BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Al- quran
merupakan Energy bagi sendi-sendi kehidupan setiap insanDalam ruang lingkup
Pendidikan Islam dijelaskan
Proses tarbiyah
(pendidikan) mempunyai tujuan untuk melahirkan suatu generasi baru dengan
segala ciri-cirinya yang unggul dan beradab. Penciptaan generasi ini dilakukan
dengan penuh keikhlasan dan ketulusan yang sepenuhnya dan seutuhnya kepada
Allah SWT melalui proses tarbiyah. Melalui proses tarbiyah inilah, Allah SWT
telah menampilkan peribadi muslim yang merupakan uswah dan qudwah melalui
Muhammad SAW. Peribadinya merupakan manifestasi dan jelmaan dari segala nilai
dan norma ajaran Al-Quran dan sunah Rasulullah.
Assyahid Sayyid Qutb telah merumuskan tiga
faktor pendidikan bagi anak. Pertama, Al-Quran sebagai sumber pembentukan yang
satu-satunya. Natijah dari keaslian sumber ini ialah lahirnya generasi yang
serba murni hati, akal, tasawwuf dan perasaan yang ikhlas. Kedua, membaca dan
mempelajari Al-Quran dengan maksud untuk melaksanakan perintah Allah dengan
serta merta sebaik sahaja didengar dan difahami. Dan ketiga, pengislaman yang
sama sekali mengakhiri kejahilan silam dan memisahkan dari kejahilan sekitarnya
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
saja ruang lingkup pendidikan Islam ?
2.
Apa
tujuan dari pendidikan islam menurut al-Quran?
3.
Bagaimana
contoh aplikasi pendidikan islam dalam Al-Quran?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk
Mengetahui ruang lingkup pendidikan Islam
2.
Untuk
Mengetahui tujuan dari pendidikan islam menurut al-Quran
3.
Untuk
Mengetahui contoh aplikasi pendidikan islam dalam Al-Quran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
RUANG LINGKUP PENDIDIKAN ISLAM
Dengan mengacu
pada pendapat Zakiyah Daradjat dan Noeng
Muhajir, konsep pendidikan Islam mencakup kehidupan manusia seutuhnya, tidak
hanya memperhatikan dan mementingkan segi akidah (keyakinan ), ibadah (ritual),
dan akhlak (norma-etika) sja, tetapi jauh lebih luas dan dalam daripada semua
itu. Para pendidik Islam pada umumnya memiliki pandangan yang sama bahwa
pendidikan Islam mencakup berbagai bidang: (1) keagamaan, (2) akidah dan
amaliah, (3) akhlak dan budi pekerti, dan (4) fisik biologis, eksak,
mental-psikis, dan kesehatan. Dari sisi
akhlak pendidikan Islam harus dikembangkan dengan didukung oleh ilmu-ilmu lain
yang terkait.
Dari penjelasan
di depan maka dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam meliputi:
1.
Setiap
proses perubahan menuju ke arah kemajuan dan perkembangan berdasarkan ruh
ajaran Islam;
2.
Perpaduan
antara pendidikan jasmani, akal (intelektual), mental, perasaan (emosi), dan
rohani (spiritual);
3.
Keseimbangan
antara jasmani-rohani, keimanan-ketakwaan, pikir-dzikir, ilmiah amaliah,
materiil-spiritual, individual-sosial, dan dunia-akhirat; dan
4.
Realisasi
dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan sebagai hamba Allah (‘abdullah)
untuk menghambakan diri semata-mata kepada Allah dan fungsi kekhalifahan
sebagai khalifah Allah (kalifatullah) yang diberi tugas untuk menguasai,
memelihara, memanfaatkan, melestarikan, dan memakmurkan alam semesta (rahmatan
lil ‘alamin).[1]
Asyyahid Sayyid
Qutb telah merumuskan tiga faktor pendidikan bagi anak. Pertama, Al-Quran
sebagai sumber pembentukan yang satu-satunya. Natijah dari keaslian sumber ini
ialah lahirnya generasi yang serba murni hati, akal, tasawwuf dan perasaan yang
ikhlas. Kedua, membaca dan mempelajari Al-Quran dengan maksud untuk
melaksanakan perintah Allah dengan serta merta sebaik sahaja didengar dan
difahami. Dan ketiga, pengislaman yang sama sekali mengakhiri kejahilan silam
dan memisahkan dari kejahilan sekitarnya.
