Selasa, 26 Agustus 2014

pendidikan islam dalam Al-Quran



BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar belakang
Al- quran merupakan Energy bagi sendi-sendi kehidupan setiap insanDalam ruang lingkup Pendidikan Islam dijelaskan
Proses tarbiyah (pendidikan) mempunyai tujuan untuk melahirkan suatu generasi baru dengan segala ciri-cirinya yang unggul dan beradab. Penciptaan generasi ini dilakukan dengan penuh keikhlasan dan ketulusan yang sepenuhnya dan seutuhnya kepada Allah SWT melalui proses tarbiyah. Melalui proses tarbiyah inilah, Allah SWT telah menampilkan peribadi muslim yang merupakan uswah dan qudwah melalui Muhammad SAW. Peribadinya merupakan manifestasi dan jelmaan dari segala nilai dan norma ajaran Al-Quran dan sunah Rasulullah.
Assyahid Sayyid Qutb telah merumuskan tiga faktor pendidikan bagi anak. Pertama, Al-Quran sebagai sumber pembentukan yang satu-satunya. Natijah dari keaslian sumber ini ialah lahirnya generasi yang serba murni hati, akal, tasawwuf dan perasaan yang ikhlas. Kedua, membaca dan mempelajari Al-Quran dengan maksud untuk melaksanakan perintah Allah dengan serta merta sebaik sahaja didengar dan difahami. Dan ketiga, pengislaman yang sama sekali mengakhiri kejahilan silam dan memisahkan dari kejahilan sekitarnya
B.     Rumusan Masalah
1. Apa saja ruang lingkup pendidikan Islam ?
2. Apa tujuan dari pendidikan islam menurut al-Quran?
3. Bagaimana contoh aplikasi pendidikan islam dalam Al-Quran?


C.    Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui ruang lingkup pendidikan Islam
2. Untuk Mengetahui tujuan dari pendidikan islam menurut al-Quran
3. Untuk Mengetahui contoh aplikasi pendidikan islam dalam Al-Quran

BAB II
PEMBAHASAN
A.    RUANG LINGKUP PENDIDIKAN ISLAM
Dengan mengacu pada pendapat Zakiyah  Daradjat dan Noeng Muhajir, konsep pendidikan Islam mencakup kehidupan manusia seutuhnya, tidak hanya memperhatikan dan mementingkan segi akidah (keyakinan ), ibadah (ritual), dan akhlak (norma-etika) sja, tetapi jauh lebih luas dan dalam daripada semua itu. Para pendidik Islam pada umumnya memiliki pandangan yang sama bahwa pendidikan Islam mencakup berbagai bidang: (1) keagamaan, (2) akidah dan amaliah, (3) akhlak dan budi pekerti, dan (4) fisik biologis, eksak, mental-psikis, dan kesehatan. Dari  sisi akhlak pendidikan Islam harus dikembangkan dengan didukung oleh ilmu-ilmu lain yang terkait.

Dari penjelasan di depan maka dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam meliputi:
1.      Setiap proses perubahan menuju ke arah kemajuan dan perkembangan berdasarkan ruh ajaran Islam;
2.      Perpaduan antara pendidikan jasmani, akal (intelektual), mental, perasaan (emosi), dan rohani (spiritual);
3.      Keseimbangan antara jasmani-rohani, keimanan-ketakwaan, pikir-dzikir, ilmiah amaliah, materiil-spiritual, individual-sosial, dan dunia-akhirat; dan
4.      Realisasi dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan sebagai hamba Allah (‘abdullah) untuk menghambakan diri semata-mata kepada Allah dan fungsi kekhalifahan sebagai khalifah Allah (kalifatullah) yang diberi tugas untuk menguasai, memelihara, memanfaatkan, melestarikan, dan memakmurkan alam semesta (rahmatan lil ‘alamin).[1]
Asyyahid Sayyid Qutb telah merumuskan tiga faktor pendidikan bagi anak. Pertama, Al-Quran sebagai sumber pembentukan yang satu-satunya. Natijah dari keaslian sumber ini ialah lahirnya generasi yang serba murni hati, akal, tasawwuf dan perasaan yang ikhlas. Kedua, membaca dan mempelajari Al-Quran dengan maksud untuk melaksanakan perintah Allah dengan serta merta sebaik sahaja didengar dan difahami. Dan ketiga, pengislaman yang sama sekali mengakhiri kejahilan silam dan memisahkan dari kejahilan sekitarnya.
