Selasa, 03 Juni 2014

MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan Islam sesungguhnya telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan adanya dakwah Islam yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Seiring dengan berjalannya waktu, Islam yang tumbuh dan berkembang mengalami perbedaan dengan  masa Nabi Muhammad SAW dahulu. Bahkan, mengalami kemunduran yang jika tidak diatasi akan menyebabkan keruntuhan dan kepunahan bagi umat Islam dalam segi apa pun. Yang dalam sejarah masa ini dinamakan masa Modernisasi. Yakni masa sebelum Orde Lama di Indonesia.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini kami membahas perihal tersebut dan bagaimana cara untuk memperbahaui hal tersebut. Supaya generasi mendatang masih terselamatkan dari masa kemunduran yang muncul dari golongan Islam itu sendiri karena tertutupnya umat Islam dari keadaan dunia.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian Modernisasi?
2.      Bagaimana corak pendidikan pada masa Kemunduran?
3.      Bagaimana corak pendidikan pada masa Modernisasi?
4.      Kapan masa Kemunduran itu terjadi?
5.      Kapan masa Modernisasi itu terjadi?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Modernisasi
                             Secara etimologis modernisasi berasal dari kata modern, yang telahbaku menjadi bahasa Indonesia dengan arti pembaruan Pendek kata, modernisasi juga bisa disebut pembaruan. Dalam masyarakat barat “modernisasi” mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan lain sebagainya, agar semua itu menjadi sesuai dengan pendapat-pendapat dan keadaan baru yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Lahirnya modernisasi atau pembaruan disebuah tempat akan selalu beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat itu. Artinya tidak mungkin aka nada pembaruan tanpa ada dukungan perkembangan ilmu pengetahuan.
                             Modernisasi atau pembaruan bisa diartikan apa saja yang belum dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh penerima pembaruan, meskipun bukan hal barubagi orang lain. Pembaruan biasanya dipergunakan sebagai proses perubahan untuk memperbaiki keadaan yang ada sebelumnya ke cara atau situasi dan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan kata lain, pembaruan sesungguhnya lebih merupakan upaya atau usaha perbaikan keadaan, baik dari segi cara, konsep, dan serangkai metode yang baik ditetapkan dalam rangka mengantarkan keadaan yang lebih baik.[1]

B.     Masa Kemunduran Pendidikan Islam
            Sepanjang sejarahnya sejak awal dalam pemikiran islam terlihat dua pola yang saling berlomba mengembangkan diri, dan mempunyai pengaruh besar dalam mengembangkan pola pendidikan umat islam. Dari pola pemikiran yang bersifat tradisional, yang selalu mendasarkan diri pada wahyu, yang kemudian berkembang menjadi pola pemikiran sufistis dan mengembangkan pendidikan sufi. Sedangkan dari pola pemikiran yang rasional yang mementingkan akal pikiran, menimbulkan pola pendidikan yang empiris rasional. Pola pendidikan bentuk kedua ini sangat memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasaan material.
            Pada masa jayanya pendidikan islam, kedua pola pendidikan tersebut menghiasi dunia islam, sebagai dua pola yang berpadu dan saling melengkapi. Setelah pola pemikiran rasional diambil alih pengembangannya oleh dunia barat (Eropa) dan dunia Islampun meninggalkan pola berfikir tersebut, maka dalam dunia islam tinggal pola pemikiran sufistis yang sifatnya memang sangat memperhatikan kehidupan bathin , sehingga mengabaikan perkembangan dunia material. Pola pendidikan yang dikembangkannyapun tidak lagi menghasilkan perkembangan budaya islam yang bersifat material. Dari aspek inilah dikatakan pendidian dan kebudayaan islam mengalami kemunduran, atau setidak-tidaknya dapat dikatakan pendidikan islam mengalami kemandegan.[2]
            M.M Sharif dalam bukunya Muslim thought, mengungkapkan gejala kemunduran pendidikan dan kebudayaan islam tersebut sebagai berikut : “telah kita saksikan bahwa pemikiran islam telah melaksanakan satu kemajuan yang hebat dalam jangka waktu yang terletak diantara abad ke VIII dan abad ke XIII M.
            Selanjutnya diunggkapkan oleh M.M Sharif, bahwa pemikiran islam menurun setelah abad ke XIII M dan terus melemah sampai abad ke XVII M. Diantara sebab-sebab melemahnya pikiran islam tersebut antara lain dilukiskannya sebagai berikut ;
1.      Telah berkelebihan filsafat islam (yang bercorak sufistis) yang dimasukan olel Al-Ghazali dalam alam islami di timur, dan berkelebihan pula Ibnu Rusyd dalam memasukan filsafat islamnya (yang bercorak rasionalistis) kedalam dunia islam di barat.
2.      Umat islam terutama para pemerintahnya (khalifah, sultan, amir-amir) melalaikan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan tidak memberi kesempatan untuk berkembang.
3.      Terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang dibarengi dengan serangan dari luar, sehingga menimbulkan kehancuran-kehancuran yang mengkibatkan berhentinya kegiatan-kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia islam.
                        Dengan semakin ditinggalkanya pendidikan intelektual maka semakin statis perkembangan budaya islam, karena daya intelektual generasi penerus tidak mampu mengadakan kreasi-kreasi budaya baru, bahkan telah menyebabkan ketidak mampuan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan baru yang dihadapi sebagai akibat dari perubahan dan perkembengan zaman.  Ketidakmampuan intelektual tersebut merealisasi dalam kenyataan bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan terjadilah kebekuan intelektual secara total.
 Dalam hal ini Fahzur Rahman, dalam bukunya islam menjelaskan tentang gejala-gejala kemunduran / kemacetan intelektual islam ini sebagai berikut; Penutupan pintu ijtihad (yakni pemikiran yang orisinil dan bebas) selama abad ke 4 H/10 M dan 5 H/11 M. telah membawa kepada kemacetan umum dalam ilmu hukum dan ilmu intelektual, khususnya yang pertama. Ilmu-ilmu intelektual yakni teologi dan pemikiran keagaman, sangat mengalami kemunduran dan menjadi miskin karena pengucilan mereka yang disengaja dari intelektualisme yang sekuler dan karena kemunduran yang disebut terakhir ini. Khususnya filsafat dan juga pengucilannya dari bentuk-bentuk keagamaan seperti yang dibawa oleh sufisme.