Selain ruang
lingkup dari tiga segi tersebut diatas,lingkup materi pendidikan Islam secara
lengkap dikemukakan oleh Heri Jauhari Muchtar dalam bukunya “Fikih Pendidikan”,
bahwa pendidikan Islam melingkupi: (1) Pendidikan keimanan (Tarbiyatul
imaniyah), (2) Pendidikan moral/akhlak ((Tarbiyatul khuluqiyah), (3)
Pendidikan jasmani (Tarbiyatul jasmaniyah), (4) Pendidikan rasio (Tarbiyatul
aqliyah), (5) Pendidikan kejiwaan/hati nurani (Tarbiyatulnafsiyah), (6)
Pendidikan sosial/kemasyarakatan (Tarbiyatul ijtimaiyah), dan (7) Pendidikan
seksual (Tarbiyatul Syahwaniyah).
Pertama, adalah
Tarbiyah Imaniyah (Pendidikan Keimanan) adalah basic pendidikan yang sangat
penting diterapkan bagi anak dalam mempersiapkan diri menghadapi segala hal dan
kondisi kehidupan agar menjadi manusia mukmin dan muttaqin. Dengan Pendidikan
ini manusia dapat mengenal dan mengetahui hakikat dirinya dan Dzat yang
menciptakannya. Keimanan adalah benteng diri dari perubahan sikap, akal, jiwa
dan sosial. Menjadi filter dari yang haq dan bathil. Maka Tarbiyah ini
diterapakan sejak awal kehidupan.
Tarbiyah
Khuluqiyah ( Pendidikan moral) atau pembentukan akhlaq agar menjadi manusia
yang berakhlaq mulia mempunyai al-akhlaqul karimah atau al-akhlaqul
mahmudah/fadhilah adalah aplikasi keimanan. Dan inilah tujuan pendidikan sebagaimana
misi Rasulullah diutus untuk memperbaiki ahklaq. Apalagi disaat ini
berbagai macam pengaruh buruk baik dari segi sosial, budaya, intelelegensi dan
tekhnologi maka hendaknya pembentukan moral harus benar-benar dianalisa dalam
pendidikan Islam dari berbagai segi dan pendekatannya.
Maka,
Tarbiyatul Khuluqiyyah (SQ learning) sebagai konsistensi seseorang bagaimana
memegang nilai kebaikan dalam situasi dan kondisi apapun dia berada seperti;
kejujuran, keihlasan, mengalah, senang bekerja dan berkarya, kebersihan,
keberanian dalam membela yang benar, bersandar pada diri tidak pada orang lain,
dan begitu juga bagaimana tata cara hidup berbangsa dan bernegara.
Tarbiyah
Aqliyah (IQ learning). Tarbiyah aqliyah atau sering dikenal dengan istilah
pendidikan rasional (intellegence question learning) merupakan pendidikan yang
mengedapan kecerdasan akal. Tujuan yang diinginkan dalam pendidikan itu adalah
bagaimana mendorong anak agar bisa berfikir secara logis terhadap apa yang
dlihat dan diindra oleh mereka. Input, proses, dan output pendidikan anak
diorientasikan pada rasio (intellegence oriented), yakni bagaimana anak dapat
membuat analisis, penalaran, dan bahkan sintesis untuk menjustifikasi suatu
masalah. Misalnya melatih indra untuk membedakan hal yang di amati, mengamati
terhadap hakikat apa yang di amati, mendorong anak bercita cita dalam menemukan
suatu yang berguna, dan melatih anak untuk memberikan bukti terhadap apa yang
mereka simpulkan.
Tarbiyyah
Jismiyah (Physical learning). Yaitu segala kegiatan yang bersifat fisik untuk
mengembangkan biologis anak tingkat daya tubuh sehingga mampu untuk
melaksanakan tugas yang di berikan padanya baik secara individu ataupun sosial
nantinya , dengan keyakinan bahwa dalam tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang sehat ﺍﺍﻟﻌﻗﻞﺍﻟﺴﻟﻴﻢ۰ﻓﻰﺍﻟﺠﺴﻢﺍﻟﺴﻴﻢ sehingga banyak
di berikan beberapa
permainan dan jenis
kegiatan oleh mereka dalam pendidikan ini.
Dalam Tarbiyah
Nafsiyyah, membekali diri agar dapat penyempmempunyai jiwa yang suci dari
berbagai penyakit hati, sebagaimana dalam firman Allah swt QS. Asy-Syams:
7-10:
ﻭﻧﻓﺲﻭﻤﺎﺴﻭﻴﻬﺎ۞ﻓﺄﻟﺤﻤﻬﺎﻓﺠﻭﺮﻫﺎﺗﻗﻭﻴﻬﺎ۞ﻗﺪﺃﻓﻟﺢﻤﻦﺰﻛﻬﺎ۞ﻭﻗﺪﺨﺎﺐﻤﻦﺪﺴﻴﻬﺎ
“ dan
jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan seungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”
Pendidikan
sosial/kemasyarakatan (Tarbiyatul ijtimaiyah) aplikasi Hablumminannas, sebagai
manusia sosial yang dapat menghargai hak dan kewajiban setiap individu dan
masyarakat lainnya. Demikian halnya dengan Tarbiyah Syahwaniyah merupakan
pendidikan penting dalam Islam kita dapat menggunakan pendekatan
preventif, dengan menanamkan nilai-nilai agama yang akan menjadi ilmu
pengetahuan bagi para remaja khususnya dan manusia umumnya dalam memaknai
kesucian.[2]
B.