Selain ruang lingkup dari tiga segi tersebut diatas,lingkup materi pendidikan Islam secara lengkap dikemukakan oleh Heri Jauhari Muchtar dalam bukunya “Fikih Pendidikan”, bahwa pendidikan Islam melingkupi: (1) Pendidikan keimanan (Tarbiyatul imaniyah),  (2) Pendidikan moral/akhlak ((Tarbiyatul khuluqiyah), (3) Pendidikan jasmani (Tarbiyatul jasmaniyah), (4) Pendidikan rasio (Tarbiyatul aqliyah), (5) Pendidikan kejiwaan/hati nurani (Tarbiyatulnafsiyah), (6) Pendidikan sosial/kemasyarakatan (Tarbiyatul ijtimaiyah), dan (7) Pendidikan seksual (Tarbiyatul Syahwaniyah).
Pertama, adalah Tarbiyah Imaniyah (Pendidikan Keimanan) adalah basic pendidikan yang sangat penting diterapkan bagi anak dalam mempersiapkan diri menghadapi segala hal dan kondisi kehidupan agar menjadi manusia mukmin dan muttaqin. Dengan Pendidikan ini manusia dapat mengenal dan mengetahui hakikat dirinya dan Dzat yang menciptakannya. Keimanan adalah benteng diri dari perubahan sikap, akal, jiwa dan  sosial. Menjadi filter dari yang haq dan bathil. Maka Tarbiyah ini diterapakan sejak awal kehidupan.
Tarbiyah Khuluqiyah ( Pendidikan moral) atau pembentukan akhlaq agar menjadi manusia yang berakhlaq mulia mempunyai al-akhlaqul karimah atau al-akhlaqul mahmudah/fadhilah adalah aplikasi keimanan. Dan inilah tujuan pendidikan  sebagaimana misi Rasulullah diutus untuk memperbaiki ahklaq.  Apalagi disaat ini berbagai macam pengaruh buruk baik dari segi sosial, budaya, intelelegensi dan tekhnologi maka hendaknya pembentukan moral harus benar-benar dianalisa dalam pendidikan Islam dari berbagai segi dan pendekatannya.
Maka, Tarbiyatul Khuluqiyyah (SQ learning) sebagai konsistensi seseorang bagaimana memegang nilai kebaikan dalam situasi dan kondisi apapun dia berada seperti; kejujuran, keihlasan, mengalah, senang bekerja dan berkarya, kebersihan, keberanian dalam membela yang benar, bersandar pada diri tidak pada orang lain, dan begitu juga bagaimana tata cara hidup berbangsa dan bernegara.
Tarbiyah Aqliyah (IQ learning). Tarbiyah aqliyah atau sering dikenal dengan istilah pendidikan rasional (intellegence question learning) merupakan pendidikan yang mengedapan kecerdasan akal. Tujuan yang diinginkan dalam pendidikan itu adalah bagaimana mendorong anak agar bisa berfikir secara logis terhadap apa yang dlihat dan diindra oleh mereka. Input, proses, dan output pendidikan anak diorientasikan pada rasio (intellegence oriented), yakni bagaimana anak dapat membuat analisis, penalaran, dan bahkan sintesis untuk menjustifikasi suatu masalah. Misalnya melatih indra untuk membedakan hal yang di amati, mengamati terhadap hakikat apa yang di amati, mendorong anak bercita cita dalam menemukan suatu yang berguna, dan melatih anak untuk memberikan bukti terhadap apa yang mereka simpulkan.
Tarbiyyah Jismiyah (Physical learning). Yaitu segala kegiatan yang bersifat fisik untuk mengembangkan biologis anak tingkat daya tubuh sehingga mampu untuk melaksanakan tugas yang di berikan padanya baik secara individu ataupun sosial nantinya , dengan keyakinan bahwa dalam tubuh    yang sehat    terdapat   jiwa  yang sehat    ﺍﺍﻟﻌﻗﻞﺍﻟﺴﻟﻴﻢ۰ﻓﻰﺍﻟﺠﺴﻢﺍﻟﺴﻴﻢ     sehingga   banyak    di   berikan   beberapa   permainan   dan    jenis    kegiatan  oleh mereka dalam pendidikan ini.