                        Kehancuran besar yang dialami oleh kota Bagdad dan Granada sebagai pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan islam menandai runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan islam. Musnahnya lembaga-lembaga pendidikan dan semua buku-buku ilmu pengetahuan dari kedua pusat pendidikan islam di timur dan barat dunia islam tersebut, menyebabkan pula kemunduran pendidikan di seluruh dunia islam, terutama dalam bidang intelektual dan material, tetapi tidak halnya dalam kehidupan batin dan spiritual.
                        Kehancuran dan kemunduran-kemunduran yang dialami oleh umat islam terutama dalam bidang kehidupan intelektual dan material ini, dan beralihnya secara drastic pusat-pusat kebudayaan dari dunia islam ke eropa, menimbulkan rasa lemah dan putus asa dari kalangan kaum muslimin. Ini telah menyebabkan mereka lalu mencari pegangan dan sandaran kehidupan yang biasa mengarahkan mereka. Aliran pemikiran tradisionalisme dalam islam telah mendapatkan tempat di hati masyarakat secara meluas, mereka kembalikan segala sesuatunya kepada Tuhan.
                        Kehidupan sufi berkembang dengan sangat pesat. Keadaan yang frustasi di kalangan umat, menyebabkan orang kembali kepada Tuhan (bukan hanya sekedar sikap hidup yang patalitis) dalam arti yang sebenarnya, bersatu dengan Tuhan, sebagaimana yang diajarkan oleh para ahli sufi. Madrasah-madrasah yang ada dan berkembang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan sufi. Berkembang berbagai sistem riyadha dan jalan atau cara-cara tertentu yang dikembangkan untuk menuntun para murid yang dikenal selanjutnya dengan istilah tariqat. Keadaan yang demikian sebagi mana yang dilukiskan oleh Fazlur Rahman ;
                        Di madrasah-madrasah yang bergabung pada khalaqah-khalaqah dan zawiyah-zawiyah sufi, karya-karya sufi dimasukan kedalam kurikulum yang formal khususnya di India dimana sejak abad ke 8 H/14 H M karya-karya Al-Suhrawardi (pendiri ordo surahwardiyah) Ibnu Al-Arabidan kemudian karya-karya jami’di ajarkan tetapi sebagian besar pusat-pusat sufi terutama di turki kurikulum akademik hampir semua buku-bukunya tentang sufi. Ciri khas dari fenomena ini adalah melimpahnya pernyataan-pernyataan sufi yang taubat setelah menemukan jalan yang benar.
                        Kemunduran dan kemerosotan pendidikan dan pengembangan pada masa ini nampak jelas dan sedikitnya materi kurikulum dan mata pelajaran pada umumnya madrasah-madrasah yang ada. Dengan telah menyempitnya bidang-bidang ilmu pengetahuan umum dengan tiadanya perhatian kepada ilmu-ilmu pengetahuan kealaman maka kurikulum pada umumnya madrasah-madrasah tebatas pada ilmu-ilmu keagamaan, ditambah dengan sedikit ilmu gramatika dan bahasa sebagai alat yang diperlukan. Ilmu-ilmu yang murni tinggal dari tafsir Al-Qur’an ,hadist, Fiqh (termasuk Ushul Fiqh dan Prinsip-prinsip Hukum) dan ilmu kalam atau teologi islam.
                        Materi pelajaran yang sangat sederhana yang ternyata dari buku-buku yang harus dipelajari pada suatu tingkatan (bahkan tingkatan tertinggi sekalipun) sangat sedikit. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan studi relatif sangat singkat. Akibat lanjutnya adanya kekurangan yang mendalamnya meteri pelajaranpun dapat dibayangkan, hal tersebut disebabkan karena sistem pelajaran pada masa itu sangat berorientasi pada buku-buku pelajaran dan bukan pada pelajaran itu sendiri. Oleh karena itu yang sering terjadi pelajaran hanya memberikan komentar-komentar atau saran-saran terhadap buku-buku pelajaran yang dijadikan pegangan oleh guru.[3]
                        Kebekuan intelektual dalam kehidupan kaum muslimin yamg diwarnai dengan berkembangnya dengan berbagai macam aliran sufi yang karena terlalu toleran terhadap ajaran mistik dari ajaran agama lain (hindu, budha ,maupun neo platonisme) telah memunculkan berbagai macam tarikat yang menyimpang jauh dari ajaran islam. Tarikat-tarikat tersebut dalam perkembangannya dan dalam penerimaan masyarakat menjadi agama yang popular. Keadaan yang demikian berlangsung selama masa kemunduran kebudayaan dan pendidikan islam, sampai dengan abad ke 12 H/18 M, baru pada abad pertengahan ke 12 H/18 M tersebut disana-sini usaha untuk mengadakan pemurnian kembali ajaran-ajaran islam, sebagai yang nampak dibagian jazirah arab oleh Muhammad Ibnu Abdul Al-Wahab (1115-1206 H/1703-1792 M) dan di India oleh Syah Waliullah (1113-1176 H/1702-1762 M) usaha pemurnian tersebut mengacu kepada dua sasaran pokok, yaitu ;
1.      Mengembalikan ajaran islam kepada unsur-unsur aslinya dengan bersumberkan kepada Al-Qur’an dan As-Sunna, membuang segala Bid’ah dan kurafat serta pengaruh-pengaruh dari ajaran agama lain dan mistik dari luar yang dimasukkan oleh kaum sufi.
2.      Membuka pintu ijtihad yang telah beberapa abad sebelumnya telah dinyatakan tertutup
                        Gerakan pemurnian tersebut adalah tahap awal dari gerakan pembaharuan yang dilaksanakan nanti pada abad 13 H19 M oleh Jamaludin Al-Afgani (1255/1315 H/1839-1897 M), Muhammad Abduh(1261-1323 H/1845-19095 M), Sayid Ahmad Khan di India (1232-1316 H/1817-1898 M) dan lain-lain.[4]

C.     Masa Pembaharuan Pendidikan Islam[5]
            Modernisasi yang mengandung pikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham, adat istiadat, intitusi, dan sebagainya, agar dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat dan keadaan yang baru yang timbul oleh kemajuan ilmu pengetahuan serta tekhnologi modern. Modernisasi atau pembaharuan juga berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai tuntutan hidup masa kini.