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Islam
menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya
sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut
Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat Adz Dzariyat ayat 56 :
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur wÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali
supaya mereka beribadah kepada-Ku”.
Jalal
menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan
shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta
mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal,
pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek
ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat
mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah
ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang
dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang
disangkutkan dengan Allah.
Menurut
al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah :
1.
Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang
berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani
dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di
akhirat.
2.
Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku
masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan
masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
3.
Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran
sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi
1. Pembinaan
akhlak.
2. menyiapkan
anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat.
3. Penguasaan
ilmu.
4. Keterampilan
bekerja dalam masyrakat.
Menurut Asma
hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
1. Tujuan
keagamaan.
2. Tujuan
pengembangan akal dan akhlak.
3. Tujuan
pengajaran kebudayaan.
4. Tujuan
pembicaraan kepribadian.
Menurut
Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi :
1. Bahagia di
dunia dan akhirat.
2. menghambakan
diri kepada Allah.
3. Memperkuat
ikatan keislaman dan melayani kepentingan masyarakat islam.
4. Akhlak mulia.
Pendidikan
Islam itu sendiri adalah pendidikan yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah
teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi Ilmu pendidikan adalah
teori-teori tentang pendidikan, Ilmu pendidikan Islam secara lengkap isi suatu
ilmu bukanlah hanya teori.
(Nur
Uhbiyati, 1998)
Pengertian
pendidikan bahkan lebih diperluas cakupannya sebagai aktivitas dan fenomena.
Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk
membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup,
sikap hidup, dan keterampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk
praktis) maupun mental, dan sosial sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah
peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya
suatu pandangan hidup, sikap hidup, atau keterampilan hidup pada salah satu
atau beberapa pihak, yang kedua pengertian ini harus bernafaskan atau dijiwai
oleh ajaran dan nilai-nilai Islam yang bersumber dari al Qur’an dan Sunnah
(Hadist)
Ø
Tujuan
Pendidikan Islam
Berbicara
tentang tujuan pendidikan, mau tidak mau mengajak kita berbicara tentang tujuan
hidup. Sebab pendidikan memiliki tujuan untuk memelihara kehidupan
manusia. Pendidikan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manusia
untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun anggota
masyarakat. Pendidikan Islam telah mengalami kemajuan di berbagai bidang
terutama sarana dan prasarana. Lembaga-lembaga pendidikan Islam memiliki
bangunan yang tak kalah megahnya dengan lembaga milik pemerintah maupun swasta
yang lain. Namun dari sisi kwalitas, pendidikan Islam dirasa belum memenuhi
keinginan umat. Sebab visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada
terbentuknya manusia yang beradab terabaikan dalam institusi pendidikan.
Tujuan
utama dari pendidikan Islam ialah mencapai ridla Allah. Dengan pendidikan
diharapkan akan lahir individu-individu yang baik, bermoral, berkualitas
sehingga bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsanya serta
umat manusia pada umumnya.
Manusia
adalah fokus utama dari pendidikan. Ia terdiri dari jasmani dan rohani.
Karenanya institusi pendidikan seharusnya lebih memfokuskan perhatiannya kepada
substansi kemanusiaan, membuat system yang mendukung kepada terbentuknya
manusia yang baik. Pendidikan diharapkan mampu mengantarkan anak didik untuk
memiliki kemakmuran materi dan juga individu yang memiliki kebahagiaan dunia
dan akherat.
Tujuan
pendidikan identik dengan gambaran manusia terbaik menurut orang-orang
tertentu. Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh pandangan hidupnya. Bila
pandangan hidupnya berupa agama, maka manusia yang baik yang menjadi tujuan
pendidikan adalah manusia yang baik menurut agamanya,
Dalam
Alquran Allah Berfiman dalam Surat Al_Baqarah ayat 1-5
$O!9# ÇÊÈ y7Ï9ºs Ü=»tGÅ6ø9$# w |=÷u ¡
ÏmÏù ¡
Wèd z`É)FßJù=Ïj9 ÇËÈ tûïÏ%©!$# tbqãZÏB÷sã Í=øtóø9$$Î/ tbqãKÉ)ãur no4qn=¢Á9$# $®ÿÊEur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZã ÇÌÈ tûïÏ%©!$#ur tbqãZÏB÷sã !$oÿÏ3 tAÌRé& y7øs9Î) !$tBur tAÌRé& `ÏB y7Î=ö7s% ÍotÅzFy$$Î/ur ö/ãf tbqãZÏ%qã ÇÍÈ y7Í´¯»s9'ré& 4n?tã Wèd `ÏiB öNÎgÎn/§ (
y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÎÈ
Artinya :
1.