Dalam Tarbiyah Nafsiyyah, membekali diri agar dapat  penyempmempunyai jiwa yang suci dari berbagai penyakit hati, sebagaimana dalam firman Allah swt  QS. Asy-Syams: 7-10:
ﻭﻧﻓﺲﻭﻤﺎﺴﻭﻴﻬﺎ۞ﻓﺄﻟﺤﻤﻬﺎﻓﺠﻭﺮﻫﺎﺗﻗﻭﻴﻬﺎ۞ﻗﺪﺃﻓﻟﺢﻤﻦﺰﻛﻬﺎ۞ﻭﻗﺪﺨﺎﺐﻤﻦﺪﺴﻴﻬﺎ
dan  jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan seungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”
Pendidikan sosial/kemasyarakatan (Tarbiyatul ijtimaiyah) aplikasi Hablumminannas, sebagai manusia sosial yang dapat menghargai hak dan kewajiban setiap individu dan masyarakat lainnya. Demikian halnya dengan Tarbiyah Syahwaniyah merupakan pendidikan penting dalam Islam kita dapat menggunakan  pendekatan preventif, dengan menanamkan nilai-nilai agama yang akan menjadi ilmu pengetahuan bagi para remaja khususnya dan manusia umumnya dalam memaknai kesucian.[2]

B.     TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat Adz Dzariyat ayat 56 :
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ  
 “ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah.
Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1.    Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2.    Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3.    Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi
1. Pembinaan akhlak.
2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan ilmu.
4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan keagamaan.
2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan pembicaraan kepribadian.
Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
1. Bahagia di dunia dan akhirat.
2. menghambakan diri kepada Allah.
3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4. Akhlak mulia.
Pendidikan Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah hanya teori.
(Nur Uhbiyati, 1998)
Pengertian pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah (Hadist)
Ø  Tujuan Pendidikan Islam
Berbicara tentang tujuan pendidikan, mau tidak mau mengajak kita berbicara tentang tujuan hidup. Sebab pendidikan memiliki tujuan  untuk memelihara kehidupan manusia. Pendidikan merupakan suatu alat  yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Pendidikan Islam telah mengalami kemajuan di berbagai bidang terutama sarana dan prasarana. Lembaga-lembaga pendidikan Islam memiliki bangunan yang tak kalah megahnya dengan lembaga milik pemerintah maupun swasta yang lain. Namun dari sisi kwalitas, pendidikan Islam dirasa belum memenuhi keinginan umat. Sebab visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab terabaikan dalam institusi pendidikan.
Tujuan utama dari pendidikan Islam ialah mencapai ridla Allah. Dengan pendidikan diharapkan akan lahir individu-individu yang baik, bermoral, berkualitas sehingga bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya serta umat manusia pada umumnya.
Manusia adalah fokus utama dari pendidikan. Ia terdiri dari jasmani dan rohani. Karenanya institusi pendidikan seharusnya lebih memfokuskan perhatiannya kepada substansi kemanusiaan, membuat system yang mendukung kepada  terbentuknya manusia yang baik. Pendidikan diharapkan mampu mengantarkan anak didik untuk memiliki kemakmuran materi dan juga individu yang memiliki kebahagiaan dunia dan akherat.
Tujuan pendidikan identik dengan gambaran manusia terbaik menurut orang-orang tertentu. Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh pandangan hidupnya. Bila pandangan hidupnya berupa agama, maka manusia yang baik yang menjadi tujuan pendidikan adalah manusia yang baik menurut agamanya,
Dalam Alquran Allah Berfiman dalam Surat Al_Baqarah ayat 1-5
$O!9# ÇÊÈ   y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ   tûïÏ%©!$# tbqãZÏB÷sムÍ=øtóø9$$Î/ tbqãKÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# $®ÿÊEur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZムÇÌÈ   tûïÏ%©!$#ur tbqãZÏB÷sム!$oÿÏ3 tAÌRé& y7øs9Î) !$tBur tAÌRé& `ÏB y7Î=ö7s% ÍotÅzFy$$Î/ur ö/ãf tbqãZÏ%qムÇÍÈ   y7Í´¯»s9'ré& 4n?tã Wèd `ÏiB öNÎgÎn/§ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÎÈ 
Artinya :
1.    Alif laam miin
2.    Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
3.    (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki  yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4.    dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
5.    mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang     beruntung.