            Dengan demikian, jika kita kaitkan dengan pembaharuan pendidikan Islam dapat diartikan sebagai suatu upaya melakukan proses perubahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu.

D.    Latar Belakang Sosial Politik Pembaharuan Pendidikan Islam
            Seiring dengan sejarah panjang pergulatan perkembangan umat manusia, termasuk di dalamnya dunia Islam membawa kepada terjadinya dinamisasi superioritas atas penguasaan, baik ideologi, sosial, politik dan lain sebagainya oleh dominasi golongan umat tertentu. Pergulatan peradaban antara Islam dan Barat sangat berpengaruh pada terjadinya perkembangan pola piker umat manusia pada berbagai kemajuan  di segala bidang. Walaupun secara ideologis terjadi perperangan, ternyata khazanah keilmuain semakin berkembang pesat, hanya saja terjadi perebutan klaim atas ilmu tesebut. Dan salah satu buktinya adalah selalu munculnya gerakan-gerakan pembaharuan yang ingin mengembalikan superioritasnya masing-masing, tatkala tanda-tanda keterpurukannya mulai tampak.
            Pembaharuan pendidikan Islam pada esensinya adalah pembaharuan pemikiran dalam perspektif intelektual Muslim yang pastinya berkaitan dengan masalah pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang terpenting. Bukan saja sebagai wahana “konservasi” dalam arti tempat pemeliharaan, pelestarian, penanaman dan pewarisan nilai-nilai dantradisi suatu masyarakat, tetapi juga sebagai “kreasi” yang dapat menciptakan, mengembangkan dan mentransformasikan masyarakat ke arah budaya baru.             Setelah sekian lama dijajah oleh kaum imperialis Barat, umat Islam mulai menyadari keterbelakangan dan ketertinggalan peradabannya. Dan bangkitlah umat muslim yang dipelopori oleh para pemikir dan tokoh umat Islam yang menyorakkan kembali terbukanya pintu ijtihad, perlunya Pan Islamisme, kesadaran beragama dan berbangsa, hingga perlunya filsafat dipelajari. Dan dkesadaran ini direalisasikan dalam bentuk praksis dengan dihidupkannya kegiatan intelektual melalui penggalakan kegiatan berpikir di dunia universitas-universitas Islam.
     Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan pendidikan Islam.
1.      Pertama faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang sangat memerlukan satu system pendidikan Islam yang betul – betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia – manusia muslim yang berkualitas, bertaqwa, dan beriman kepada Allah.
2.      Agama islam sendiri melalui ayat suci Al-qur’an banyak menyuruh dan menganjurkan umat islam untuk selalu berfikir dan bermetaforma; membaca dan menganalisis suatu hal yang baru dari apa yang kita lihat.
·         Kedua faktor diatas sesungguhnya lebih merupakan faktor-faktor yang bisa dilihat secara internal. Adanya kebutuhan umat akan kemajuan dan perbaikan nasib dirinya bisa dikatakan sebagai faktor penentu timbulnya proses pembaruan pendidikan dalam islam.
3.        Adanya kontak Islam dengan barat juga merupakan faktor terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan phragmatik umat islam untuk belajar secara terus menerus kepada barat, sehingga ketertinggalan yang selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir.[6]
Kesadaran ini merupakan awal dari era baru pemikiran Islam.
Dengan berbagai peristiwa sejarah dunia Islam, sebenarnya hal paling pokok yang melatar belakangi terjadinya berbagai gerakan pembaharuan Islam adalah fenomena kemunduran dunia Islam itu sendiri dan berpindahnya adikuasa peradaban umat manusia ke tangan Barat, akibat pergolakan sosial politik yang terjadi.

E.     Pola Pembaharuan Pendidikan Islam
            Dengan meperhatikan berbagai macam sebab kemunduran dan kelemahan umat Islam serta kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa Barat, maka secara garis besarnya pembahruan umat islam terbagi menjadi tiga pola, yaitu:
1.      Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat.
                 Pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan bangsa Barat disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern yang mereka capai. Dan pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan bangsa barat tidak lain bersumber dari yang pernah berkembang dari dunia Islam. Oleh karena itu, maka untuk mengembalikan kekuatan dan kejayaan umat Islam, sumber kekuatan dan kejayaan tersebut harus dikuasai kembali. Cara pengembalian itu tidak lain adalah melalui pendidikan, karena pola pendidikan Barat dipandang sukses dan efektif, maka harus meniru pola Barat yang sukses itu. Mereka berpandangan bahwa usaha pembaharuan pendidikan Islam adalah dengan jalan mendirikan lembaga pendidikan / sekolah dengan pola pendidikan Barat, baik sistem maupun isi pendidikannya. Jadi intinya, Islam harus meniru Barat agar bisa maju. Pembaharuan pendidikan dengan pola Barat, mulai timbul di Turki Utsmani akhir abad ke 11 H / 17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai negara Eropa Timur pada masa itu.
2.      Gerakan pembaharuan pendidikan Islam yang berorientasi pada sumber ajaran Islam yang murni
                 Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan  dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Dan Islam telah membuktikannya pada masa kejayaannya. Menurut analisa mereka, sebab kemunduran umat Islam, adalah karena tidak lagi melaksanakan ajaran-ajaran Islam dengan semestinya. Ajaran Islam yang mengandung sumber kemajuan dan kekuatan telah ditinggalkan dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang tidak murni yang dimulai sejak berhentinya perkembangan filsafat Islam dan ditinggalkannya pola pemikiran secara rasional yangt dialihka kearah pemikiran yang pasif.  Dan selain itu, menutupnya pintu ijtihad membuat berkurangnya daya kemampuan umat Islam untuk mengatasi poblematika hidup yang terus berubah.
                 Pola pembaharuan ini telah dirintasi oleh Muhammad bin Abdul Wahab, kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh (akhir abad 19 M). Menurut Jamaluddin Al-Afghani, pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Hadist dalam artinya yang sesungguhnya, tidaklah mungkin tidak dilakukan. Ia berkeyakinan bahwa Islam adalah sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua keadaan.