Alif laam miin
2.
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa
3.
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada
mereka.
4.
dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta
mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
5.
mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan
merekalah orang-orang yang beruntung.
Alif, Lam,
miim, ayat yang cukup singkat, tetapi sangat dalam maknanya, hanya Allah yang
tahu rahasianya. Sudah cukup lama para ulama al-Qur’an berbeda pendapat. Allahu
A’lam, hanya Allah yang mengetahui, itulah jawaban yang dikemukakan oleh para
ulama abad pertama hingga abad ketiga. Tampaknya jawaban Allabu A’lam yakni
Allah lebih mengetahui masih diangap jawaban yang relevan sampai saat ini,
meskipun demikian jawaban itu masih dianggap kurang memuaskan.
Pada ayat ini
menggunakan isyarat jauh untuk menunjuk al-Qur’an. Semua ayat yang menunjuk
kepada firman-firman Allah dengan nama al-Qur’an (bukan al-Kitab) yang mengarah
pada isyarat dekat “hadzal Qur’an”. Penggunaan isyarat jauh ini bertujuan
memberi kesan bahwa kitab suci ini berada dalam kedudukan tinggi dan sangat
jauh dari jangkauan makhluk, karena ia bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi
Maha Bijaksana, sedang penggunaan kata “hadza ini” untuk menunjukkan betapa
dekat tuntunan-tuntunannya pada fitrah manusia.
Dalam hal ini
pula yang dimaksud dengan orang-orang bertakwa adalah orang yang mempersiapkan
jiwa mereka untuk menerima petunjuk atau yang telah mendapatkannya tetapi masih
mengharapkan kelebihan, karena petunjuk Allah tidak terbatas. Dari hal diatas
dapat dipahami bahwa surah al-baqarah ayat 1-5 ini sangat dalam pesan moralnya,
dimana kalaulah dikaitkan dengan tujuan pendidikan itu sendiri dapat penulis
simpulkan sebagai berikut:
a) Menambah ketaqwaan manusia pada Allah
b) Agar
manusia mempercayai akan keberadaan Allah
c) Mewujudkan
manusia yang banyak beramal shaleh
d) Mewujudkan
manusia yang percaya akan hari akhir
e) Mewujudkan
kesuksesan dalam hidup.
Dalam
Quran Surat Al-Imran ayat 138-139 :
#x»yd ×b$ut/ Ĩ$¨Y=Ïj9 Yèdur ×psàÏãöqtBur úüÉ)GßJù=Ïj9 ÇÊÌÑÈ wur (#qãZÎgs? wur (#qçRtøtrB ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$# bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇÊÌÒÈ
Artinya :
138. (Al Quran)
ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk
serta pelajaran
bagi orang-orang yang bertakwa.
139. janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah
orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.
B. Surah A1i
lmran: 138-139
Pada
ayat 138 dalam surah Ali Imran ini mengandung pesan-pesan yang sangat jelas,
bahwa al-Qur’an secara keseluruhan adalah penerangan yang memberi keterangan
dan menghilangkan kesangsian serta keraguan bagi manusia, atau dengan kata lain
ayat ini memberikan informasi tentang keutamaan al-Qur’an yang mengungkap
adanya hukum-hukum yang mengatur kehidupan masyarakat.
Kitab
tersebut berfungsi mengubah masyarakat dan mengeluarkan anggotanya dari
kegelapan menuju terang benderang dari kehidupan negative menuju kehidupan
positif. Al-Qur’an memang adalah penerangan bagi seluruh manusia, petunjuk,
serta peringatan bagi orang-orang yang bertaqwa.
Pernyataan
Allah ini adalah penjelasan bagi manusia, juga mengandung makna bahwa Allah
tidak menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi tersebut. Dia tidak
menyiksa manusia secara mendadak, karena ini adalah petunjuk, lagi peringatan.
Pada
ayat 139 ini membicarakan tentang kelompok pada perang uhud. Pada perang uhud
mereka tidak meraih kemenangan bahkan menderita luka dan poembunuhan, dan dalam
perang badar mereka dengan gemilang meraih kemenangan dan berhasil melawan dan
membunuh sekian banyak lawan mereka, maka itu merupakan bagian dari
sunnatullah. Namun demikian, apa yang mereka alami dalam perang uhud tidak
perlu menjadikan mereka berputus asa. Karena itu, janganlah kamu melemah
menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmanimu dan janganlah (pula) kamu
bersedih akibat dari apa yang kamu alami dalam perang uhud, atau peristiwa lain
yang seupa, kuatkanlah mentalmu.