Alif, Lam, miim, ayat yang cukup singkat, tetapi sangat dalam maknanya, hanya Allah yang tahu rahasianya. Sudah cukup lama para ulama al-Qur’an berbeda pendapat. Allahu A’lam, hanya Allah yang mengetahui, itulah jawaban yang dikemukakan oleh para ulama abad pertama hingga abad ketiga. Tampaknya jawaban Allabu A’lam yakni Allah lebih mengetahui masih diangap jawaban yang relevan sampai saat ini, meskipun demikian jawaban itu masih dianggap kurang memuaskan.
Pada ayat ini menggunakan isyarat jauh untuk menunjuk al-Qur’an. Semua ayat yang menunjuk kepada firman-firman Allah dengan nama al-Qur’an (bukan al-Kitab) yang mengarah pada isyarat dekat “hadzal Qur’an”. Penggunaan isyarat jauh ini bertujuan memberi kesan bahwa kitab suci ini berada dalam kedudukan tinggi dan sangat jauh dari jangkauan makhluk, karena ia bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi Maha Bijaksana, sedang penggunaan kata “hadza ini” untuk menunjukkan betapa dekat tuntunan-tuntunannya pada fitrah manusia.
Dalam hal ini pula yang dimaksud dengan orang-orang bertakwa adalah orang yang mempersiapkan jiwa mereka untuk menerima petunjuk atau yang telah mendapatkannya tetapi masih mengharapkan kelebihan, karena petunjuk Allah tidak terbatas. Dari hal diatas dapat dipahami bahwa surah al-baqarah ayat 1-5 ini sangat dalam pesan moralnya, dimana kalaulah dikaitkan dengan tujuan pendidikan itu sendiri dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
a)  Menambah ketaqwaan manusia pada Allah
b)  Agar manusia mempercayai akan keberadaan Allah
c)  Mewujudkan manusia yang banyak beramal shaleh
d)  Mewujudkan manusia yang percaya akan hari akhir
e)  Mewujudkan kesuksesan dalam hidup.
Dalam Quran Surat Al-Imran ayat 138-139 :
#x»yd ×b$ut/ Ĩ$¨Y=Ïj9 Yèdur ×psàÏãöqtBur šúüÉ)­GßJù=Ïj9 ÇÊÌÑÈ   Ÿwur (#qãZÎgs? Ÿwur (#qçRtøtrB ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$# bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇÊÌÒÈ  
Artinya :
138. (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk
serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
139. janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
B. Surah A1i lmran: 138-139
Pada ayat 138 dalam surah Ali Imran ini mengandung pesan-pesan yang sangat jelas, bahwa al-Qur’an secara keseluruhan adalah penerangan yang memberi keterangan dan menghilangkan kesangsian serta keraguan bagi manusia, atau dengan kata lain ayat ini memberikan informasi tentang keutamaan al-Qur’an yang mengungkap adanya hukum-hukum yang mengatur kehidupan masyarakat.
Kitab tersebut berfungsi mengubah masyarakat dan mengeluarkan anggotanya dari kegelapan menuju terang benderang dari kehidupan negative menuju kehidupan positif. Al-Qur’an memang adalah penerangan bagi seluruh manusia, petunjuk, serta peringatan bagi orang-orang yang bertaqwa.
Pernyataan Allah ini adalah penjelasan bagi manusia, juga mengandung makna bahwa Allah tidak menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi tersebut. Dia tidak menyiksa manusia secara mendadak, karena ini adalah petunjuk, lagi peringatan.
Pada ayat 139 ini membicarakan tentang kelompok pada perang uhud. Pada perang uhud mereka tidak meraih kemenangan bahkan menderita luka dan poembunuhan, dan dalam perang badar mereka dengan gemilang meraih kemenangan dan berhasil melawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, maka itu merupakan bagian dari sunnatullah. Namun demikian, apa yang mereka alami dalam perang uhud tidak perlu menjadikan mereka berputus asa. Karena itu, janganlah kamu melemah menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmanimu dan janganlah (pula) kamu bersedih akibat dari apa yang kamu alami dalam perang uhud, atau peristiwa lain yang seupa, kuatkanlah mentalmu.