                 Dalam hal ini, apabila ditemukan adanya pertentangan antara ajaran Islam dengan kondisi yang ada pada perubahan zaman, penyesuaian akan diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru pada ajaran Islam. Oleh karenanya, pintu ijtihad harus dibuka.
                 Menurut Jamaluddin Al-Afghani, kemunduran umat Islam bukanlah karena Islam, sebagaimana dianggap oleh kebanyakan orang karena tidak sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru. Umat Islam mundur, karena telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya dan mengikuti ajaran yang datang dari luar lagi asing bagi Islam. Jadi, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam murni yang tidak terkontaminasi oleh ajaran dan paham asing. Kalau manusia berpedoman kepada agama, ia tidak sesat untuk selama-lamanya.
3.      Usaha pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada nasionalisme.
                 Rasa nasionalisme muncul bersamaan dengan  berkembangan pola kehidupan modern yang dipelopori oleh bangsa Barat. bangsa barat dapat maju dan berkembang dikarenakan rasa nasionalismenya yang kemudian menimbulkan kekuatan-kekuatan politik yang berdiri sendiri. Dan hal ini mendorong pada umumnya bangsa-bangsa timur dan bangsa yang terjajah, menyorrakan semangat nasionalisme masing-masing. Umat Islam menyadari keberagaman bangsa yang berlatar belakang dan sejarah yang berbeda-beda. Mereka hidup beragama dengan agama lainnya yang sebangsa. Dan hal ini mendorong perkembangan rasa nasionalisme di dunia Islam.
                 Golongan nasionalis ini berusaha memperbaiki kehidupan umat Islam dengan memperhatikan situasi dan kondisi obyektif masyarakat pada umumnya dan umat Islam pada khususnya dengan emngambil unsure-unsur  yang berasal dari warisan bangsa yang bersangkutan.
                 Sebagai akibat dari usaha-usaha pembaharuan pendidikan Islam yang dilaksanakan dalam rangka untuk mengejar kekurangan dan keinggalan dari dunia barat dalam segala aspek kehidupan, maka terdapat kecenderungan adanya dualisme dalam sistem pendidikan umat Islam. Usaha pendidikan modern yang sebagaimana telah diuraiankan yang berorientasi pada tiga pola pemikiran, membentuk suatu sistem atau pola pendidikan modern, yang mengambil pola sistem pendidikan barat dengan penyesuaian-penyesuaian dengan Islam dan kepentingan nasional. Di samping tetap menjalankan mempertahankan pendidikan tradisional yang telah ada.
                 Sistem pendidikan modern, pada umumnya dilaksanakan oleh pemerintah yang pada mulanya untuk memenuhi tenaga ahli untuk kepentingan pemerintah, dengan menggunakan kurikulum dan pengembangan ilmu-ilmu pengetahuan modern. Sedangkan sistem pendidikan tradisional yang merupakan sisa-sisa dan pengembangan sistem zawiyah, ribat atau pondok pesantren dan madrasah yang telah ada di kalangan masyarakat, pada umumnya tetap mempertahankan kurikulum tradisional yang hanya memberikan pendidikan dan pengajaran keagamaan. Dualisme sistem pola pendidikan inilah yang selanjutnya mewarnai pendidikan Islam di semua negara dan masyarakat Islam, di zaman modern. Dualisme ini pula yang merupakan problema pokok yang dihadapi oleh usaha pembaharuan pendidikan Islam.
F.      Tokoh dan sasaran pembarharuan pendidikan Islam
            Tokoh pembaharuan pendidikan Islam bercorak modernis. Sejalan dengan pembahruan pendidikan Islam penuh dilakukan pada 3 wilayah kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani, Mesir, India.
1.      Wilayah Turki
                 Pembaharuan pendidikan didunia Islam dimulai dikerajaan Turki Usmani pada akhir abad ke 11 H/17 M yang dilatar belakangi oleh kekalahan-kekalahan kerajaan Usmani dalam peperangan dengan Eropa menyebabkan timbulnya usaha sekularisasi Turki yang berkembang kemudian dan membentuk turki modern. Adapun tokoh yang mencoba melakukan upaya tersebut ialah :
a.       Sultan Ahmad III. Adanya kekalahan yang dialami kerajaan Turki Usmani             menyebabkan Sultan Ahmad III prihatin dan melakukan intropeksi, dengan          melakukan pengiriman duta ke Eropa untuk mengamati perkembangan barat.            Dengan mendirikan sekolah teknik militer, mendirikan percetakan untuk mempermudah Access buku pengetahuan. Upaya ini dilakukan sampai beliau   wafat dan kemudian digantikan oleh Sultan Mahmud II.
b.      Sultan Mahmud II. Sultan Mahmud II merupakan kelanjutan dari Sultan Ahmad III. Pembaharuan yang dilakukan dengan memperbaiki system pendidikan madrasah dengan memasukkan ilmu pengetahuan umum. Kemudian mendirikan model disekolah barat.
2.      Wilayah Mesir
                 Tokoh yang melakukan upaya pembaharuan khususnya pendidikan adalah Muhammad Ali Pasya dan Muhammad Abduh
a. M. Ali Pasya. Ia mendirikan kementrian pendidikan dan lembaga pendidikan,         membuka sekolah teknik , kedokteran, pertambangan, mengirin siswa untuk          belajar ke negri barat. Gerakan pembaharuan memperkenalkan ilmu pengetahuan           dan teknologi barat kepada umat Islam.
b. M. Abduh. Melakukan pembaharuan pendidikan di Al-Azhar dengan memasukkan             ilmu modern. Mendirikan komite perbaikan administrasi Al-Azhar tahun 1895,        melaksanakan pembaharuan administratif yang bermanfaat yang diantaranya adalah kurikulum, metode mengajar dan pendidikan wanita.