Mengapa
kamu lemah atau bersedih padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya) di sisi Allah, di dunia dan di akherat. Di dunia kamu
memperjuangkan agama Allah itulah sebuah kebenaran, di akherat kamu mendapatkan
surga Allah. Ini jika kamu orang-orang mukmin, yakni benar-benar keimanan telah
mantap dalam hatimu.
Bila kita
kaitkan dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat kita ketahui sebagai
berikut
1.
Mewujudkan
bimbingan pada manusia agar tidak binasa dengan hukum-hukum alam
2.
Mewujudkan
kebahagiaan pada hambanya
3.
menjadikan
manusia yang intelek dan mempunyai derajat yang tinggi.
Al-Qur’an
mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran, ayat
104 yang berbunyi:
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôt n<Î) Îösø:$# tbrããBù'tur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztur Ç`tã Ìs3YßJø9$# 4
y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd cqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ
Artinya : Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang
yang beruntung.
Kaitannya
dengan tujuan pendidikan sebagai berikut :
1.
Mewujudkan
seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran.
2.
Mewujudkan
manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1.
Mewujudkan
seorang hamba yang shaleh
2.
Mewujudkan
akan keesaan Tuhan
3.
Mewujudkan
manusia yang ahli do’a
4.
Menunjukkan
akan luasnya ilmu Tuhan[3]
C.
CONTOH APLIKASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM AL-QURAN
Mengacu
pada ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan pendidikan anak, secara etimologi
(bahasa) ditemukan 6 macam ungkapan dalam menyebutkan anak yaitu: Al-awlad,
al-banun, al-athfal, al-ghilman, al-ghulam dan al-wildan.
Salah
satunyaadalah QS.Lukman 12-19 yakni:
Í< y7÷yÏ9ºuqÎ9ur ¥n<Î) çÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ bÎ)ur #yyg»y_ #n?tã br& Íô±è@ Î1 $tB }§øs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ xsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur Îû $u÷R9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur @Î6y ô`tB z>$tRr& ¥n<Î) 4 ¢OèO ¥n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ ¢Óo_ç6»t !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5Ayöyz `ä3tFsù Îû >ot÷|¹ ÷rr& Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÷rr& Îû ÇÚöF{$# ÏNù't $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#ÏÜs9 ×Î7yz ÇÊÏÈ ¢Óo_ç6»t ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã Ìs3ZßJø9$# ÷É9ô¹$#ur 4n?tã !$tB y7t/$|¹r& ( ¨bÎ) y7Ï9ºs ô`ÏB ÇP÷tã ÍqãBW{$# ÇÊÐÈ wur öÏiè|Áè? £s{ Ĩ$¨Z=Ï9 wur Ä·ôJs? Îû ÇÚöF{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# w =Ïtä ¨@ä. 5A$tFøèC 9qãsù ÇÊÑÈ ôÅÁø%$#ur Îû Íô±tB ôÙàÒøî$#ur `ÏB y7Ï?öq|¹ 4 ¨bÎ) ts3Rr& ÏNºuqô¹F{$# ßNöq|Ás9 ÎÏJptø:$# ÇÊÒÈ
·
Tafsiran
ayat
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ – لقمان 12
Dan
sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah
kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya
ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.
Luqman,
nama lengkapnya adalah Luqman bin Faghur bin Nakhuur bin Tarih. Demikian
pendapat yang dikemukakan Muhammad bin Ishaq. Menurut versi lain, nama
lengkapnya Luqman bin ‘Anqo’ bin Saduun.
Dalam
sebuah hadits, Ibnu Umar menyatakan “Aku pernah mendengar Rosululloh Saw.
bersabda: Luqman bukanlah seorang Nabi. Akan tetapi ia adalah seorang hamba
yang gemar tafakkur, berkeyakinan baik dan cinta kepada Alloh. Hingga Alloh
mencintainya dan kemudian menganugerahi hikmah kepadanya.” Pendapat jumhur
ulama’ pun mengungkapkan bahwa beliau adalah seorang wali yang sholih. Meski
pendapat lain menyatakan beliau adalah seorang nabi.
Suatu
ketika seorang laki laki mendapati Luqman sedang berbicara dengan hikmah. Ia
pun terheran heran dan bertanya, “Bukankan anda adalah penggembala kambing?”
Luqman menyahut, “Benar.” “Lalu, bagaimana anda bisa mendapat derajat seperti
itu?” tanyanya. Ternyata Luqman memberikan jawaban yang cukup mengherankan,
“Demikian ini aku peroleh adalah dengan selalu besikap jujur dalam berbicara,
menunaikan amanat yang aku emban dan menghindari hal hal yang tidak berguna.”