Mengapa kamu lemah atau bersedih padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi Allah, di dunia dan di akherat. Di dunia kamu memperjuangkan agama Allah itulah sebuah kebenaran, di akherat kamu mendapatkan surga Allah. Ini jika kamu orang-orang mukmin, yakni benar-benar keimanan telah mantap dalam hatimu.
Bila kita kaitkan dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat kita ketahui sebagai berikut
1. Mewujudkan bimbingan pada manusia agar tidak binasa dengan hukum-hukum alam
2. Mewujudkan kebahagiaan pada hambanya
3. menjadikan manusia yang intelek dan mempunyai derajat yang tinggi.
Al-Qur’an mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran, ayat 104 yang berbunyi:
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ  
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut :
1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.
2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1. Mewujudkan seorang hamba yang shaleh
2. Mewujudkan akan keesaan Tuhan
3. Mewujudkan manusia yang ahli do’a
4. Menunjukkan akan luasnya ilmu Tuhan[3]
       
C.           CONTOH APLIKASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL-QURAN
Mengacu pada ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan pendidikan anak, secara etimologi (bahasa) ditemukan 6 macam ungkapan dalam menyebutkan anak yaitu: Al-awlad, al-banun, al-athfal, al-ghilman, al-ghulam dan al-wildan.
Salah satunyaadalah QS.Lukman 12-19 yakni:
Í< y7÷ƒyÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ   bÎ)ur š#yyg»y_ #n?tã br& šÍô±è@ Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ   ¢Óo_ç6»tƒ !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5AyŠöyz `ä3tFsù Îû >ot÷|¹ ÷rr& Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÷rr& Îû ÇÚöF{$# ÏNù'tƒ $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#ÏÜs9 ׎Î7yz ÇÊÏÈ   ¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ   Ÿwur öÏiè|Áè? š£s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøƒèC 9qãsù ÇÊÑÈ   ôÅÁø%$#ur Îû šÍô±tB ôÙàÒøî$#ur `ÏB y7Ï?öq|¹ 4 ¨bÎ) ts3Rr& ÏNºuqô¹F{$# ßNöq|Ás9 ÎŽÏJptø:$# ÇÊÒÈ 
·         Tafsiran ayat

وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ – لقمان 12

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Luqman, nama lengkapnya adalah Luqman bin Faghur bin Nakhuur bin Tarih. Demikian pendapat yang dikemukakan Muhammad bin Ishaq. Menurut versi lain, nama lengkapnya Luqman bin ‘Anqo’ bin Saduun.
Dalam sebuah hadits, Ibnu Umar menyatakan “Aku pernah mendengar Rosululloh Saw. bersabda: Luqman bukanlah seorang Nabi. Akan tetapi ia adalah seorang hamba yang gemar tafakkur, berkeyakinan baik dan cinta kepada Alloh. Hingga Alloh mencintainya dan kemudian menganugerahi hikmah kepadanya.” Pendapat jumhur ulama’ pun mengungkapkan bahwa beliau adalah seorang wali yang sholih. Meski pendapat lain menyatakan beliau adalah seorang nabi.
Suatu ketika seorang laki laki mendapati Luqman sedang berbicara dengan hikmah. Ia pun terheran heran dan bertanya, “Bukankan anda adalah penggembala kambing?” Luqman menyahut, “Benar.” “Lalu, bagaimana anda bisa mendapat derajat seperti itu?” tanyanya. Ternyata Luqman memberikan jawaban yang cukup mengherankan, “Demikian ini aku peroleh adalah dengan selalu besikap jujur dalam berbicara, menunaikan amanat yang aku emban dan menghindari hal hal yang tidak berguna.”
Postur Luqman adalah sosok laki laki yang berkulit hitam dan berbibir tebal. Bila beliau memergoki seseorang yang memandanginya, beliau akan berkata, “Jika engkau melihatku orang yang berbibir tebal, tapi yang mengalir dari bibir ini adalah perkataan yang lembut. Dan jika engkau melihatku berkulit hitam, tapi hatiku seputih kapas.”