                 Kurikulum merupakan hal yang perlu diperhatikan, karena kurikulum yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka itu tidak akan terwujud dengan baik. Dan dalam lembaga pendidikan di Mesir Ia mendapatkan didalam kurikulumnya terdapat dualisme. Metode mengajar pun perlu diperhatikan untuk meningkatkan daya penangkapan para siswanya, yaitu dengan metode yang praktis. Dan selain hal tersebut ia mamandang wanita telah dirampas haknya oleh laki-laki. Menurutnya wanita harus mendapatkan pendidikan yang sama dengan laki-laki.
c.       Rasyid Ridha, merupakan murid dari Muhammad Abduh yang lahir pada 1865 Suria. Ia banyak belajar dengan Muhammad Abduh ketika Muhammad Abduh sedang dalam buangan di Beirut. Ia mulai mencoba menjalankan ide-ide pembaharuan ketika masih berada di Suria dan mendapat tantangan dari Pihak Turki Utsmani, lalu ia memutuskan pindah ke Mesir dan berada di dekat gurunya Muhammad Abduh pada tahun 1898. Beberapa bulan setelah itu, ia menerbitkan majalah Al-Manar, yang juga terkenal.
d.      Ismail Raji’ Al-Faruqi
Lahir didaerah palestina pada tanggal 1 januari 1921 dan hijrah ke Mesir untuk             mengenyam pendidikan diuniversitas Al-Azhar. Perjalanan gerakan pendidikannya dimulai setelah kelulusannya dari universitas Al-Azhar. Al-Faruqi membentuk sebuah gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan. Yakni upaya pengintegrasian antara disiplin ilmu modern dengan khazanah pengetahuan agama.
3.      Wilayah India.
Pembaharuan pendidikan Islam di India bertujuan menghilangkan diskriminasi pendidikan Islam tradisionalis dengan pendidikan sekuler. Adapun tokoh- tokoh pembaharuan di India sebagaimana berikut:
a.       Sayyid Akhmad Khan (1817 – 1898 M). Ia berpendapat bahwa peninggkatan kedudukan umat Islam di India dapat diwujudkan dengan bekerjasama dengan Inggris. Kemudian mendirikan lembaga pendidikan, sekolah Inggris mudarabbah 1864. kemudian mendirkan pula Scientific Society, mendirikan lembaga pendidikan yang didalamnya ilmu pengetahuan umum.
b.      Muhammad Iqbal, berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan kahir di Sialkot tahun 1867. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar disana sampai memperoleh gelar kesarjaan MA. Di tahu 1905 ia pergi ke negara Inggris dan belajar filsafat di Universitas Cambridge. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich Jerman, dan memperoleh gelar Ph.D dalam bidang tasawwuf. ia berpendapat bahwa kemunduran umat Islam selama 500 tahun dikarenakan kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai pada keadaan statis. Untuk memperbaharui Islam di segala bidang (termasuk pendidikan), maka diperlukan sebuah institusi penegak Hukum Islam yang menanungi seluruh umat Islam dalam sebuah naungan negara yang dinamakan Khilafah Islamiyah
G.    Rekronstuksi
            Kehidupan umat Islam pada khusunya dan masyarakat Indonesia pada umumnya harus dipersiapkan melalui pendidikan. dan pada umumnya system pendidikan nasional Indonesia dihadapi berbagai tantangan baik internal dan eksternal. Tantangan dari internal adalah menjauhnya system pendidikan  nasional dari cita-cita semula yakni mengembangkan sifat pendidikan yang rasional, demokratis. Adapaun tantangan dari eksternal adalah kerawanan elit plitik, kerawanan kepribadian generasi muda dan kerawanan struktur social.
            Dalam UUSPN No.20 Tahun 2003 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki kemampuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kebribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa bertanggung jawab kemasyarakatan yang kebangsaan”. Dan pada UUSPN 2003 pasal 1 dinyatakan bahwa: “pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasrkan Pancasila dan UUD 1945 dan perubahannya yang bersumber pada ajaran agama, keanekaragaman Indonesia, serta tanggap terhadap perubahan zaman”.
            Mencermati UUSPN diatas terhadap keadaan realitas pendidikan nasional Indonesia sekarang ini belum ada yang terpenuhi secara maksimal. Dari segi pemerintahan, perhatian pemerintah terhadap pendidikan masih dinilai kurang. Dan dapat dibuktikan dengan ketidak terusnya potensi-potensi yang luar biasa untuk mencapai kemajuannya. Selain itu masih terdapat diskrimatif dalam pendidikan. pendidikan adalah milik orang yang mempunyai modal. Sehingga orang-orang yang tidak memiliki cukup modal akan terlantar pendidikannya. Dan pendidikan sawasta menjadi alternative bagi mereka dari pada lembaga pendidikan nasional, yang mana lembaga pendidikan swasta dinilai lebih murah dan hal tersebut berdampak kepada rendahnya mutu karena keterbatasan dana, sarana dan perhatian pemerintah terhadap lembaga pendidikan swasta. Dan hal tersebut seakan-akan memperlihatkan bahwa pendidikan nasional adalah milik pemerintah, bukan milik rakyat.
            Kurikulum-khususnya kurikulum pendidikan Islam yang diberikan terkesan bongkar pasang, statis dan kurang progresif, dan kehilangan elan vital keislamannya. Karena kurikulum tersebut dibentuk atas dasar trial and error dan tidak berangkat dari pendekatan filosofis yang obyektif. Statis, muatan kurikulum terkesan mengulang meteri pelajaran pada tingkatan pelajaran sebelumnya. Kurang progresif , rumusannya berkisar hanya menjawab berbagai persoalan “kemarin” dan”kekinian”  yang terjadi dan belum mampu memprediksikan persoalan yang akan datang.
            Dalam pendidikan agama Islam yang dikembangkan selama ini masih bersifat verbaltis yang menekankan aspek indoktrinasi dan penanaman nilai ala kadarnya daripada penumbuhan daya kritis dan pengembangan intelektualisme siswa. Pembelajaran yang seperti ini akan mengakibatkan anak tidak memiliki kecerdasan intelektual dan spiritual karena yang dihadapannya hanya berupa aturan-aturan yang mengikat, sehingga daya gerak intelektualnya menjadi terbatas. Dan selain itu anak tidak memiliki pemahaman keagamaan  yang terbuka, toleran dan inklusif. Hal ini merupakan konskwensi logis dengan pembelajaran yang bersifat doktriner.