Postur
Luqman adalah sosok laki laki yang berkulit hitam dan berbibir tebal. Bila
beliau memergoki seseorang yang memandanginya, beliau akan berkata, “Jika
engkau melihatku orang yang berbibir tebal, tapi yang mengalir dari bibir ini
adalah perkataan yang lembut. Dan jika engkau melihatku berkulit hitam, tapi
hatiku seputih kapas.”
Sebenarnya
Alloh telah menyodorkan satu di antara dua pilihan kepada Luqman. Menjadi
khalifah di bumi (nabi) atau mendapatkan hikmah. Dan ternyata Luqman lebih
memilih diberi hikmah. Pada saat beliau tertidur di tengah hari, tiba tiba ada
suara memanggilnya, “Wahai Luqman, bukankah Alloh telah memperkenankan engkau
menjadi khalifah di bumi ? Sehingga engkau bisa menegakkan hukum dengan haq ?”
Luqman menjawab, “Bila Alloh memberikan pilihan kepadaku, maka aku akan memilih
selamat dan dijauhkan dari cobaan. Dan bila Alloh menegaskan pada hanya satu
pilihan, maka aku hanya akan patuh dan taat. Karena aku yakin Alloh akan
memberikan pertolongan kepadaku.” Kemudian suara malaikat tadi bertanya lagi,
“Wahai Luqman, bukankah engkau diperkenankan untuk mendapatkan hikmat ?” Dengan
indah beliau menjawab’ “Sesungguhnya seorang hakim itu berada pada posisi yang
sangat berat dan yang paling keruh. Ia akan dikelilingi orang orang teraniaya
dari segala penjuru. Bila ia bersikap adil, ia akan selamat. Sebaliknya bila ia
melakukan kekeliruan, berarti ia akan tersesat jalan menuju surga. Seseorang yang
menjadi hina di dunia akan lebih baik daripada menjadi orang mulia. Barang
siapa yang memilih dunia dari pada akhirat, ia akan dicampakkan dunia dan tak
dapat memperoleh akhirat.” Malaikat tercengang kagum mendengar jawaban yang
disampaikan Luqman. Kemudian Alloh memerintahkan untuk memberinya hikmat.
“Hikmat”
adalah pemahaman yang mendalam dalam bidang agama, kecerdasan akal dan
kebenaran dalam ucapan.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ
وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ
عَظِيمٌ - لقمان 13)
Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Luqman
adalah seseorang yang paling sayang dan cinta kepada anak anaknya. Maka
sepantasnya beliaupun ingin memberikan hal yang terbaik untuk mereka. Karena
itulah yang mula mula dinasihatkan kepada anaknya adalah menghindarkan diri
dari mempersekutukan Alloh dengan apapun. Mempersekutukan Alloh adalah bentuk
kazaliman. Sebab mempersamakan Dzat yang berhak disembah dengan yang tidak
berhak berarti meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.
Sewaktu
turun ayat 82 surat Al An’am:
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ
أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُوْنَ
Orang-orang
yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.
para
sahabat menjadi gundah gulana. Mereka bertanya tanya siapa di antara mereka
yang tidak mencampur adukkan keimanannya dengan kezaliman. Kemudian Rosululloh
menjelaskan, “Sesungguhnya tidak demikian. Tidakkah kalian ingat nasihat Luqman
kepada anaknya: Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Alloh.
Sesungguhnya perbuatan syirik adalah bentuk kezaliman yang besar.”
Selanjutnya
Alloh memperkokoh nasihat Luqman tadi dalam ayat:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ
وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ
إِلَيَّ الْمَصِيرُ – 14
–
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ
بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ
فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ – 15
Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan
Kepatuhan
dan berbuat yang terbaik kepada kedua orang tua adalah suatu perintah Alloh.
Terlebih lagi terhadap ibunya. Sebab berbulan bulan lamanya beliau mngandung
anaknya dengan menanggung segenap penderitaan. Setelah itu, siang malam selalu
disibukkan dengan menyusui, merawat, menjaga dan mengasuhnya dengan penuh
kecintaan. Hingga tiba waktunya untuk menyapihnya setelah ia genap berumur dua
tahun. Karena itu lah sudah sepantasnya beliau lebih berhak untuk kita hormati
dan kita muliakan.
Akan
tetapi, kepatuhan ini tidak bersifat mutlak. Ini hanya berlaku untuk selain
perintah melakukan pelanggaran pelanggaran syari’at dan mengabaikan ketentuan
ketentuan syara’. Termasuk di dalamnya perintah kedua orang tua kepada anaknya
untuk mempersekutukan Alloh. Tidak sekalipun seorang anak diperkenankan tunduk
dan patuh pada perintah orang tuannya untuk berbuat syirik.
Ayat
ini diturunkan pada waktu Sa’ad bin Malik masuk Islam. Ibunya yang tahu bahwa
anaknya telah masuk Islam, bersumpah untuk melakukan aksi mogok makan dan minum
hingga Sa’ad mau keluar lagi dari Islam. Walau toh ibunya telah berbuat begitu
kepadanya, ia tetap bersikap baik kepada ibunya dan membujuknya untuk makan.
Hingga pada hari ke tiga dan ibunya tetap tidak mau makan, Sa’ad berkata,
“Wahai bunda, walaupun engkau memiliki seratus nyawa sekalipun, tidak akan
pernah aku meninggalkan agamaku ini.” Ketika ibunya tahu bahwa anaknya tidak
akan goyah imannya, maka ia pun menghentikan aksinya dan mau makan.
Dalam
ayat ini pula Alloh memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada Nya dan
berterima kasih kepada kedua orang tuanya. Kata Sufyan bin ‘Uyainah: “Barang
siapa telah melakukan sholat lima waktu, berarti ia telah bersyukur kepada
Alloh. Dan barang siapa telah mendo’akan kedua orang tuanya setelah sholat lima
waktu, berarti ia telah bersyukur kepada kedua orang tuanya.”
Ketika
anaknya bertanya kepada Luqman, “Wahai abah, apabila aku telah melakukan satu
kesalahan yang tidak pernah bisa dilihat oleh siapapun, bagaimana Alloh bisa
mengetahuinya ?” Beliau menjawabnya dengan sebuah nasihat yang tertuang dalam
ayat:
يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ
مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَوَاتِ
أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ – 16
(Luqman
berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji
sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah
akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui.
Nasihat
ini adalah petuah terakhir beliau yang disampaikan kepada anaknya. Sebab petuah
ini sangat begitu membekas di hati anaknya. Sehingga karena rasa takutnya yang
begitu mendalam, empedunya pecah kemudian meninggal dunia.
يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ
الْأُمُورِ – 17
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ
مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ – 18
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ
أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِير – 19
Hai
anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Di
samping sholat yang menjadi tugas ritual kita, amar ma’ruf nahi munkar yang
memang semestinya menjadi garapan kaum muslimin, sebagaimana dinasiahatkan
Luqman, sudah semestinya kita menghiasi diri kita dengan perilaku dan budi
pekerti yang baik. Kita mesti lebih banyak berlatih untuk berlaku sabar dalam
melaksanakan perintah perintah Alloh, dalam menahan diri dari melakukan
larangan larangan Alloh. Juga bersabar dalam mengahadapi segala bentuk bencana
dan cobaan yang menimpa diri kita.
Berusaha
menghindarkan diri kita sejauh jauhnya dari sifat sombong dan membanggakan diri
sendiri. Bersikap tenang dalam berjalan dan tidak menampakkan keangkuhan. Lemah
lembut dalam bicara dengan suara sedang.
Menurut
pendapat Wahb, Luqman telah membicarakan sebanyak dua belas ribu hal dengan
hikmah. Di antaranya: ” Wahai ananda,
1.
Jadikanlah taqwa sebagai harta dagangmu, tentu engkau akan
beruntung besar.
2.
Jangan engkau menjadi orang yang lebih lemah dari pada ayam
jago. Ia akan bersuara di waktu waktu sahur sementara kamu masih merasa hangat
di balik selimutmu.
3.
Jangan kau tunda taubatmu, karena kematian akan mendatangimu
dengan tiba tiba.
4.
Kamu tidak akan pernah menyesal untuk bersikap diam dalam
hal hal yang tidak berguna. Sebab bila berbicara itu adalah perak, maka
bersikap diam adalah emas.
5.
Pergaulilah para ulama’ dan dengarkanlah kata kata hukama’.
Karena Alloh menyuburkan bumi dengan tetesan air hujan. Siapa yang bohong
berarti telah sirna air mukanya. Dan siapa yang berbudi pekerti buruk ia akan
banyak merasakan kesusahan. Memindah batu besar dari tempatnya akan lebih
gampang dari pada memahamkan orang yang tidak faham.
6.
Jangan kamu mempelajari sesuatu yang belum kamu ketahui
sehingga kamu telah mengamalkan apa yang kamu ketahui.
7.
Dunia adalah lautan yang sangat dalam. Sudah banyak orang
yang tenggelam di dalamnya. Karena itu jadikanlan taqwa sebagai perahumu untuk
mengarunginya. Isinya adalah keimanan dan layarnya adalah tawakal kepada Alloh.
Barangkali saja kamu akan selamat.
8.
Berharaplah kepada Alloh dengan pengharapan yang tidak
menjadikanmu berani berbuat maksiat. Takutlah kepada Alloh dengan rasa takut
yang tidak menjadikanmu merasa putus asa dari rohmat Alloh.
9.
Menjauhlah dari berhutang. Karena ia akan membuatmu terhina
di siang hari dan merasa susah di malam hari.
10. Ketika engkau telah terlahir ke
dunia, berarti dunia telah membelakangimu dan akhirat telah menghadangmu. Rumah
yang kamu tuju dalam perjalanan ini lebih dekat dari pada ruamah yang telah
kamu tinggalkan.
Budi pekerti dan akhlak mulia bukanlah sekedar adat yang
mesti kita lakoni. Tapi ia adalah sebuah pranata dan tatanan, yang mau tidak
mau, harus kita terapkan dalam berbagai corak kehidupan.
Apa
pun keberadaan kita, bagaimana pun posisi kita, nilai yang mesti kita tonjolkan
adalah akhlaqul karimah. Seperti yang telah dicontohkan Luqman lewat pribadinya
atau pun nasihat nasihat untuk anaknya.
Dari
ilustrasi dan profil beliau yang begitu monumental, sebenarnya tersimpan sebuah
rahasia kepribadian insan yang berkualitas kamil. Ketika beliau mendapatkan
anugerah untuk menentukan pilihan antara dua kemuliaan, mendapatkan derajat
kenabian dan mendapat hikmah, ternyata beliau lebih memilih hikmah bukan
kenabian. Bukan karena derajat itu lebih tinggi, akan tetapi semua itu
semata-mata atas kearifan beliau mengkoreksi dirinya terlalu berat menyandang
gelar kenabian. Beliau mengkhawatirkan dirinya merasa tidak mampu mengembannya
dengan baik.
Begitulah
sosok Luqman sang pujangga hikmah, dari bibir tebal meluncur kalam-kalam
pelipur hati yang bebal, dan dari si kulit hitam bertebaranlah berjuta makna
kehidupan penerang hati yang kelam. Semoga kita diberikan hikmah-hikmahnya,
amin.[4]
·
Kandungan
ayat
Kandungan ayat 12-19 surat Lukman tersebut diatas secara garis
besar sebagai berikut :
a)
Lukman
diberi hikmah 0leh Alloh
b)
Sikap
hikmah (bijak) Lukam ditujukkan dengan menerapkan sukur
c)
Sukur
Lukman dilakukan dengan menasehati anaknya
d)
Nasehat
(mauizah) dilakukan dengan penuh kasih sayang
e)
Nasehat
Lukman memuat materi pendidikan aqidah syariat dan akhlak
·
Tujuan
pendidikan untuk membantu insan kamil (manusia purna)
·
Materi
pemdidikan aqidah, syariat dan Akhlaq
·
Sikap
bijak (hikmah) dan kasih sayang lukman sebagai kompemtensi dasar pendidik
·
Kepatuhan
anak Lukman
·
Metode
mauidzoh (nasehat).[5]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ruang lingkup pendidikan Islam
sebagaimana yang duuraikan oleh Zakiah darajdat adalah meliputi seluruh aspek
kehidupan. Adapun tujuanmya adalah supaya menjadi muslim yang Kaffah (manusia
paripurna) . Dan contoh aplikasi dari pendidikan Islam diantaranya bisa kita ketahui pada QS. Lukman
ayat 12-19.
B. Saran dan
Kritik
Pendidikan merupakan sebagaian dari
fenomena interaksi kehidupan sosial manusia. Tanpa pendidikan manusia tidak
akan dapat mencapai titik lebih tinggi dari pada makhluk lainnya. Adapun pendoidikan
islam tidak terlepas dari ruang linhgkup dan tujuan fundamentalnya yakni: islam yang Kaffah. Kita sebagai
generasi pendidik islam seyogyannya bisa
mencetak anak didik kita sesuai dengan apa yang diharapkan.
[1] Dr. Moh.
Roqib, M. Ag, 2009, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta:LkiS, Hal.21-22
[2]
http://www.infodiknas.com/ruang-lingkup-pendidikan-islam.html,
oleh : Deswati dan Linda Herdis, search 16
februari 2013
[3]
http://sefriwandanahsb.blogspot.com/2012/10/pengertian-tujuan-dan-ruanglingkup_454.html Oleh : Sefri Wandana Hasibuan dan Edi
Suwanto dan Muhammad Sudrajat ,
search 16 Februari 2013
[4]
http://farachaasep.blogspot.com/2012/12/tafsir-al-quran-surat-luqman-ayat-12-19.html#!/2012/12/tafsir-al-quran-surat-luqman-ayat-12-19.html
[5] Dr.
Miftahul Huda M.Ag. 2008 , Interaksoi Pendidikan 10 Cara Quran Mendidik
Anak. (UIN Malang Press) , diringkas mulai dari hal: 224-240
Tidak ada komentar:
Posting Komentar