Sebenarnya Alloh telah menyodorkan satu di antara dua pilihan kepada Luqman. Menjadi khalifah di bumi (nabi) atau mendapatkan hikmah. Dan ternyata Luqman lebih memilih diberi hikmah. Pada saat beliau tertidur di tengah hari, tiba tiba ada suara memanggilnya, “Wahai Luqman, bukankah Alloh telah memperkenankan engkau menjadi khalifah di bumi ? Sehingga engkau bisa menegakkan hukum dengan haq ?” Luqman menjawab, “Bila Alloh memberikan pilihan kepadaku, maka aku akan memilih selamat dan dijauhkan dari cobaan. Dan bila Alloh menegaskan pada hanya satu pilihan, maka aku hanya akan patuh dan taat. Karena aku yakin Alloh akan memberikan pertolongan kepadaku.” Kemudian suara malaikat tadi bertanya lagi, “Wahai Luqman, bukankah engkau diperkenankan untuk mendapatkan hikmat ?” Dengan indah beliau menjawab’ “Sesungguhnya seorang hakim itu berada pada posisi yang sangat berat dan yang paling keruh. Ia akan dikelilingi orang orang teraniaya dari segala penjuru. Bila ia bersikap adil, ia akan selamat. Sebaliknya bila ia melakukan kekeliruan, berarti ia akan tersesat jalan menuju surga. Seseorang yang menjadi hina di dunia akan lebih baik daripada menjadi orang mulia. Barang siapa yang memilih dunia dari pada akhirat, ia akan dicampakkan dunia dan tak dapat memperoleh akhirat.” Malaikat tercengang kagum mendengar jawaban yang disampaikan Luqman. Kemudian Alloh memerintahkan untuk memberinya hikmat.
“Hikmat” adalah pemahaman yang mendalam dalam bidang agama, kecerdasan akal dan kebenaran dalam ucapan.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ -  لقمان 13)
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Luqman adalah seseorang yang paling sayang dan cinta kepada anak anaknya. Maka sepantasnya beliaupun ingin memberikan hal yang terbaik untuk mereka. Karena itulah yang mula mula dinasihatkan kepada anaknya adalah menghindarkan diri dari mempersekutukan Alloh dengan apapun. Mempersekutukan Alloh adalah bentuk kazaliman. Sebab mempersamakan Dzat yang berhak disembah dengan yang tidak berhak berarti meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.
Sewaktu turun ayat 82 surat Al An’am:
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُوْنَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
para sahabat menjadi gundah gulana. Mereka bertanya tanya siapa di antara mereka yang tidak mencampur adukkan keimanannya dengan kezaliman. Kemudian Rosululloh menjelaskan, “Sesungguhnya tidak demikian. Tidakkah kalian ingat nasihat Luqman kepada anaknya: Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Alloh. Sesungguhnya perbuatan syirik adalah bentuk kezaliman yang besar.”


Selanjutnya Alloh memperkokoh nasihat Luqman tadi dalam ayat:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ – 14
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ – 15
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan
Kepatuhan dan berbuat yang terbaik kepada kedua orang tua adalah suatu perintah Alloh. Terlebih lagi terhadap ibunya. Sebab berbulan bulan lamanya beliau mngandung anaknya dengan menanggung segenap penderitaan. Setelah itu, siang malam selalu disibukkan dengan menyusui, merawat, menjaga dan mengasuhnya dengan penuh kecintaan. Hingga tiba waktunya untuk menyapihnya setelah ia genap berumur dua tahun. Karena itu lah sudah sepantasnya beliau lebih berhak untuk kita hormati dan kita muliakan.
Akan tetapi, kepatuhan ini tidak bersifat mutlak. Ini hanya berlaku untuk selain perintah melakukan pelanggaran pelanggaran syari’at dan mengabaikan ketentuan ketentuan syara’. Termasuk di dalamnya perintah kedua orang tua kepada anaknya untuk mempersekutukan Alloh. Tidak sekalipun seorang anak diperkenankan tunduk dan patuh pada perintah orang tuannya untuk berbuat syirik.
Ayat ini diturunkan pada waktu Sa’ad bin Malik masuk Islam. Ibunya yang tahu bahwa anaknya telah masuk Islam, bersumpah untuk melakukan aksi mogok makan dan minum hingga Sa’ad mau keluar lagi dari Islam. Walau toh ibunya telah berbuat begitu kepadanya, ia tetap bersikap baik kepada ibunya dan membujuknya untuk makan. Hingga pada hari ke tiga dan ibunya tetap tidak mau makan, Sa’ad berkata, “Wahai bunda, walaupun engkau memiliki seratus nyawa sekalipun, tidak akan pernah aku meninggalkan agamaku ini.” Ketika ibunya tahu bahwa anaknya tidak akan goyah imannya, maka ia pun menghentikan aksinya dan mau makan.
Dalam ayat ini pula Alloh memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada Nya dan berterima kasih kepada kedua orang tuanya. Kata Sufyan bin ‘Uyainah: “Barang siapa telah melakukan sholat lima waktu, berarti ia telah bersyukur kepada Alloh. Dan barang siapa telah mendo’akan kedua orang tuanya setelah sholat lima waktu, berarti ia telah bersyukur kepada kedua orang tuanya.”
Ketika anaknya bertanya kepada Luqman, “Wahai abah, apabila aku telah melakukan satu kesalahan yang tidak pernah bisa dilihat oleh siapapun, bagaimana Alloh bisa mengetahuinya ?” Beliau menjawabnya dengan sebuah nasihat yang tertuang dalam ayat:
يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ – 16
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Nasihat ini adalah petuah terakhir beliau yang disampaikan kepada anaknya. Sebab petuah ini sangat begitu membekas di hati anaknya. Sehingga karena rasa takutnya yang begitu mendalam, empedunya pecah kemudian meninggal dunia.
يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ – 17
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ – 18
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِير – 19
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Di samping sholat yang menjadi tugas ritual kita, amar ma’ruf nahi munkar yang memang semestinya menjadi garapan kaum muslimin, sebagaimana dinasiahatkan Luqman, sudah semestinya kita menghiasi diri kita dengan perilaku dan budi pekerti yang baik. Kita mesti lebih banyak berlatih untuk berlaku sabar dalam melaksanakan perintah perintah Alloh, dalam menahan diri dari melakukan larangan larangan Alloh. Juga bersabar dalam mengahadapi segala bentuk bencana dan cobaan yang menimpa diri kita.
Berusaha menghindarkan diri kita sejauh jauhnya dari sifat sombong dan membanggakan diri sendiri. Bersikap tenang dalam berjalan dan tidak menampakkan keangkuhan. Lemah lembut dalam bicara dengan suara sedang.
Menurut pendapat Wahb, Luqman telah membicarakan sebanyak dua belas ribu hal dengan hikmah. Di antaranya: ” Wahai ananda,
1.        Jadikanlah taqwa sebagai harta dagangmu, tentu engkau akan beruntung besar.
2.        Jangan engkau menjadi orang yang lebih lemah dari pada ayam jago. Ia akan bersuara di waktu waktu sahur sementara kamu masih merasa hangat di balik selimutmu.
3.        Jangan kau tunda taubatmu, karena kematian akan mendatangimu dengan tiba tiba.
4.        Kamu tidak akan pernah menyesal untuk bersikap diam dalam hal hal yang tidak berguna. Sebab bila berbicara itu adalah perak, maka bersikap diam adalah emas.
5.        Pergaulilah para ulama’ dan dengarkanlah kata kata hukama’. Karena Alloh menyuburkan bumi dengan tetesan air hujan. Siapa yang bohong berarti telah sirna air mukanya. Dan siapa yang berbudi pekerti buruk ia akan banyak merasakan kesusahan. Memindah batu besar dari tempatnya akan lebih gampang dari pada memahamkan orang yang tidak faham.
6.        Jangan kamu mempelajari sesuatu yang belum kamu ketahui sehingga kamu telah mengamalkan apa yang kamu ketahui.
7.        Dunia adalah lautan yang sangat dalam. Sudah banyak orang yang tenggelam di dalamnya. Karena itu jadikanlan taqwa sebagai perahumu untuk mengarunginya. Isinya adalah keimanan dan layarnya adalah tawakal kepada Alloh. Barangkali saja kamu akan selamat.
8.        Berharaplah kepada Alloh dengan pengharapan yang tidak menjadikanmu berani berbuat maksiat. Takutlah kepada Alloh dengan rasa takut yang tidak menjadikanmu merasa putus asa dari rohmat Alloh.