            Dari keadaan dan model pendidikan nasional yang sperti itu, tidak diragukan lagi dapat membentuk pola pemikiran masyarakat yang individualis, matrialistis yang berpendapat bahwa pendidikan diciptakan untuk memperoleh pekerjaan serta menurunnya moral dan akhlak masyarakat.
            Dari berbagai latar belakang masalah pendidinkan nasional yang terjadi, melalui kesejarahan pendidikan pada masa pembaharu Islam yang di antaranya adalah:
1.      Elit Politik
                  Meningkatkan perhatian serta dukungan pemerintah terhadap pendidikan nasional Indonesia dengan cara menghilangkan deskriminatif dalam pendidikan, pembiayaan dan mengirimkan para duta intelektual ke Negara-negara yang lebih maju,untuk meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Mengembalikan esensi pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam UUSPN tahun 2003. Memperbaiki system pendidikan nasional dengan memasukkan ilmu pengetahuan umum pada lembaga pendidikan tradisional dan memasukan pengetahuan agama pada lembaga pendidikan modern.
2.      Kurikulum
                  Membentuk pendidikan yang mampu mengintergrasi-interkoneksiakan antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Kurikulum dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan disesuaikan dengan tingkatnya. Muh. Abduh berpendapat bahwa dasar pembentukan agama hendaknya sudah dimulai sejak masa kanak-kanak. Dan hendaknya pelajaran agama dijadikan sebagai inti semua pelajaran. Karena pendidikan agama merupakan dasar pembentukan jiwa dan pribadi manusia.                              Dalam pembuatan kurikulum, lebih memprioritaskan sumber agama yakni Al-Qur’an dan Hadist, dan tidak menafikan adanya pengadopsian sumber-sumber dari barat. Dalam kurikulum Islamisasi Ismail Al-Faruqi, dengan memasukkan segala keilmuan dalam kurikulum, lembaga pendidikan memiliki kurikulum yang actual, responsive terhadap tuntutan masalah yang kontemporer. Yang artinya lembaga pendidikan akan menghasilkan lulusan yang visioner, berpandangan integrative, proaktif dan tanggap terhadap  masa depan serta tidak dikotomistik dalam keilmuan. 
3.      Aspek Pendidik
                  Dalam hal ini pendidik ditempatkan pada tempat  yang selayaknya. Artinya kopetensi dan professional yang mereka miliki dihargai sebagaimana mestinya. Untuk itu perlu adanya selektivitas pendidik yang benar shaleh dan berkopeten serta memiliki kemampuan dalam menafsirkan berbagai teori berdasarkan pendekatan Islamib secara meyakinkan serta mampu membimbing peserta didik secara tepat untuk menemukan pemecahan dan jawaban yang benar.
                  Dengan demikian menurut Al-Faruqi perlu ditetapkan criteria pendidik, selain indeks prestasi sebagai parameter kualitas intelektal, penting dilakukan wawancara yang menyangkut aqidah, keimanan, dan keagamaan, jiwa dan sikap terhadap jabatan. Dan criteria ini harus ditopang oleh kode etik islami tentang profesi guru. Seorang pendidik harus memiliki kemampuan subtantif. Yakni, berupa penguasaan dua segi keilmuan, pengetahuan agama dan pengetahuan umum sekaligus serta menentukan relevansinya. Selain kemampuan subtantif seorang guru juga dituntun untuk memiliki kemampuan non subtantif, yakni memiliki multi skill dikdatis. Yakni mencangkup keterampilan dalam penggunaan metode dan strategi pembelajaran, pengelolaan atau manajemen pendidikan, pengevaluasian, dll. Yang secara keseluruhannya bertumpu pada unsure tauhid.

H.    Perkembangan Ajaran Islam, Ilmu pengetahuan , dan kebudayaan

1.       Pada bidang Akidah
                 Salah satu pelapor dalam dunia Islam Arab adalah suatu aliran yang bernama Wahabiyah yang sangat berpengaruh pada abad ke-19.Pelapornya adalah Muhammad Abdul Wahab(1703-1787 M) yang berasal dari nejed,Saudi Arabia.Pemikiran yang dikemukakan oleh Muhammad Abul Wahab adalah upaya memperbaiki kedudukan Islam dan merupakan reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat dikalangan umat Islam saat itu.Paham tauhid telah bercampur aduk oleh ajaran-ajaran terikat yang sejak abad ke-13 terbesar didunia Islam.
                 Masalah  tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam oleh karena itu tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul Wahab memusatkan perhatiannya persoalan yang dihadapi manusi di dunia ini. Ia memiliki pokok-pokok pemikiran sebagai berikut:
1.      Yang harus disambah hanyalah ALLAH SWT dan orang yang menyembah selain darinya telah dinyatakan sebagai musyrik
2.      Kebanyakan orang Islam bukan penganut paham tauhid karena mereka meminta pertolongan kepada Syekh,wali atau kekuatan gaib.
3.      Menyembut nama Nabi, Syekh atau Malaikat sebagai pengantar dalam  doa juga dikatakan sebagai syirik.
4.      Meminta syafat selain kepada Allah disebut juga syirik
5.      Bernazar kepada selain Allah juga merupakan Syirik
6.      Memperoleh pengetahuan selain Al-qur’an,hadis,dan qiyas merupakan kekufuran.
7.      Tidak percaya kepada Qada dan Qadar Allah merupakan kekufuran
8.      Menafsirkan Al-qur’an dengan takwil atau Interpretasi bebas juda termasuk kekufuran
Pengaruh pada perkembangan pemikiran pembauran di abad ke-19 adalah sebagai berikut:
  1. Hanya Al-qur’an dan hadis yang merupakan sumber asli ajaran Islam.Pendapar ulama bukanlah sumber
  2. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan
  3. Pintu ijtihad senantiasa terbuka dan tidak tertutup.
2. Pada bidang Ilmu Pengetahuan
Islam merupakan agama yang sangat mendukung kemajuan Ilmu Pengetahuan oleh karena itu Islam menghendaki manusia menjalankan kehidupan yang didasarkan pada rasionallitas atau akal dan Iman ayat-ayat Al-qur’an banyak memberi tempat yang lebih tinggi kepada orang yang memiliki pengetahuan,Islam pun menganjurkan agar manusia jangan pernah puas salah firman Allah
Artinya:
Dan seandainya pohon-pohon dibumi menjadi pena dan laut menjadi tinta ditambahkan kepada 7 laut(lagi)sesudah (kering)nya, niscya tidak akan habis-habisnya(dituliskan kalimat Allah.Sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Bijaksana(QS Lukman:27)
Ajaran islam tersebut mendapatkan respon yang positif dari para pemikir islam sejak zaman klasik (650-1250 M),zaman pertengahan (1250-1800 M) hingga periode modern (1800 M dan seturusnya).Masa pembauran merupakan zama kebangkitan umat Islam salah satu pemikiran dan usaha pembauran sebagai berikut:
a. Periode modern(1250-1800 M)
Perkembahgan Ilmu pengetahuan telah dimulai sejak periode pertengahan pada kerajaan usmani.Pada abad ke-17 mulai terjadi kemunduran khususnya dtandai oleh kekalahan yang dialami perang melawan negara Eropa.Peristiwa tersebut diawali oleh
Dengan terpukul mundurnya tentara usmani ketika dikirim untuk menguasai wina pada tahun1683. Pada tahun 1720,Celebi Mehmed diangkat sebagai duta diparis dengan tugas khususnya mengunjungi pabrik-pabrik,benteng pertahanab dan institusi dan lain-lainnya.Di tahun 1741 M anaknya dikirim pula ke paris.
Dalam bidang non militer,pemikiran usaha dan pembauran dicetus oleh Ibrahim Mutafarrika(1670-1754 M).Ia memperkenalkan ilimu-ilmu pengetahuan modern dan kemajuan barat kepada masyarakat Turki yang disertai pula usaha penerjemahan buku-buku barat kedalam bahasa turki.Anggota dibentuk pada tahun 1717 M.
Sarjana atau filsuf Islam yang termasyur ialah Ibnu Sina (1031 M).Dan Ibnu Rusyd (1198 M) dalam seni,Umar khayam (1031 M) Penyair dan lirik Hafiz(1389M) penyair
b. Pembaruan pada periode modern (1800 M –dan seterusnya )
Kaum muslim memiliki banyak sekali tokoh –tokoh pembaruan yang pokoh-pokoh pemikirannya maupun jasa-jasanya dibidang telah memberikan sumbangsih umat islam di dunia.Beberapa tokoh yang terkenal dalam dunia ilmu pengetahuan atau pemikiran islam tersebut antara lain sebagai berikut:
·           Jamaludin Al Afgani (Iran 1838-Turki 1897)
Salah satu sumbangan terpenting didunia diberikan oleh Said Jamaludin Al Afgani gagasannya mengilhami kaum muslim di Turki,Iran,Mesir dan India.
·                Muhammad abduh (1849-1905) & Muhammad Rasyd Rida (Suriah 1865-1935).
Rasyd Rida mendapat pendidikan islam tradsional dan menguasai bahasa asing( perancis dan turki) yang menjadi jalan masuknya untuk mempelajari ilmu pengetahuan secara umum rida bergabung pada gerakan pembaruan Al Afgani dan Muhmmad Abduh diantaranya melalui penerbitan jurnal Urwah Al Wustah yang diterbitkan di peris dan disebarkan diMesir.
·           Toha husein (Mesir selatan 1889-1973 M)
Toha Husein Adalah seorang sejarawan dan filsuf yang amat mendukung gagasan Muhmmad Ali Pasya. Ia merupakan pendukung modernisme yang gigih.

·           Syaid Qutub(Mesir 1906-1966)dan Yusuf Al Qardawi
Al Qardawi menekankan perbedaan modernisasi dan pemberantaan yang dimaksud berarti pemberantaan dan memiliki pembatasan pada pemanfaatan Ilmu pengetahuan modern serta penerapabn teknologinya.Islam tidak menolahnya bahkan mendukungnya.
·           Sir Syaid Ahmad Khan (India 1817-1898 M)
Beliau adalah pemikir yang menyerukan sain tifikasi masyarakat muslim seperti halnya Al Afgani yang menyerukan kaum muslim untuk meraih ilmu pengetahuan modern tetapi berbeda dengan Al Fagani ia melihat adanya kekuatan yang membebaskan dalam ilmu taeknologi dan modern.
·         Sir Muhammad Iqbal(Punjab1873-1938 M)
Awal abad ke-30 adalah Sir Muhammad Iqbal yang merupakan salah seoramg prtama diaanak benua India yang sempat mendalami pemikiran barat modern dan mempunyai latar belakang yang bercorak taradional Islam kedua hal muncul dari karya utamanya ditahun 1930 yang berjudul The Reconstruction of ReligiousThought In Islam
I.        Manfaat Sejarah Islam pada masa Pembauran
·                Sejarah dalam Al-Qur’an sebagai peristiwa yang dialami umat di masa lalu orang yang tidak mau mengambil hikmah dari sejarah mendapatkan kencaman karena mereka mereka teidak mendapatkan pelajaran apapun dari kisah Al-Qur’an
·                Pelajaran yang dapat diambil dari sejarah dapat menjadi pilihan ketika mengambil sikap
·                Pembauran akan membetrikan manfaat berupa inspirasi untuk mengadakan perubahan-perubahan menjadi lebih efektif dan efesien
·                Sejarah dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat dikalangan bangsa-bangsa terdahulu
·                Pembauran mempunyai pengaruh yang besar apada setiap pemerintahan contoh: pada zamn Sultan Mahmud ke-2.Ia sadar bahwa pendidikan dasar Madrasah tradional tidak sesuai lagi dengan tuntunan zaman abad ke-19
·                Bentuk negara dianggap kalangan tertentu bukan persoalan agama tetapi persoalan duniawi sehingga hal tersebut diserahkan kepada manusia untuk menuntukannya.

J.       Perilaku Cerminan Penghayatan Terhadap Sejarah Islam Pada Masa Pembauran
Ada beberapa perilaku yangdapat dijadikan cerminan terhadap penghayatan akan sejarah perkembangan Islam pada masa pembauran ini.Hal-hal tersebut sebagai berikut:
1.                   Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan menamankan jihad yang sesuai dengan ajaran agama Islam dan hadis
  1. Sejarah dapat dijadikan sumber inspirasi untuk membuat langkah-langkah inovatif agar kehidupan dapat damai dan sejahtera baik didunia maupun diakhirat.
  2. Memotifikasi diri terhadap masa depan agar memperoleh kemajuan serta mengupayakan adar sejarah yang mengandung nilai negatif tidak akan terulang kembali
  3. Membangun masa depan berdasarkan pijakan yang telah ada di masa lalu sehingga dapat membangun negara senantiasa menjadi Baldatun tayyibatun wa rabbun gafur atau negara yang baik dean mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
  4. Ilmu pengetahuan dan tekhonogi di masa pembauran cukup canggih dan menabjubkan swehingga melalui prosese belajar akan dapat di peroleh kemajuan yang lebih baik bagi genarasi muslim masa depan
E. Pengaruh Perkembangan Islam terhadap Umat Islam di Indonesia
Pembaruan di negara-negar timur tengah tidak hanya tersebar di lingkungan mereka sendiri, namun juga meluas hingga ke indonesia.Pengaruh-pengaruh dari pembaruan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Gema pembaruan yang dilakukan yang dilakukan oleh Jamalludin Al Afgani dan Syeh Muhmmad Abdul Wahab sampai juga ke indonesia, terutama terhadap tokoh-tokoh seperti H.Muhmmad Miskin (kabupatern Agam,Sumatra Barat),H Abdul Rahman(kabupaten 50 kota,Sumatra Barat ) dan H Salman Faris(Kabupaten Tanah datar,Sumatra barat) mereka di kenal dengan nama H Miskin,H Pioabang dan H Sumanik.Sepulang dari tanah suci ,mereka terilhami ole paham Seyh Muhmmad Abdul Wahab.Mereka pulang dari tanah suci pada tahun 1803 M dan sebagai pengaruh pemikiran para pembaruh timur tengah tersebut adalah timbul gerakan paderi.
2. Pada tahun 1903 M murid-murid dari Seyh Ahmmad Kotihib Al Minang Kabauwi seorang ulama besar bangsa indonesia dimekah yang mendapat kedudukan mulia dikalangan masyarakat dan pemerintahan arab,kembali dari tanah suci.Murid-murid dari Seyh Ahmmad inilah yang menjadi pelapor gerakan pembaruan dan akhirnya berkembagan keseluruh indonesia mereka antara lain sebagai berikut: Seyh H Abdul malik karim amrullah(Buya hamkah)Seykh Daud Rasyidi,SeyKh Jamil Jambik dan Kyai H Ahmmad Dalan (pendiri muhmmadiyah ) .
3. Munculnya berbagai organisasi dan kelembagaan Islam modern di Indonesia pada awal abad ke 20, baik yang bersifat keagamaan,politik maupun ekonomi organisasi tersebut sebagai berikut:
  1. Jamiatul Khair (1905 M) yang merupakan wadah lembaga pendidikan dan pengkaderan generasi muda penerus perjuagan islam dan berlokasi di jakarta
  2. Muhmmadiyah (18 nov 1912) yang didirikan oleh K.H Ahmmad Dalan ia memiliki pemikiran yang tidak menghendaki berkembangnya Bid’ah Tahayul kurafat dan mengebalikan ajaran islam yang seseuai dengan al qur’an dan hadis jogyakarta.
  3. Al Irsyad (1914 M) dibawah pinpinan Sukarti dan bertempat di jakarta
  4. Persatuan Islam (PERSIS) dibawah pinpinan Ahmmad Hasan yang diddirikan tahun 1923 di bandung
  5. Serikat Dagang Islam (1911) dibawah pinpinan H Samanhudi di Solo pada awal gerakan ekonomi dan ke agamaan,akan tetapi kemudian berubah menjadi kegiatan yang bersifat politik
  6. Jamiyatul Nahdatul Ulama (NU )yang lahir 13 januari 1926 di surabaya dibawah pinpinan KH Haym Asyari Nahdatul Ulama merupakan wadah para ulama di dalam tugas memimpin masyarakat muslin menuju cita-cita kejayaan Islam
  7. Matla’ul Anwar 1905 di Menes,Baten yang didirikan oleh KH M. Yasin Organisasi ini bersifat sosial keagamaan dan pendidikan
  8. Pergerakan Tarbiyah (Perti) di Sumatra Barat yang didirikan oleh Seyh Sulaiman Ar Rasuli tahun 1928. Oraganisasi ini bergerak di bidang pendidikan membasmi Bid’ah khurafat dan tahayul serta taklid di kalagan umat islam
  9. Persatuan Indonesia (Permi) yang didirikan pada tanggal 22 mei 1930 di Bukit Tinggi .Organisasi ini pada mulanya bersifat ke agamaaan tetapi kemudian menjadi partai politik yang menutut kemerdekaan Indonesia pemimpinnya adalah Mucthar Lutfi
  10. Majlis Islam ‘Ala Indonesia yang didirikan atas prakasa KH Ahmmad Dalan dan KH Mas Masur pada tahu 1937 .Pada mulanya organisasi ini tidak terlibat pada kegiatan politik tapi pada akhirnya terlibat pula dalam politik pratis yaitu degan melakukan perlawanan terhadap penjajah belanda.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gerakan pembaruan yang menyebabkan lahirnya organisasi keagamaan pada mulanya bersifat keagmaan tetapi seiring dengan kondisi masyarakat pada saat itu menjelmah menjadi kegiatan politik yang menutut kemerdekaan indonesia dan hal tersebut dirasakan mendapat pegaruh yang signifikan dari pemikir-pemikir pada pembaru islam,baik ditingkat nasional maupun internasional.



[1] Prf. Dr.Suwito, MA, Fauzan MA, Sejarahb Sosial Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana: 2005) hal: 161
[2] Dra. Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam.(Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal 109-110
[3] Ibid hal: 110-115
[5] Ibd
[6] Prof. Dr. Suwito, MA, Fauzan MA, Sejarah Sosial Pendidikan Islam. (Jakarta,Kencana: 2005) hal: 165

Tidak ada komentar: