional
tidak sesuai lagi dengan tuntunan zaman abad ke-19
·
Bentuk negara dianggap kalangan tertentu bukan persoalan agama tetapi
persoalan duniawi sehingga hal tersebut diserahkan kepada manusia untuk
menuntukannya.
J.
Perilaku Cerminan Penghayatan Terhadap Sejarah Islam Pada
Masa Pembauran
Ada beberapa perilaku yangdapat dijadikan cerminan
terhadap penghayatan akan sejarah perkembangan Islam pada masa pembauran
ini.Hal-hal tersebut sebagai berikut:
1.
Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan menamankan jihad yang
sesuai dengan ajaran agama Islam dan hadis
- Sejarah dapat dijadikan sumber inspirasi untuk membuat langkah-langkah inovatif agar kehidupan dapat damai dan sejahtera baik didunia maupun diakhirat.
- Memotifikasi diri terhadap masa depan agar memperoleh kemajuan serta mengupayakan adar sejarah yang mengandung nilai negatif tidak akan terulang kembali
- Membangun masa depan berdasarkan pijakan yang telah ada di masa lalu sehingga dapat membangun negara senantiasa menjadi Baldatun tayyibatun wa rabbun gafur atau negara yang baik dean mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
- Ilmu pengetahuan dan tekhonogi di masa pembauran cukup canggih dan menabjubkan swehingga melalui prosese belajar akan dapat di peroleh kemajuan yang lebih baik bagi genarasi muslim masa depan
E. Pengaruh Perkembangan Islam terhadap Umat Islam di
Indonesia
Pembaruan di negara-negar timur tengah tidak hanya tersebar di lingkungan
mereka sendiri, namun juga meluas hingga ke indonesia.Pengaruh-pengaruh dari
pembaruan tersebut antara lain sebagai berikut:
1.
Gema pembaruan yang dilakukan yang dilakukan oleh Jamalludin Al Afgani dan Syeh
Muhmmad Abdul Wahab sampai juga ke indonesia, terutama terhadap tokoh-tokoh
seperti H.Muhmmad Miskin (kabupatern Agam,Sumatra Barat),H Abdul
Rahman(kabupaten 50 kota,Sumatra Barat ) dan H Salman Faris(Kabupaten Tanah
datar,Sumatra barat) mereka di kenal dengan nama H Miskin,H Pioabang dan H
Sumanik.Sepulang dari tanah suci ,mereka terilhami ole paham Seyh Muhmmad Abdul
Wahab.Mereka pulang dari tanah suci pada tahun 1803 M dan sebagai pengaruh
pemikiran para pembaruh timur tengah tersebut adalah timbul gerakan paderi.
2.
Pada tahun 1903 M murid-murid dari Seyh Ahmmad Kotihib Al Minang Kabauwi
seorang ulama besar bangsa indonesia dimekah yang mendapat kedudukan mulia
dikalangan masyarakat dan pemerintahan arab,kembali dari tanah suci.Murid-murid
dari Seyh Ahmmad inilah yang menjadi pelapor gerakan pembaruan dan akhirnya
berkembagan keseluruh indonesia mereka antara lain sebagai berikut: Seyh H
Abdul malik karim amrullah(Buya hamkah)Seykh Daud Rasyidi,SeyKh Jamil Jambik
dan Kyai H Ahmmad Dalan (pendiri muhmmadiyah ) .
3.
Munculnya berbagai organisasi dan kelembagaan Islam modern di Indonesia pada
awal abad ke 20, baik yang bersifat keagamaan,politik maupun ekonomi organisasi
tersebut sebagai berikut:
- Jamiatul Khair (1905 M) yang merupakan wadah lembaga pendidikan dan pengkaderan generasi muda penerus perjuagan islam dan berlokasi di jakarta
- Muhmmadiyah (18 nov 1912) yang didirikan oleh K.H Ahmmad Dalan ia memiliki pemikiran yang tidak menghendaki berkembangnya Bid’ah Tahayul kurafat dan mengebalikan ajaran islam yang seseuai dengan al qur’an dan hadis jogyakarta.
- Al Irsyad (1914 M) dibawah pinpinan Sukarti dan bertempat di jakarta
- Persatuan Islam (PERSIS) dibawah pinpinan Ahmmad Hasan yang diddirikan tahun 1923 di bandung
- Serikat Dagang Islam (1911) dibawah pinpinan H Samanhudi di Solo pada awal gerakan ekonomi dan ke agamaan,akan tetapi kemudian berubah menjadi kegiatan yang bersifat politik
- Jamiyatul Nahdatul Ulama (NU )yang lahir 13 januari 1926 di surabaya dibawah pinpinan KH Haym Asyari Nahdatul Ulama merupakan wadah para ulama di dalam tugas memimpin masyarakat muslin menuju cita-cita kejayaan Islam
- Matla’ul Anwar 1905 di Menes,Baten yang didirikan oleh KH M. Yasin Organisasi ini bersifat sosial keagamaan dan pendidikan
- Pergerakan Tarbiyah (Perti) di Sumatra Barat yang didirikan oleh Seyh Sulaiman Ar Rasuli tahun 1928. Oraganisasi ini bergerak di bidang pendidikan membasmi Bid’ah khurafat dan tahayul serta taklid di kalagan umat islam
- Persatuan Indonesia (Permi) yang didirikan pada tanggal 22 mei 1930 di Bukit Tinggi .Organisasi ini pada mulanya bersifat ke agamaaan tetapi kemudian menjadi partai politik yang menutut kemerdekaan Indonesia pemimpinnya adalah Mucthar Lutfi
- Majlis Islam ‘Ala Indonesia yang didirikan atas prakasa KH Ahmmad Dalan dan KH Mas Masur pada tahu 1937 .Pada mulanya organisasi ini tidak terlibat pada kegiatan politik tapi pada akhirnya terlibat pula dalam politik pratis yaitu degan melakukan perlawanan terhadap penjajah belanda.
Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa gerakan pembaruan yang menyebabkan lahirnya organisasi
keagamaan pada mulanya bersifat keagmaan tetapi seiring dengan kondisi
masyarakat pada saat itu menjelmah menjadi kegiatan politik yang menutut
kemerdekaan indonesia dan hal tersebut dirasakan mendapat pegaruh yang
signifikan dari pemikir-pemikir pada pembaru islam,baik ditingkat nasional
maupun internasional.
[1]
Prf. Dr.Suwito, MA, Fauzan MA,
Sejarahb Sosial Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana: 2005) hal: 161
[2]
Dra. Zuhairini, dkk. Sejarah
Pendidikan Islam.(Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal 109-110
[3]
Ibid hal: 110-115
[5]
Ibd
[6]
Prof. Dr. Suwito, MA, Fauzan MA, Sejarah Sosial Pendidikan Islam.
(Jakarta,Kencana: 2005) hal: 165
Tidak ada komentar:
Posting Komentar