9.        Menjauhlah dari berhutang. Karena ia akan membuatmu terhina di siang hari dan merasa susah di malam hari.
10.    Ketika engkau telah terlahir ke dunia, berarti dunia telah membelakangimu dan akhirat telah menghadangmu. Rumah yang kamu tuju dalam perjalanan ini lebih dekat dari pada ruamah yang telah kamu tinggalkan.
Budi pekerti dan akhlak mulia bukanlah sekedar adat yang mesti kita lakoni. Tapi ia adalah sebuah pranata dan tatanan, yang mau tidak mau, harus kita terapkan dalam berbagai corak kehidupan.
Apa pun keberadaan kita, bagaimana pun posisi kita, nilai yang mesti kita tonjolkan adalah akhlaqul karimah. Seperti yang telah dicontohkan Luqman lewat pribadinya atau pun nasihat nasihat untuk anaknya.
Dari ilustrasi dan profil beliau yang begitu monumental, sebenarnya tersimpan sebuah rahasia kepribadian insan yang berkualitas kamil. Ketika beliau mendapatkan anugerah untuk menentukan pilihan antara dua kemuliaan, mendapatkan derajat kenabian dan mendapat hikmah, ternyata beliau lebih memilih hikmah bukan kenabian. Bukan karena derajat itu lebih tinggi, akan tetapi semua itu semata-mata atas kearifan beliau mengkoreksi dirinya terlalu berat menyandang gelar kenabian. Beliau mengkhawatirkan dirinya merasa tidak mampu mengembannya dengan baik.
Begitulah sosok Luqman sang pujangga hikmah, dari bibir tebal meluncur kalam-kalam pelipur hati yang bebal, dan dari si kulit hitam bertebaranlah berjuta makna kehidupan penerang hati yang kelam. Semoga kita diberikan hikmah-hikmahnya, amin.[4]
·      Kandungan ayat
Kandungan ayat 12-19 surat Lukman tersebut diatas secara garis besar sebagai berikut :
a)      Lukman diberi hikmah 0leh Alloh
b)      Sikap hikmah (bijak) Lukam ditujukkan dengan menerapkan sukur
c)      Sukur Lukman dilakukan dengan menasehati anaknya
d)     Nasehat (mauizah) dilakukan dengan penuh kasih sayang
e)      Nasehat Lukman memuat materi pendidikan aqidah syariat dan akhlak
·      Tujuan pendidikan untuk membantu insan kamil (manusia purna)
·      Materi pemdidikan aqidah, syariat dan Akhlaq
·      Sikap bijak (hikmah) dan kasih sayang lukman sebagai kompemtensi dasar pendidik
·      Kepatuhan anak Lukman
·      Metode mauidzoh (nasehat).[5]













BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
                  Ruang lingkup pendidikan Islam sebagaimana yang duuraikan oleh Zakiah darajdat adalah meliputi seluruh aspek kehidupan. Adapun tujuanmya adalah supaya menjadi muslim yang Kaffah (manusia paripurna) . Dan contoh aplikasi dari pendidikan Islam  diantaranya bisa kita ketahui pada QS. Lukman ayat 12-19.

B. Saran dan Kritik
           Pendidikan merupakan sebagaian dari fenomena interaksi kehidupan sosial manusia. Tanpa pendidikan manusia tidak akan dapat mencapai titik lebih tinggi dari pada makhluk lainnya. Adapun pendoidikan islam tidak terlepas dari ruang linhgkup dan tujuan fundamentalnya  yakni: islam yang Kaffah. Kita sebagai generasi pendidik islam seyogyannya bisa  mencetak anak didik kita sesuai dengan apa yang diharapkan. 


[1] Dr. Moh. Roqib, M. Ag, 2009, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta:LkiS, Hal.21-22
[2] http://www.infodiknas.com/ruang-lingkup-pendidikan-islam.html, oleh : Deswati dan Linda Herdis, search 16 februari 2013
[5] Dr. Miftahul Huda M.Ag. 2008 , Interaksoi Pendidikan 10 Cara Quran Mendidik Anak. (UIN Malang Press) , diringkas mulai dari hal: 224-240

Tidak ada komentar: